Sukses

Misi NASA Lindungi Bumi: Menabrakkan Pesawat Ruang Angkasa ke Asteroid

NASA dan ESA akan menabrakkan pesawat ruang angkasa ke asteroid untuk melindungi Bumi.

Liputan6.com, New York - Sebuah pesawat ruang angkasa akan ditabrakkan ke sebuah asteroid yang dinamakan Didymos B. Wahana antariksa yang akan dihempaskan ke asteroid ini adalah Double Asteroid Redirection Test (DART) milik NASA.

Alasannya: untuk menguji apakah dampak pesawat ruang angkasa dapat membelokkan lintasan asteroid, sebagai upaya perlindungan Bumi dari serangan asteroid.

Proyek bersama yang disebut Asteroid Impact and Deflection Assessment (AIDA) itu digagas European Space Agency (ESA) dan NASA, yang diumumkan pada 2015. Namun, temuan terbaru dari misi-misi asteroid belakangan ini mungkin memiliki implikasi untuk pengujian tabrakan.

Sebagai contoh, ketika Hayabusa2 membom asteroid Ryugu pada April 2019, wahana ini menciptakan kawah yang jauh lebih besar dari yang diperkirakan. Selain itu, materi di permukaan asteroid sangat mirip pasir di Bumi; yang dapat memengaruhi efektivitas defleksi (penyimpangan arah) dampak kinetik.

"Pemboman yang dilakukan Hayabusa2 menunjukkan bahwa tidak ada kohesi di permukaan (asteroid) dan regolith yang berperilaku seperti pasir murni. Gravitasi mendominasi proses itu ketimbang kekuatan intrinsik dari bahan pencipta asteroid," jelas ilmuwan planet Patrick Michel dari CNRS.

Regolith adalah lapisan endapan superfisial longgar, heterogen yang menutupi batuan padat. Ini termasuk debu, tanah, pecahan batu, dan material terkait lainnya yang ada di Bumi, Bulan, Mars, asteroid, serta planet dan Bulan terestrial lainnya.

"Jika gravitasi juga dominan di Didymos B, meskipun jauh lebih kecil, tabrakan kita bisa berakhir dengan kawah yang jauh lebih besar daripada percobaan berbasis laboratorium," lanjutnya.

Mengikuti lokakarya AIDA pada minggu lalu di Roma, para ilmuwan telah bertemu di EPS-DPS Joint Meeting 2019 di Jenewa untuk membahas proyek itu lebih lanjut.

"Hari ini, kami adalah manusia pertama dalam sejarah yang memiliki teknologi yang berpotensi membelokkan asteroid agar tidak berdampak ke Bumi," ujar astronom Ian Carnelli dari ESA kepada Technology Review, yang dikutip dari Science Alert, Jumat (20/9/2019).

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Efek Tabrakan

Sistem Didymos adalah lokasi uji coba yang sempurna di angkasa luar. Ini adalah objek dekat Bumi atau NEO yang tidak berada di jalur tabrakan dengan Bumi.

"Target DART, Didymos, adalah kandidat ideal untuk eksperimen pertahanan planet pertama manusia," ucap ilmuwan planet Nancy Chabot dari Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory.

"Ia tidak berada di jalur tabrakan dengan Bumi, dan karenanya tidak menimbulkan ancaman terhadap planet kita. Namun, sifat binernya memungkinkan DART untuk mencoba dan mengevaluasi efek dari tabrakan kinetik."

Objek yang lebih besar, Didymos A, berukuran sekitar 780 meter. Sedangkan yang lebih kecil, Didymos B, punya panjang 160 meter dan kadang-kadang disebut "Didymoon".

Didymos B mengorbit asteroid yang lebih besar setiap 11,92 jam.

Dalam simulasi komputer, ketika DART menabrak Didymos B dengan kecepatan 23.760 kilometer per jam (14.760 mil per jam), pesawat ruang angkasa itu hanya akan mengubah kecepatan asteroid dalam jumlah sedikit -- satu sentimeter per detik atau lebih.

Di sebuah asteroid tunggal, kita mungkin tidak dapat mendeteksinya sama sekali. Namun, dalam sistem Didymos, dampaknya diperkirakan sedikit mengubah periode orbital. Selain 11,92 jam, Didymos B dapat memakan waktu beberapa menit lebih banyak untuk berkeliling Didymos B.

Meski terdengar sedikit, tetapi jika para ilmuwan berhasil mencegat asteroid yang berbahaya bagi Bumi dalam waktu yang cukup awal, maka perubahan kecepatan kecil itu bisa membuat perbedaan besar.

3 dari 3 halaman

Bagian ESA

DART dijadwalkan akan diluncurkan pada Juli 2021, untuk ditubrukkan pada September 2022. Sebuah CubeSat kecil bernama LICIAcube akan diluncurkan dari DART sesaat sebelum mengambil foto tabrakan untuk dikirim ke Bumi.

CubeSat adalah jenis satelit miniatur untuk penelitian ruang angkasa yang biasanya memiliki volume tepat satu liter (10 cm kubus), memiliki massa tidak lebih dari 1,33 kilogram.

Teleskop yang berbasis di Bumi selanjutnya akan mengamati Didymos untuk melihat apakah waktu transit asteroid berubah berdasarkan penurunan reguler pada kurva cahaya sistem.

Bagian kedua dari misi ini adalah Hera milik ESA, pesawat ruang angkasa untuk pengamatan kecil yang akan dilepaskan pada 2023, dan mengambil data Didymos B pada 2027. Hera telah melewati tinjauan persyaratan sistemnya, dan sekarang sedang melanjutkan ke tahap pengembangan.

"Pertahanan planet benar-benar merupakan upaya di seluruh dunia," kata Carnelli kepada Technology Review.

Selain hanya teknologi dan sains, AIDA juga merupakan eksperimen yang sangat baik dalam hal kolaborasi antara ilmuwan dan badan antariksa di seluruh dunia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.