Sukses

Musim Dingin Ekstrem, Cipratan Air pun Membeku Seketika jadi Es

Kondisi musim dingin ekstrem di utara China ini tak menyurutkan semangat sejumlah turis pemberani, yang justru berkelana di luar menikmatinya.

Liputan6.com, Mohe - Kabut es langka mencengkeram Kota Mohe di China bagian utara, setelah suhu tutun hingga minus 43,5 derajat Celsius pada 6 Desember 2018 waktu setempat. Demikian menurut laporan sejumlah media Negeri Tirai Bambu.

Otoritas Mohe mengumumkan bahwa suhu turun menjadi minus 41,1 derajat Celsius pada Selasa 4 Desember, minus 42,1 pada Rabu 5 Desember dan minus 43,5 pada Kamis 6 Desember, South China Morning Post melaporkan.

Seperti dikutip dari CNN, Minggu (8/12/2018), hawa dingin mendekati kota di utara China itu pada hari Senin dan menyebabkan suhu turun antara 12 dan 20 derajat Celsius.

Pihak berwenang kemudian terpaksa mengeluarkan peringatan level merah pertama kota itu untuk cuaca dingin. Biro Meteorologi Heilongjiang juga mengeluarkan peringatan level oranye untuk cuaca dingin bagi seluruh negara bagian.

Kondisi itu juga membuat jarak pandang berkurang hingga kurang dari 100 meter, tetapi kondisi yang tak bersahabat itu tidak menyurutkan semangat beberapa turis pemberani yang justru berkelana di luar untuk menyaksikan fenomena meteorologi di sana.

Kemudian beredar video di media sosial yang menunjukkan sejumlah orang melemparkan air ke udara yang dengan seketika berubah membeku jadi es.

Kabut es sejatinya hanya terjadi di wilayah terdingin di dunia, karenanya tetesan air yang tersuspensi di udara dapat tetap dalam bentuk cair pada suhu serendah minus 40 derajat Celcius. Ini terbentuk di bawah kondisi tertentu ketika kelembaban tinggi dikombinasikan dengan suhu tidak lebih tinggi dari minus 30 derajat Celcius, sehingga memungkinkan kristal es terbentuk di udara.

Ini adalah fenomena yang secara teratur terjadi di Kutub Utara dan Antartika, tetapi juga dapat terbentuk di lintang utara dan selatan yang ekstrem, di wilayah termasuk Alaska dan Rusia bagian utara.

Mohe terletak di Provinsi Heilongjiang yang berbatasan dengan Rusia, dan merupakan kota paling utara di negara itu. Kota ini sering disebut sebagai "Kota Arktik China," dan merupakan salah satu dari sedikit lokasi di Tiongkok yang memiliki iklim subarktik.

Musim dingin di kota itu terjadi mulai awal hingga pertengahan Oktober dan berlangsung hingga akhir April. Suhu rata-rata di sana tetap di bawah titik beku selama sekitar tujuh bulan dalam setahun.

 

Saksikan juga video berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rambut Bocah China Ini Membeku Jadi Es

Sementara itu, seorang bocah asal China jadi olok-olokan teman sebayanya di sekolah akibat penampilannya yang terkesan tak biasa. Setiba di sekolah, rambut bocah tersebut jadi bahan tertawaan karena tampak keras dan membeku jadi es.

Dikutip dari laman Daily Mail, Rabu 10 Januari 2018, memasuki awal tahun, suhu di kota Shaotong, Provinsi Yunnan, China mulai dingin.

Bocah laki-laki bernama Wang Fuman itu harus berjalan kaki sejauh 4,5 kilometer agar dapat tiba di sekolah. Selain harus menempuh jarak yang sangat jauh, ia pun harus bangun pagi agar dapat tiba di sekolah tepat waktu.

Rambut bocah asal China jadi bahan tertawaan oleh teman sekelas karena tampak keras dan membeku oleh es (People's Daily Online)

Bermodal mantel lusuh, Fuman menangkis dinginnya suhu di pagi hari dan berjalan selama beberapa jam. Namun, setibanya di sekolah, Fuman tak menyadari jika rambutnya berdiri kaku akibat beku oleh es.

Seketika teman-teman sebaya menertawakan Fuman. Sekilas, ia terlihat seperti tokoh kartun yang membeku. Meski demikian, Fuman tak ambil hati. Ia tetap tersenyum meski temannya tertawa.

Bocah asal China itu sendiri merupakan seorang murid kelas tiga di sekolah dasar kota Xinjie. Ia berasal dari keluarga yang tak mampu.

Ayahnya adalah seorang pekerja migran di kota lain dan ibunya telah meninggalkan ayahnya seorang diri. Usianya kini delapan tahun dan ia tinggal di sebuah rumah bersama nenek dan kakak perempuannya.

Fu, kepala sekolah tempat Fuman belajar mengatakan bahwa rumah bocah itu jauh dan mengharuskan ia untuk berjalan setiap hari.

Sang kepala sekolah juga mengatakan bahwa ujian akhir sekolah harus tetap dilaksanakan meski suhu di China turun drastis hingga minus sembilan derajat.

Siswa juga merasa tersiksa karena ruangan tak dilengkapi dengan penghangat. Akibatnya, beberapa rambut dan alis murid-murid di sekolah termasuk Fuman membeku.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.