Sukses

Penantian Panjang bagi Afrika untuk Dapat Pasokan Vaksin COVID-19

Di saat banyak negara telah memulai vaksinasi COVID-19, Afrika masih harus menanti pasokan vaksin tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Afrika masih harus menunggu selama "berminggu-minggu jika tidak berbulan-bulan" sebelum menerima vaksin COVID-19 yang disetujui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menurut berbagai pejabat yang bekerja untuk mendapatkan dosis untuk benua itu.

Mengutip BBC, Jumat (22/1/2021), hampir 900 juta dosis telah diamankan sejauh ini melalui berbagai inisiatif, cukup untuk menginokulasi sekitar 30% dari 1,3 miliar orang di Afrika tahun ini.

Penimbunan oleh negara-negara kaya, kekurangan dana, peraturan dan persyaratan sulit telah memperlambat proses peluncuran vaksin

"Dunia berada di ambang bencana kegagalan moral dan harga akan dibayar dengan nyawa dan mata pencaharian di negara-negara termiskin," kata kepala WHO, Dr Tedros Ghebreyesus.

Hampir 40 juta dosis telah diberikan di setidaknya 49 negara berpenghasilan tinggi, dibandingkan dengan hanya 25 dosis yang diberikan hanya di salah satu negara berpenghasilan rendah, menurut Dr Tedros. 

“Bukan 25 juta, bukan 25.000, hanya 25,” ujarnya tanpa menyebut negara mana.

Sejauh ini, belum ada vaksin utama yang diberikan di Afrika, dua bulan setelah dosis pertama diluncurkan di Eropa.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Vaksin Dimenangkan Negara Kaya

Sebuah koalisi organisasi dan aktivis yang dijuluki Aliansi Vaksin Rakyat menemukan bahwa "negara-negara kaya yang mewakili hanya 14% dari populasi dunia telah membeli lebih dari setengah (53%) dari semua vaksin yang paling menjanjikan." 

Itu termasuk semua vaksin Moderna untuk tahun 2021 dan 96% dari produksi yang diharapkan Pfizer.

Kanada menduduki puncaknya, menurut data oleh perusahaan analitik Airfinity, "dengan dosis yang cukup untuk memvaksinasi setiap orang Kanada lima kali". 

Banyak dari permintaan itu harus dipenuhi sebelum negara berpenghasilan rendah dapat memperoleh giliran.

3 dari 3 halaman

Peristiwa yang Terulang

Di Afrika, situasi seperti ini menghidupkan kembali ingatan pada tahun 1990-an, ketika pengobatan antiretroviral (ARV) untuk HIV / Aids dibuat di Amerika Serikat. 

Meskipun benua itu memiliki populasi orang yang terinfeksi HIV yang jauh lebih besar, dibutuhkan setidaknya enam tahun sebelum pengobatan yang menyelamatkan jiwa tersedia untuk orang Afrika.

Dua belas juta orang meninggal di Afrika karena komplikasi terkait AIDS dalam satu dekade, bahkan ketika kematian di AS turun drastis, menurut analisis Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika.

Direktur Eksekutif UNAids Winnie Byanyima telah berada di garis depan yang menyerukan keadilan dari produsen vaksin Covid-19.

"Kami tidak meminta mereka untuk merugi," katanya kepada BBC. 

Dengan ARV, tekanan dari orang yang hidup dengan HIV dan para pejuang hak untuk hidup yang membuat pemerintah mengizinkan produksi pengobatan generik yang jauh lebih terjangkau. 

"Harga [pengobatan antiretroviral per orang] turun dari $ 10.000 per tahun [per orang] menjadi hanya $ 100 per tahun."

Dia menginginkan pendekatan yang sama untuk vaksin COVID-19, dengan mendesak industri farmasi "untuk tidak didorong oleh keinginan untuk mendapatkan keuntungan super". 

Mereka masih bisa mendapat untung bahkan jika mereka membagikan formula tersebut, tambahnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.