Sukses

Kerusuhan di Penjara Honduras Tewaskan 36 Napi dalam Sepekan

Ada masalah geng di penjara Honduras. Militer pun siap turun tangan.

Liputan6.com, Tegucigalpa - Kerusuhan penjara kembali pecah di Honduras pada Minggu 22 Desember 2019, dan menewaskan 18 narapidana. Pasukan keamanan nasional Honduras menemukan senjata api, pisau, dan machete (semacam golok) dipakai dalam kerusuhan tersebut.

Dilaporkan AFP, Senin (23/12/2019), kejadian tragis ini terjadi selang dua hari setelah ada kerusuhan di penjara lain di Honduras pada Jumat lalu. Jumlah korban tewas juga mencapai 18 orang, sehingga total 36 orang napi tewas dalam dua hari.

Kerusuhan yang terjadi pada Minggu kemarin berlangsung di penjara El Porvenir, sebelah utara ibu kota Tegucigalpa. Sama seperti kerusuhan sebelumnya, penyebab kerusuhan pada Minggu kemarin juga tidak jelas.

Kejadian berlangsung sehari setelah militer berjanji akan turun tangan di 18 penjara berisiko tinggi. Namun, pejabat pemerintah berkata para geng di penjara ingin mencegah intervensi pemerintah.

"Mereka yang tewas dan terluka diserang dengan peluru dan senjata tajam," ujar juru bicara petugas keamanan Letnan Antonio Coello seperti dikutip BBC.

Krisis penjara di Honduras membuat pemerintah menetapkan keadaan darurat pada Rabu lalu. Kendali penjara pun dilimpahkan kepada tentara.

Perang antar geng juga kerap terjadi di Honduras. Geng yang paling ganas adalah MS-13 yang juga diincar pasukan keamanan Amerika Serikat (AS).

Penjara di Honduras juga overcrowded. Kapasitas penjaranya hanya 8.000 orang, namun jumlah napi mencapai 20 ribu orang.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kerusuhan pada Jumat

Sebanyak 18 narapidana tewas dalam kerusuhan di penjara di kota Tela, Honduras. 16 narapidana lainnya luka-luka dalam kerusuhan yang terjadi pada Jumat malam kemarin waktu setempat.

Dilaporkan AFP, 17 napi tewas di penjara, sementara seorang lagi tewas di rumah sakit. Media Honduras menyebut ada yang perselisihan terjadi antar geng, namun belum jelas apa pemicu kerusuhan.

Juru bicara penjara, Digna Aguilar, berkata pihak berwajib harus waspada saat memasuki penjara karena beberapa napi punya senjata api. Proses investigasi pun terhambat.

Pasukan gabungan keamanan nasional, Fusina, menyebut ada lima senjata api 9mm dan amunisi yang sudah disita dari narapidana.

Jumlah korban jiwa dari kerusuhan penjara ini pun terus menanjak. Awalnya dilaporkan ada hanya ada tiga korban tewas, namun angkanya terus menanjak menjadi 14, sampai menjadi 18 korban.

Pekerja forensi sudah membawa jenazah untuk diotopsi. Keluarga korban pun tampak terpukul saat mengambil jenazah keluarga mereka.

Ini bukan yang pertama kerusuhan di penjara terjadi di Honduras belakangan ini. Pada 14 Desember lalu, lima orang anggota geng Mara Salvatrucha (MS-13) dibantak oleh napi lain di penjara La Tolva yang terletak 40 km dari ibu kota Tegucigalpa.

Presiden Honduras Juan Orlando Hernandez pun telah memerintahkan tentara dan polisi untuk segara mengontrol 27 penjara di negaranya. 

3 dari 3 halaman

Bunuh-bunuhan di Penjara

Korban kerusuhan di penjara Honduras tak hanya menimpa napi, melainkan sipir. Korban adalah Pedro Idelfonso Armas. Ia bertugas di El Pozo, salah satu penjara paling ketat di Honduras.

Armas tidak tewas di penjara, ia saat itu sedang disuspens oleh Kementerian Keamanan karena ia terkait dengan penyelundup narkoba Magdaleno Meza yang juga dibunuh oleh para napi. Ketika kejadian berlangsung, Armas sedang berbicara denganMeza.

Laporan Insight Crime menyebut Armas telah menerima ancaman sebelum meninggal. Ia tewas di dalam sebuah mobil Toyota dengan luka enam tembakan pada 26 Oktober lalu.

Penasihat hukum Meza dan anggota kartel miliknya juga ditemukan tewas di dekat kota Tegucigalpa pada awal bulan ini. Pembunuhannya masih diinvestigasi.

Sebelum tewas Meza menuliskan di buku catatannya ia punya hubungan adik presiden, Juan Antonio Hernandez, yang kini sedang diadili di Amerika Serikat akibat penyelundupan narkoba. Buku itu pun menjadi barang bukti di pengadilan New York.

Presiden Hernandez mengecam dakwaan kepada adiknya tersebut dan menyebut kasus hukumanya berdasarkan mulut Meza yang merupakan seorang pembunuh.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.