Sukses

Ketakutan Meningkat di Komunitas Asia-Amerika Usai Insiden Penembakan di Atlanta

Tiga panti pijat di sekitar Atlanta menjadi sasaran pada Selasa lalu, enam orang keturunan Asia-Amerika jadi korban tewas.

Liputan6.com, Atlanta - Komunitas Asia-Amerika bersiaga pada Kamis 18 Maret setelah penembakan yang menewaskan enam wanita Korea. Insiden itu pun memicu ketakutan pada populasi Asia yang sudah khawatir oleh lonjakan kejahatan rasial selama pandemi COVID-19.

Tiga panti pijat di sekitar Atlanta menjadi sasaran pada Selasa lalu, di mana seorang pria berusia 21 tahun yang diduga melakukan pembunuhan telah ditangkap di Georgia.

"Ini memilukan," kata Andrew Yang, mantan calon presiden dari Partai Demokrat yang mencalonkan diri sebagai Wali Kota New York.

"Saya adalah orang Asia dan saya ingat dengan jelas bagaimana tumbuh dengan perasaan atas ejekan hingga penghinaan kala Anda tidak bisa menjadi orang Amerika jika memiliki wajah Asia," kata Yang.

"Tapi ini telah menjalar menjadi sesuatu yang mematikan dan penuh kebencian," katanya dalam konferensi pers di New York bersama dengan aktivis hak-hak sipil kulit hitam Al Sharpton.

Gedung Putih mengumumkan bahwa Presiden Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris, yang telah dijadwalkan berada di Atlanta pada Jumat (19/3/2021).

Mereka akan bertemu dengan para pemimpin Asia-Amerika untuk "membahas serangan dan ancaman yang sedang berlangsung terhadap masyarakat."

Robert Aaron Long, dari Woodstock, Georgia, menghadapi delapan dakwaan pembunuhan dan satu dakwaan penyerangan, di mana enam dari delapan orang yang terbunuh adalah wanita keturunan Asia.

Dia mengaku melakukan serangan itu, menurut penegak hukum, tetapi mengklaim dia tidak memiliki motivasi kebencian rasial.

 

Saksikan Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Keprihatinan Terhadap Rasisme Asia-Amerika

Direktur FBI Chris Wray menegaskan dalam sebuah wawancara dengan stasiun radio publik NPR pada Kamis (18/3) bahwa motif pria bersenjata itu belum sepenuhnya dipahami, tetapi penembakan itu tetap menyentuh hati banyak orang yang prihatin atas kejahatan rasial terhadap orang Asia-Amerika yang telah meningkat.

Chi-Chi Zhang, seorang wanita Asia-Amerika yang tinggal di Cambridge, Massachusetts datang ke AS dengan keluarga ketika dia berusia tujuh tahun.

"Kami mulai berbicara tentang bagaimana rencana pelarian kami jika diserang di jalan," katanya.

Zhang mengatakan bahwa selama sebagian besar hidupnya dia telah diajari untuk menyesuaikan diri dengan gagasan "minoritas teladan".

Di Washington, subkomite DPR membahas peningkatan yang mengkhawatirkan dalam sentimen anti-Asia, dengan ketua Steve Cohen menggambarkan orang Asia menjadi sasaran "pelecehan verbal, diludahi, ditampar pada wajah hingga didorong dengan kasar ke tanah".

"Bagi banyak orang Asia-Amerika, peristiwa mengejutkan hari Selasa terasa seperti puncak tak terelakkan dari tahun di mana ada hampir 3.800 insiden kebencian anti-Asia yang dilaporkan," kata perwakilan Steve Cohen.

Mereka telah tumbuh "semakin lebih keras dari waktu ke waktu karena pandemi COVID-19 yang memburuk", kata Cohen, seorang anggota parlemen dari Partai Demokrat dari Tennessee.

Lonjakan itu, katanya, dipicu oleh rujukan virus COVID-19 yang berasal dari China.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.