Sukses

Media China Sebut Hasil Pemilu Hong Kong Penuh Trik Kotor

Kekalahan simpatisan pro-Beijing di pemilu distrik Hong Kong membuat kesal media China.

Liputan6.com, Hong Kong - Kemenangan besar kubu pro-demokrasi di pemilu dewan distrik Hong Kong tidak mendapat reaksi positif dari pemerintahan China. Media pemerintah China bahkan menyebut ada "trik kotor" yang memenangkan kubu pro-demokrasi.

Dilansir Channel News Asia, Selasa (26/11/2019) media The People's Daily menyebut protes sosial mengganggu proses pemilu. Media itu juga enggan menyebut kemenangan kubu pro-demokrasi pada pemilu Minggu 24 November.

Sementara, media China Daily justru lebih frontal dalam mengecam hasil pemilu Hong Kong. Lewat kolom editorial mereka, kubu pro-demokrasi dituding melakukan intimidasi dan membawa-bawa nama demokrasi untuk melakukan tindakan ilegal yang merugikan kandidat pro-Beijing.

"Hasil dari pemilu dewan distrik pada hari Minggu kemarin menandakan kemunduran pada pengembangan demokrasi Hong Kong karena hasilnya berubah akibat aktivitas-aktivitas ilegal yang dilakukan kubu oposisi yang dilakukan demi keuntungan kandidat-kandidat mereka," tulis China Daily.

Media asal Beijing itu mengungkap, sekitar 30 kandidat pro-Beijing dirusak dan akses komunikasi pun sengaja diputus. Poster-poster kampanye mereka juga disebut secara sistemik diberangus di ruang publik.

Tak hanya dituduh merusak, media pemerintah China itu bahkan mengatakan para pendukung kandidat pro-Beijing sengaja diancam agar tidak pergi ke tempat pencoblosan.

"Segala tindakan itu dan taktik intimidasi kekerasan lainnya diniatkan untuk mengurangi eksposur dan visibilitas para kandidat pro-petahana," ujar China Daily.

Media itu pun memberikan pesan agar kekacauan di Hong Kong segera dibereskan demi menyelesaikan kegaduhan. Kubu oposisi pun digambarkan sebagai "pasukan radikal."

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mengecam AS

China Daily juga mengecam para politisi Amerika Serikat (AS) yang ikut angkat suara soal pemilu Hong Kong. UU HAM Hong Kong dan Demokrasi yang disahkan pemerintah AS juga disindir sebagai bentuk intervensi ke pemilu Hong Kong.

"Para regulator asal AS bahkan lebih kebablasan dama ikut campur ke urusan internal Hong Kong: Mereka buru-buru meloloskan apa yang katanya UU HAM Hong Kong dan Demokrasi sebelum pemilu dewan distrik Hong Kong," tulis China Daily.

UU itu pertama diajukan Senator Marco Rubio pada pertengahan tahun ini. Berdasarkan UU tersebut, pemerintah AS dapat memberi sanksi pada pejabat China dan Hong Kong yang bertanggung jawab pada pelanggaran HAM.

Berkat dukungan Partai Demokrat dan Republik, RUU tersebut lolos di DPR pada 19 November 2019 dan sehari kemudian juga lolos di Senat.

Senator Marco Rubio pun ikut angkat suara soal kemenangan kubu pro-Demokrasi di Hong Kong.

"Selamat kepada kandidat baru Dewan Distrik di Hong Kong yang memenangkan pemilu hari Minggu. Hasil ini adalah bukti: rakyat Hong Kong ingin suara bagi masa depan mereka. Generasi selanjutnya dari kota itu seharusnya menginspirasi kita untuk terus berjuang," ujar Rubio via Twitter.

3 dari 3 halaman

Carrie Lam Menerima Hasil Pemilu

Berbeda dengan media China, Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam justru menerima hasil pemilu dengan lapang dada. Ia juga senang karena proses berlangsung seara damai. 

"Ada banyak analisis dan intepretasi yang mengatakan hasil ini mencerminkan ketidakpuasan publik dengan keadaan saat ini dan adanya masalah mendalam di masyarakat," ujar Carrie Lam.

"(Pemerintah akan) mendengarkan opini-opini dari kalangan publik dengan rendah hati dan merenung secara serius," lanjutnya.

Hasil pemilu distrik ini juga mengejutkan bagi kubu pemerintah Hong Kong, pasalnya mereka meyakini pemilu ini akan membuktikan bahwa pemerintah lebih populer daripada kubu pro-demokrasi yang berbulan-bulan protes.

"Langit dan bumi sudah terbalik," ujar Junius Ho, politikus pro-Beijing yang kalah di pemilu ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.