Sukses

Kelompok Pria Bersenjata Tembak 30 Orang Hingga Tewas di Ethiopia Barat

Sebuah kelompok pria bersenjata menembak 30 orang hingga tewas di wilayah Ethiopia barat.

Liputan6.com, Jakarta - Sekelompok pria bersenjata menewaskan sedikitnya 30 warga sipil dalam penembakan di sebuah desa di wilayah Oromia, Ethiopia, kata saksi mata pada Rabu 31 Maret.

Ini merupakan sebuah aksi kekerasan etnis terbaru untuk menantang pemerintah federal.

Petani Wossen Andaege (50) mengatakan tetangganya tewas dalam serangan yang terjadi Selasa 30 Januari malam di Zona Wollega Barat Oromia. Dia mengidentifikasi para korban sebagai etnis Amhara. Demikian seperti mengutip laman Al Jazeera, Kamis (1/4/2021). 

"Kami mengambil jenazah menggunakan mobil dan kami menguburkan 30 orang," kata Wossen kepada kantor berita Reuters melalui telepon. Dia mengatakan dia dan keluarganya mendengar suara tembakan dan melarikan diri ke kantor pemerintah terdekat untuk menunggu perlindungan dari pasukan federal.

Seorang penduduk distrik Babo-Gembel, tempat serangan itu terjadi mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa orang-orang bersenjata tiba setelah jam 9 malam (18:00 GMT), memaksa penduduk berkumpul di luar dalam satu kelompok dan menembak mati mereka.

“Tempat itu tidak memiliki perlindungan keamanan dari aparat keamanan pemerintah saat itu. Saya menemukan 29 jenazah tergeletak di satu area, sementara ada jenazah lain yang berserakan di area terdekat,” kata pria itu, seorang penjaga di sebuah gereja Ortodoks, yang berbicara tanpa menyebut nama demi alasan keamanan.

    

 

Simak Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Diduga Partai Oposisi

Otoritas setempat menyalahkan serangan itu, di mana 15 orang lainnya terluka, pada kelompok pecahan dari Front Pembebasan Oromo (OLF), yang dikenal sebagai OLF Shane atau Tentara Pembebasan Oromo.

OLF adalah partai oposisi yang menghabiskan bertahun-tahun di pengasingan tetapi tidak dicekal setelah Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed menjabat pada 2018.

“Meskipun [OLA] telah dilemahkan oleh langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah bersama dengan masyarakat untuk memastikan penegakan hukum, karena rasa putus asa mereka terus melakukan serangan terhadap warga sipil,” demikian pernyataan dari pemerintah daerah Oromia.

Oromo adalah kelompok etnis terbesar di Ethiopia dan Amhara adalah yang terbesar kedua. Dua wilayah tetangga Amhara dan Oromia berbagi perbatasan. Warga sipil dari satu kelompok etnis yang tinggal di sisi lain perbatasan menjadi sasaran serangan dalam beberapa bulan terakhir.

Tewodrose Tirfe, ketua Asosiasi Amhara Amerika yang berbasis di Washington, DC, mengatakan "pada bulan Maret lebih dari 300 orang Amhara, termasuk wanita dan anak-anak, telah dibantai oleh Tentara Pembebasan Oromo".

Dia juga menuduh pemerintah "bungkam" atas pembunuhan yang terjadi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.