Sukses

Penerapan Ilmu Perilaku Tingkatkan Kepatuhan Warga dalam Upaya Mitigasi COVID-19

Selama pandemi COVID-19, Pemprov Jatim dan Nudgeplus mendesain intervensi berbasis ilmu perilaku untuk menggerakan orang agar mencuci tangan.

Liputan6.com, Jakarta - Visual tertentu mampu menggerakan perilaku kita. Selama pandemi COVID-19, Pemprov Jatim dan Nudgeplus mendesain intervensi berbasis ilmu perilaku untuk menggerakan orang agar mencuci tangan. Dan terlihat dari hasil intervensi yang dipaparkan untuk perilaku cuci tangan dengan memakai sabun, dengan menerapkan ilmu perilaku dalam aspek ini, kesadaran dan kepatuhan masyarakat akan pentingnya mencuci tangan dengan, semakin meningkat.

Dengan membekali sejumlah ASN di Pemprov Jatim, dengan bagaimana ilmu perilaku yang digunakan sebagai dasar dalam mengambil suatu kebijakan, termasuk dengan memberikan satu contoh nyata pada suatu projek dan dapat menjadi investasi human capital di jangka yang panjang.

Bersama dengan Kedutaan Inggris, Pemprov Jawa Timur dan Nudgeplus, ketiganya mengadakan webinar bertajuk "Intervensi Berbasis Ilmu Perilaku terkait Protokol Kesehatan Selama Pandemi Covid-19" melalui ZOOM, pada Senin (1/3), yang dimana tidak hanya membahas hasil dari intervensi yang dilakukan di salah satu instansi di Jatim, namun juga untuk menutup event dari program perubahan perilaku di Jawa Timur.

Menurut Owen Jenkins, Duta Besar Kerajaan Inggris Raya untuk Indonesia dan Timor Leste, ilmu perilaku ini sendiri dinilai membantu pemerintah memberikan solusi yang dapat membuat masyarakat lebih sadar akan anjuran protokol kesehatan pada masyarakat, dan mengubah mereka.

"Saya pikir itu karena ilmu perilaku memberi pemerintah cara yang berbeda untuk membantu orang melakukan hal yang benar," Kata Owen. "Intervensi ilmu perilaku yang dilakukan juga memberikan pemahaman mengapa orang berperilaku seperti itu."

Emil Dardak, Wakil Gubernur Jawa Timur, juga menambahkan bahwa ilmu perilaku adalah sebuah bidang disiplin ilmu yang memang mendalami bagaimana masyarakat merespon suatu pesan. Dalam dunia pemerintahan, jika bisa menentukan pola komunikasi yang efektif, itu akan merubah perilaku.

Sama halnya dengan apa yang telah dilakukan oleh rekan Nudgeplus dalam meningkatkan kepatuhan masyarakat dalam mencuci tangan menggunakan sabun.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Analisa Perilaku Cuci Tangan

Sebuah perilaku terbentuk dengan adanya asumsi perilaku, yang kemudian dituangkan ke dalam suatu kebijakan dan menjadi sebuah perilaku, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sebuah kebijakan dibuat untuk mengubah perilaku.

Alasan mengapa Nudgeplus memilih cuci tangan sebagai fokus utama projek mereka kali ini tak lain adalah karena menurut laporan BPS (2020), tingkat masyarakat yang mencuci tangan selama masa pandemi ini sangatlah rendah dibanding dengan menggunakan masker dan menjaga jarak. Bahkan bukti yang di dapat dari salah satu instansi di Jatim selama seminggu menunjukkan hanya 17% orang yang menerapkan perilaku cuci tangan.

Hasil analisa menunjukkan beberapa alasan mengapa para karyawan dan pengunjung instansi tersebut malas mencuci tangan, dan salah satunya ketidakpercayaan dan atau lelah dengan anjuran pemerintah. Padahal mencuci tangan dapat mengurangi risiko transmisi virus.

Mengetahui hal tersebut, tim Nudgeplus melakukan uji coba selama 3 minggu, dimana pada minggu pertama mereka memasang wastafel yang bersih dan rapi dan dilanjutkan dengan pemasangan poster "nudge" mencuci tangan serta jejak kaki pada minggu berikutnya.

3 dari 3 halaman

Hasil Uji Coba Selama 3 Minggu

Hasil uji coba pemasangan fisik wastafel dan poster di instansi tersebut menunjukkan bahwa itu tidak terlalu mengubah perilaku cuci tangan, namun dengan dibarengi jejak kaki menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi, dimana jumlah karyawan (ASN) dan pengunjung yang mencuci tangga menjadi 30%.

Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat perbedaan peningkatan antara karyawan dan pengunjung, dimana poster meningkatkan tren cuci tangan menggunakan sabun pada pengunjung karena itu dianggap sebagai bentuk 'saran' dari otoritas, tapi tidak dengan jejak poster. Sedangkan untuk karyawan, mereka menggampangkan perilaku mencuci tangan ini karena merasa berada di sekitar 'ruang geraknya'.

Ditambah lagi dengan jumlah hand sanitizer yang dapat ditemukan hampir setiap sudut ruangan.

Sehingga dapat disimpulkan, pengadaan intervensi fisik sebaiknya diikuti dengan dorongan agar perubahan perilaku yang diharapkan muncul.

 

Reporter: Lianna Leticia

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.