Sukses

Bentrok Senjata Antar Kelompok Terjadi di Meksiko, 16 Orang Tewas

Sebuah bentrokan senjata antar kelompok kartel narkoba terjadi di Meksiko sehingga menewaskan 16 orang.

Liputan6.com, Culiacan - Bentrokan senjata antara geng-geng narkoba telah terjadi di negara bagian Sinaloa, Meksiko barat laut hingga menewaskan sedikitnya 16 orang.

"Sebuah van dengan tujuh jasad ditemukan" setelah bentrokan awal antara dua geng yang saling bersaing, sementara sembilan jasad lain ditemukan setelah bentrokan kedua, kata menteri keamanan negara Sinaloa Cristobal Castaneda kepada wartawan.

Mengutip Channel News Asia, Jumat (26/6/2020), Castaneda mengatakan, bentrokan yang terjadi di komunitas pedesaan Tepuche adalah "bagian dari perjuangan antara dua geng kejahatan terorganisir di daerah itu."

Media lokal melaporkan bahwa bentrokan itu melibatkan anggota kartel Sinaloa - yang merupakan bagian dari geng yang dijalankan oleh anak-anak mantan pemimpin Joaquin "El Chapo" Guzman terhadap anggota yang dipimpin oleh Ismael "El Mayo" Zambada.

Laporan tersebut menunjukkan perpecahan yang mendalam terjadi di salah satu kartel narkoba paling kuat di Meksiko, meskipun El Chapo telah ditangkap pada 2016 lalu dan harus menjalani ekstradisi ke Amerika Serikat di mana ia menjalani hukuman seumur hidup.

Castaneda mengatakan kelompok-kelompok saingan itu telah bentrok pada delapan kesempatan terpisah di daerah itu sejak 29 Mei.

Setelah penembakan itu, polisi menyita 40 senjata kaliber tinggi, 10 granat, 36.000 amunisi dan 24 kendaraan, kata pejabat itu.

Para korban semuanya laki-laki, berusia 20 hingga 50 tahun, dan tujuh di antaranya telah diidentifikasi sebagai penduduk Tepuche. Jasad di dalam mobil mengenakan pakaian taktis, termasuk rompi anti peluru.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kejahatan Tetap Ada Walau Pandemi

Kejahatan terorganisir diketahui tetap berjalin aktif di Meksiko, meskipun terkurung karena pandemi Virus Corona COVID-19.

Para spesialis dan pembela hak asasi manusia menghubungkan kekerasan di Meksiko yang terkait narkoba dengan tindakan keras militer yang kontroversial terhadap kejahatan terorganisir yang diluncurkan pada akhir 2006 oleh presiden saat itu, Felipe Calderon.

Menurut data resmi, sejak itu telah ada lebih dari 287.000 pembunuhan di negara itu, meskipun tidak jelas berapa banyak kasus yang terkait dengan aksi kejahatan terorganisir.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.