Sukses

Depresi Berat, Gadis di Inggris Ini Telan Sebuah Sikat Gigi

Lantaran depresi parah, seorang gadis di Inggris, menelan sebatang sikat gigi.

Liputan6.com, Birmingham - Seorang gadis bernama Ayla yang tinggal di Cardiff, Inggris, harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit gara-gara dia dilaporkan menelan sebatang sikat gigi karena depresi.

Menurut ibunda Ayla, Jane Haine, putrinya itu adalah salah satu dari sekian banyak orang di Britania Raya yang mengalami learning difficulties atau kesulitan belajar.

Kesulitan belajar adalah kondisi di mana kompetensi atau prestasi yang dicapai oleh seseorang tidak sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan. Umumnya, ini terjadi sejak orang tersebut masih kecil.

Kondisi yang demikian biasanya disebabkan oleh faktor biologis atau fisiologis, terutama berkenaan dengan kelainan fungsi otak --yang lazim disebut sebagai kesulitan belajar spesifik-- serta faktor psikologis, yaitu kesulitan belajar yang berkaitan dengan rendahnya motivasi dan minat belajar.

Haines mengatakan, Ayla sudah dikarantina bersama penderita lain di Assessment and Treatment Unit (ATU) yang ada di sebuah rumah sakit di Northamptonshire, sejak usianya masih 14 tahun.

Ayla berjuang keras untuk melawan anoreksia dan masalah kesehatan mental lain yang diidapnya, termasuk depresi. Dia telah menghabiskan waktu selama tujuh tahun terakhir sebagai pasien rawat inap.

Jane menyebut Ayla depresi berat karena penyakit yang dideritanya, harus berada di tempat yang asing dan berada jauh dari keluarga. Ujungnya, dia nekat menelan sebatang sikat gigi tanpa diketahui motifnya.

Mirisnya, kasus ini baru diketahui oleh pihak keluarga 10 bulan kemudian dan selama keluarga menjenguk Ayla ke ATU, tak ada seorang perawat atau dokter di ATU yang membeberkan soal sikat gigi yang bersarang di dalam tubuh Ayla.

"Dia sangat ingin mengakhiri semuanya, ada botak besar di kepalanya, rambutnya tidak akan pernah tumbuh kembali karena dokter bilang dia kerap membenturkan kepalanya ke tembok," ujar Haines, seperti dikutip dari BBC, Senin (1/4/2019).

"Bahkan salah satu dokter mengatakan, mungkin dia mengalami sejumlah kerusakan otak. Kami (orangtua) tidak berdaya dan hanya bisa pasrah," lanjut Jane. "Melihat keadaan Ayla seperti itu membuat kami ikut tersiksa."

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Layanan ATU Tak Beres?

ATU adalah unit-unit semacam rehabilitasi yang disediakan oleh National Health Service (NHS) di rumah sakit-rumah sakit di Inggris bagi penderita sakit mental. Banyak anak muda yang dikirim ke layanan kejiwaan ini karena dianggap rentan membahayakan diri mereka sendiri.

Pasien seharusnya dirawat selama sembilan hingga 18 bulan, tetapi rata-rata mereka dirawat inap dengan jangka waktu lebih dari 5 tahun.

Di satu sisi, Haine menyatakan bahwa dirinya dan pihak keluarga lain tidak mengkritisi tempat di mana Ayla menjalani terapi, namun lebih skeptis terhadap sistem perawatan di ATU.

Sementara itu, saat dimintai pendapat terkait insiden yang mendera Ayla --soal sikat gigi yang ditelannya-- ATU enggan berkomentar apapun.

Tetapi mereka mengklaim telah berkomunikasi dengan keluarga pasien sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan di ATU, menjaga anggota keluarga mereka tetap aman, serta membantu mereka berani 'tampil' di tengah masyarakat.

Sebelumnya, ATU pernah berada di bawah pengawasan ketat pemerintah setempat pada 2011 setelah program Panorama BBC mengekspos sebuah skandal pelecehan terhadap pasien di Winterbourne View, sebuah rumah sakit (RS) swasta di Hambrook, South Gloucestershire, Inggris.

Investigasi Panorama yang disiarkan di televisi pada tahun itu, mengungkap kekerasan fisik dan psikologis yang dilakukan oleh staf RS terhadap pasien-pasien mereka.

Rekaman kamera tersembunyi memperlihatkan karyawan-karyawan RS berulang kali menyerang dan mengikat pasien di kursi. Pasien-pasien ini kemudian diberikan hukuman: diguyur air dingin, lantas ditinggal di luar dalam suhu mendekati nol derajat Celcius.

Tak sampai di situ saja, oknum juga menuangkan obat kumur ke mata pasien, menjambak rambut dan menjejalkan obbat ke mulut pasien. Para korban terlihat berteriak dan gemetaran.

Ada pula seorang pasien yang terekam berusaha melompat dari jendela lantai dua untuk menghindari siksaan semacam itu. Satu pasien ada yang berulang kali dicolok matanya.

Layanan sosial lokal dan regulator nasional Inggris (Care Quality Commission) telah menerima berbagai protes dan peringatan, tetapi penganiayaan tetap berlanjut. Seorang perawat senior, Terry Bryan, melaporkan keprihatinannya kepada manajemen di Winterbourne View dan CQC, tetapi keluhannya tidak digubris.

Rumah sakit yang didanai publik tersebut kini sudah ditutup sebagai ujung dari penyalahgunaan yang terjadi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.