Sukses

Raja Salman Gratiskan Biaya Haji 200 Penyintas Teror di Masjid Selandia Baru

Raja Salman dari Arab Saudi menggratiskan 200 korban dan keluarga penyintas serangan teror Christchurch

Liputan6.com, Christchurch - Raja Salman dari Arab Saudi menggratiskan biaya haji tahun ini bagi 200 korban dan keluarga penyintas serangan teror Christchurch, Selandia Baru.

Menteri Urusan Agama Arab Saudi Sheikh Abdullatif bin Abdulaziz Al-Asheikh menjelaskan, langkah itu dimaksudkan sebagai upaya untuk "menghadapi dan mengalahkan terorisme," demikian seperti dilansir ABC Australia, Kamis (18/7/2019).

Disebutkan, Raja Salman pekan ini memutuskan akan menampung para korban dan keluarga mereka selama musim haji yang puncaknya pada awal Agustus.

Salah seorang penyintas teror Christchurch, Temel Atacocugu yang tertembak sembilan kali di masjid Al Noor pada 15 Maret, mengatakan sangat menghargai tawaran Raja Salman.

Temel akan berangkat haji bersama seorang kemenakannya.

Dia mengatakan, pemulihan fisiknya berjalan lambat namun stabil dan perjalanan ke Tanah Suci umat Islam itu akan membantu pemulihan mentalnya.

"Pergi berhaji akan membantu saya secara spiritual dan mental," katanya seperti dikutip situs berita Stuff.co.nz.

Temel mengatakan, dia belum pernah ke Makkah sebelumnya dan sudah lama bercita-cita menjalankan ibadah haji.

Imam Masjid Linwood, Christchurch, Abdul Lateef, secara terpisah menyambut baik kesempatan dari Raja Salman kali ini.

Pasalnya, biaya haji dari Selandia Baru saat ini berkisar 15.000 dolar (sekitar Rp 150 juta), yang tidak terjangkau oleh banyak umat Islam di sana.

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sekilas Teror di Christchurch

Penembakan masjid terjadi di Selandia Baru, tepatnya di Kota Christchurch, pada Jumat pagi, 15 Maret 2019.

Penyerang menargetkan Masjid Al Noor dan Linwoood Islamic Centre, menewaskan 50 orang dan melukai 50 lainnya.

Insiden itu adalah pertama kalinya dalam sejarah Selandia Baru, otoritas lokal menyebutnya sebagai "tindakan kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya".

Kepolisian setempat juga mengecam tindakan di Christchurch, mengatakan bahwa tidak akan ada tempat untuk kekerasan semacam itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.