Sukses

Demonstrasi Kian Meluas, Sekolah dan Bisnis Ekuador Tutup

Tak hanya ibu kota yang pindah, sekolah dan bisnis tutup imbas demo di Ekuador yang meluas pada Rabu (9/10/2019).

Liputan6.com, Ekuador - Unjuk rasa nasional memaksa sekolah dan bisnis di Ekuador tutup. Hal itu bersamaan dengan demo yang memasuki hari ke-7 di Ekuador pada Kamis (10/10/2019) atau Rabu waktu setempat.

Pasukan keamanan Ekuador bentrok dengan para pengunjuk rasa bertopeng pada Rabu 9 Oktober 2019. Presiden Ekuador, Lenin Moreno terjebak oleh langkah-langkah penghematan yang kemudian memicu kerusuhan terburuk dalam satu dekade.

Puluhan ribu pengunjuk rasa telah mengepung istana presiden di Quito, tempat Lenin Moreno kembali setelah melarikan diri, seperti dilansir rt.com

Demonstrasi dipicu oleh pemotongan pengeluaran terkait dengan pinjaman International Monetary Fund (IMF) telah menyebabkan bentrokan kekerasan selama sepekan.

Dikutip dari aljazeera.com, sekolah dan bisnis ditutup dari ibu kota dataran tinggi Quito hingga ke kota pesisir Guayaquil. Hal itu sebagai dampak kerusuhan yang kian meluas.

Presiden Lenín Moreno dari Ekuador sebelumnya memindahkan kursi pemerintahannya dari ibu kota Quito, ke kota pesisir Guayaquil. Pemindahan pusat pemerintahan dilakukan di tengah aksi protes di Ekuador.

Meski demonstrasi yang meluas berjalan damai, tetapi kekerasan tetap terjadi. Di beberapa tempat, demonstran melemparkan batu dan tongkat ke polisi yang menembakkan gas air mata. Bahkan saksi mata menyebut beberapa orang terluka di Quito.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Keluhkan Pemerintah Ekuador

Protes meletus di negeri Andean yang berpenduduk 17 juta orang seminggu lalu. Hal itu dipicu pleh Presiden Moreno yang memangkas subsidi bahan bakar, seperti dilansir aljazeera.com. 

Serta bagian dari paket langkah-langkah yang sejalan dengan pinjaman IMF sebesar $ 4,2 miliar atau sekitar 59 triliun rupiah. 

Kepala serikat pekerja Front Persatuan Buruh, Mesias Tatamuez mangatakan keluhan atas tindakan pemerintah Ekuador pada rakyatnya.

"Apa yang telah dilakukan pemerintah adalah memberi penghargaan kepada bank-bank besar, kapitalis, dan menghukum warga miskin Ekuador," kata Mesias Tatamuez.

Sementara itu, kelompok pribumi utama CONAIE telah mengerahkan sekitar 6.000 anggota ke Quito dari daerah-daerah terpencil. 

Kelompok tersebut juga mengatakan pemerintah Presiden Moreno berperilaku seperti "kediktatoran militer" dengan menyatakan keadaan darurat dan menetapkan jam malam. 

Para pengunjuk rasa memblokade jalan-jalan di berbagai bagian Ekuador mulai Rabu pagi dengan puing-puing. Sementara, pasukan keamanan memblokir sebuah jembatan besar di Guayaquil untuk menggagalkan upaya pengunjuk rasa.

Permintaan utama para demonstran adalah penarikan potongan subsidi bahan bakar, meskipun beberapa juga mendesak Moreno untuk berhenti. Sebab hal itu telah membuat harga transportasi dan makanan melonjak di Ekuador.

Dalam sebuah pernyataan, Presiden Ekuador juga memberi klarifikasi atas upayanya mencabut subsidi bahan bakar.

"Saya tidak mengerti mengapa saya harus melakukannya jika saya membuat keputusan yang tepat," kata Moreno pada Selasa malam.

Ia beralasan hutang besar dan defisit fiskal mengharuskan reformasi “pengencangan sabuk”.

3 dari 4 halaman

Bentrok Aparat dengan Demonstran, Hingga Imbas Perdagangan Minyak

Selama tujuh hari, para pengunjuk rasa telah turun ke jalan dan membarikade jalan-jalan dengan ban terbakar. 

Di sisi lain, polisi dengan kendaraan lapis baja merespons memakai meriam air dan gas air mata.

Pihak berwenang di Ekuador telah menangkap 756 orang dalam satu minggu kerusuhan. Sementara itu, puluhan petugas polisi terluka selama unjuk rasa berlangsung.

Seorang lelaki meninggal setelah ditabrak mobil dan sebuah ambulans tidak dapat menghubunginya di tengah kekacauan yang terjadi

Sementara itu, dua orang jatuh dari jembatan saat protes berlangsung, belum ada laporan lebih lanjut atas korban jatuh tersebut.

Menteri Perminyakan, Carlos Perez mengatakan negara anggota OPEC telah kehilangan 232.000 barel produksi dari kerusuhan. Jumlah tersebut bernilai lebih dari $ 12,5 juta atau sekitar 176 miliar rupiah.

Tentara membantu mengambil kembali kendali atas ladang Sacha yang penting, kata kementerian itu, tetapi setengah lusin lainnya tetap tutup.

Perusahaan negara Petroecuador, yang biasanya mengangkut 360.000 barel per hari ke Pantai Pasifik, menghentikan operasi Sistem Pipa Trans-Ekuador (SOTE) dan menimbang menyatakan force majeure pada kontrak internasional. 

Pemerintah berharap para mediator dapat membantu dan menjanjikan langkah-langkah untuk mengimbangi kenaikan harga. Termasuk, kepentingan kesejahteraan ekstra bagi masyarakat miskin dan kredit untuk petani.

4 dari 4 halaman

Tuduhan Kudeta Presiden Ekuador

Wakil Presiden Ekuador, Otto Sonnenholzner mengatakan sebuah dialog telah dimulai dengan gerakan-gerakan pribumi dan persatuan. Serta, didukung oleh PBB, Gereja Katolik dan para rektor universitas.

"Kami sedang berbicara dan kami telah membuat beberapa kemajuan," Otto, menyalahkan "geng bayaran" atas gangguan tersebut.

Presiden Ekuador menuduh mantan teman, mentor, dan bos, Correa untuk berupaya melancarkan kudeta atas dirinya. 

Kudeta Correa dilakukan melalui bantuan sesama Presiden sosialis, Nicolas Maduro di Venezuela. Namun, tidak ada bukti yang diberikan dan dibenarkan hingga saat ini atas tuduhannya.

 

Reporter: Hugo Dimas

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini