Sukses

Banyak Negara Longgarkan Lockdown, Waspada Gelombang Kedua Corona COVID-19

Ketika banyak negara-negara Eropa mulai melonggarkan lockdown akibat Virus Corona COVID-19, lonjakan kasus justru kembali terjadi di Asia.

Jakarta - Tingkat reproduksi (perkiraan jumlah orang yang tertular pasien positif) Virus Corona baru di Jerman telah melonjak melampaui angka satu. Para ilmuwan mengatakan bahwa angka ini naik setelah setelah pemerintah federal dan regional melonggarkan aturan pembatasan sosial.

Sebelumnya pada Rabu 6 Mei 2020, ketika Kanselir Jerman Angela Merkel dan perdana menteri negara mengumumkan pelonggaran pembatasan sosial, tingkat infeksi berada di angka 0,65. Namun pada Minggu 10 Mei, berdasarkan data dari Robert Koch Institute (RKI) untuk penyakit menular, angkanya meningkat secara signifikan menjadi 1,13. Demikian seperti mengutip laman DW Indonesia, Senin (11/5/2020). 

Tingkat infeksi di atas angka satu ini menandakan lebih banyak orang dapat tertular patogen mematikan daripada mereka yang sudah memilikinya.

Peningkatan tingkat infeksi tersebut membuat Jerman perlu “mengawasi perkembangan dengan sangat hati-hati di hari-hari berikutnya,” ujar RKI.

Meski begitu, RKI juga mengatakan pada April lalu bahwa dinamika pandemi tidak boleh hanya dilihat dari tingkat reproduksi saja. Presiden RKI Lothar Wieler mengatakan tingkat reproduksi adalah faktor penting, tetapi “hanya satu ukuran di antara banyak faktor lainnya”.

Pemerintah federal bersiaga untuk menarik kembali aturan pelonggaran pembatasan sosial, jika pihak berwenang merasa perlu memberlakukan hal tersebut.

Jumlah kasus Virus Corona COVID-19 pada Sabtu 9 Mei di angka 169.551 kasus, mengalami peningkatan sebanyak 1.251 kasus dari sehari sebelumnya. Sementara data terbaru hingga Senin 11 Mei pagi, jumlah infeksi Virus Corona COVID-19 di Jerman meningkat 357 kasus, dan menjadikan total perhitungan kasus di angka 169.575.

Angka-angka terbaru dari RKI menunjukkan peningkatan jumlah kematian 22 orang menjadi 7.417 orang.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kasus Baru di China dan Korea Selatan

Sementara di China, pemerintah kembali mengonfirmasi 17 kasus baru terkait COVID-19 pada Minggu 10 Mei. Ini berarti, Cina mengalami peningkatan kasus baru harian tertinggi sejak 28 April lalu.

Lima di antara kasus baru tersebut terjadi di Wuhan, tempat wabah pertama kali menyebar. Lima kasus tersebut ditransmisikan secara lokal oleh orang-orang di kompleks perumahaan yang sama dan menjadikan kasus baru di Wuhan sebagai yang tertinggi sejak 11 Maret.

Sementara, tujuh di antara 17 kasus baru tersebut adalah kasus yang diimpor oleh pelancong yang datang dari Mongolia. Total kasus di Cina hingga Senin (11/05) pagi, sedikitnya 82.918 dengan nol kematian. Meski jumlah kasus baru lebih rendah dari puncak wabah pada Februari, namun data ini menggarisbawahi risiko lanjutan yang ditimbulkan oleh COVID-19.

Selain itu, Korea Selatan juga mempertimbangkan kembali rencana membuka kegiatan sekolah, setelah muncul kekhawatiran akan adanya penyebaran baru virus corona di ibu kota Seoul. Pihak berwenang melaporkan 35 kasus baru terkait COVID-19 pada Senin (11/05) tengah malam, yang menjadikannya angka kasus baru tertinggi sejak satu bulan. Angka tersebut memunculkan kekhawatiran bahwa negara ini bisa memiliki gelombang kedua penyebaran wabah.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC) melaporkan sedikitnya 69 kasus baru terkait COVID-19 dalam 48 jam terakhir. Sebagian besar kasus baru COVID-19 dikaitkan dengan penyebaran virus di beberapa klub malam dan bar di Seoul. Pihak berwenang telah menguji 4.000 orang yang telah mendatangi klub-klub malam tersebut, namun masih berusaha melacak sekitar 3.000 orang lainnya.

"Prioritas utama kami adalah untuk meminimalkan penyebaran infeksi di wilayah Seoul dan sekitarnya," ujar Perdana Menteri Korsel Chung Sye-kyun dalam pertemuan dengan pejabat pemerintah pada Senin 11 Mei.

Chung menyerukan kepada pemerintah daerah untuk mengerahkan sebanyak mungkin personel yang tersedia dan bekerja dengan polisi untuk melacak orang-orang yang mendatangi tempat-tempat tersebut. Pihak berwenang mencurigai beberapa di antara orang-orang tersebut sengaja menghindari tes.

Lonjakan kasus muncul tepat setelah pemerintah Korsel melonggarkan beberapa pembatasan jarak sosial dan memutuskan untuk membuka kembali sekolah dan kegiatan bisnis sepenuhnya.

Dalam pidatonya pada Minggu 10 Mei, Presiden Korsel Moon Jae-in memperingatkan bahwa kondisi penyebaran virus ini "belum berakhir sampai (benar-benar) berakhir," seraya menambahkan bahwa kluster baru COVID-19 menunjukkan bahwa virus dapat menyebar secara luas kapan saja.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.