Sukses

Klaim Ilmuwan Tentang Benua yang Hilang Tersembunyi di Bawah Eropa

Ada benua hilang yang tersembunyi di bawah Eropa?

Liputan6.com, Jakarta - Para peneliti di Belanda mengklaim ada benua hilang yang tersembunyi di bawah Eropa bagian selatan. Benua tersebut dinamakan "Greater Adria", muncul sekitar 240 juta tahun silam setelah terpisah dari Gondwana, sebuah kontinen super bagian selatan yang terdiri dari Afrika, Antarktika, Amerika Selatan, Australia dan daratan utama lainnya.

Greater Adria membentang amat luas, mulai dari (apa yang sekarang dikenal sebagai) Alpen sampai ke Iran, tetapi tidak semua wilayah ini berada di permukaan air.

Dengan kata lain, kemungkinan area tersebut merupakan serangkaian pulau atau kepulauan, kata penulis utama studi ini, Douwe van Hinsbergen, ketua tektonik global dan paleogeografi di Departemen Ilmu Bumi di Utrecht University, Belanda.

Hinsbergen dan timnya menghabiskan satu dekade untuk mengumpulkan dan menganalisis batuan yang dulunya merupakan bagian dari benua kuno tersebut.

Sabuk gunung (mountain belts), tempat bebatuan Greater Adrian terbentang, ditemukan di sekitar 30 negara yang berbeda, ujar Hinsbergen kepada Live Science, yang dikutip pada Kamis (12/9/2019).

"Setiap negara memiliki survei geologi sendiri, peta sendiri, kisah sendiri dan benua sendiri," Hinsbergen menjelaskan. "Dengan penelitian ini, kami menyatukan semua itu dalam satu gambaran besar."

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ada Peran Bakteri Purba

Bumi ditutupi lempeng tektonik raksasa yang bergerak relatif satu sama lain. Greater Adria termasuk bagian dari lempeng tektonik Afrika (tetapi bukan bagian dari benua Afrika, karena ada lautan di antara mereka), yang perlahan-lahan meluncur di bawah lempeng tektonik Eurasia, di tempat yang sekarang menjadi Eropa bagian selatan.

Sekitar 100 juta hingga 120 juta tahun lalu, Greater Adria menabrak Eropa dan mulai tenggelam di bawahnya --tetapi beberapa batu massanya terlalu ringan, sehingga tidak ikut karam ke dalam mantel Bumi.

Proses itu membentuk rantai pegunungan seperti Alpen, juga membuat batu-batu kuno tersebut terkunci di tempatnya, di mana para geolog dapat menemukannya. Hinsbergen dan rekan-rekan melihat orientasi mineral magnetik kecil yang dibentuk oleh bakteri purba di batuan ini.

Bakteri tersebut membuat partikel-partikel magnetik untuk beradaptasi dengan medan magnet Bumi. Ketika bakteri ini mati, mineral magnetik tertinggal di dalam endapan, kata Hinsbergen.

Seiring berjalannya waktu, sedimen di sekitar bakteri yang mati berubah menjadi batu dan mengeras. Hinsbergen dan krunya menemukan bahwa di banyak wilayah ini, bebatuan telah mengalami rotasi yang sangat besar.

3 dari 3 halaman

Teka-Teki Baru

Selain itu, Hinsbergen menyatukan batu-batu besar yang dulunya bergabung, seperti di sabuk gunung berapi atau di terumbu karang raksasa.

"Sesar yang bergerak menyebarkan kepingan batu-batu tersebut, seperti sebuah piring pecah, yang potongan-potongannya tersebar ke mana-mana," ucapnya.

Ia menambahkan: "Temuan ini seperti puzzle. Semua serpihan tercampur aduk dan saya menghabiskan 10 tahun terakhir untuk membuat teka-teki lagi."

Hinsbergen cs menggunakan perangkat lunak untuk menciptakan peta terperinci dari benua kuno ini dan mengkonfirmasi bahwa benua tersembunyi itu bergerak ke utara sambil sedikit berputar, sebelum bertabrakan dengan Eropa.

Temuan Hinsbergen telah diterbitkan pada 3 September 2019 di jurnal Gondwana Research.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.