Sukses

Presiden Turki: Arab Saudi Rencanakan Pembunuhan Jamal Khashoggi

Presiden Turki, Recep Erdogan, menyebut bahwa pembunuhan Jamal Khashoggi merupakan aksi terencana.

Liputan6.com, Ankara - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut bahwa pembunuhan Jamal Khashoggi merupakan "operasi terencana dari Arab Saudi" dan menuntut agar "orang yang memberi perintah dimintai pertanggungjawaban."

Dalam sebuah pernyataan terbaru untuk memaparkan hasil penyelidikan otoritas Turki atas kasus tersebut, Erdogan menjelaskan bahwa aksi pembunuhan kolumnis The Washington Post itu "telah direncanakan beberapa hari sebelum terlaksana" dan "tim pembunuh dari Saudi tiba di Istanbul lebih dulu" sebelum Khashoggi dilaporkan menghilang --yang kemudian dinyatakan tewas.

Tim itu, kata Erdogan, tiba terlebih dahulu di Istanbul "untuk meninjau kawasan hutan" di sekitar kota itu yang dekat dengan lokasi Konsulat Saudi. Penyelidik Turki sebelumnya menyebut bahwa jasad Khashoggi --atau yang tersisa darinya-- dibuang ke hutan di sana.

Erdogan juga menolak penjelasan resmi Saudi yang rilis pada 20 Oktober 2018, di mana Riyadh menyebut bahwa Jamal Khashoggi tewas dalam perkelahian yang terjadi di dalam konsulat. Saudi menyajikan penjelasan itu untuk menepis maraknya narasi tuduhan 'pembunuhan berencana' yang dilontarkan oleh penyelidik Turki.

Presiden Turki itu juga mendesak agar ke-18 orang Saudi, yang diduga sebagai pelaku dan telah ditangkap oleh otoritas Negeri Petro Dollar pada beberapa hari sebelumnya, segera diekstradisi ke Negeri Ottoman untuk menjalani pendakwaan. Pernyataan itu menunjukkan penolakan Erdogan terhadap rencana Saudi yang hendak mendakwa ke-18 orang itu di tanah air mereka sendiri.

Penjelasan Erdogan menggambarkan ketidakpercayaan pemerintah Turki atas penyidikan yang juga digelar oleh Saudi. Menteri Luar Negeri Saudi, Adel al-Jubeir sebelumnya berjanji bahwa "Raja Salman dan Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) akan mengusut kasus itu secara lengkap dan menyeluruh."

Tapi, Erdogan tampak tak mempercayai itikad Raja Salman dan sang Putra Mahkota untuk membuka penyelidikan sendiri terhadap kasus Jamal Khashoggi.

"Bukannya saya tak percaya dengan ketulusan Raja Salman. Tapi, investigasi untuk isu kritis seperti ini harus dilaksanakan oleh delegasi yang adil, tidak bias, dan tidak memiliki indikasi keterlibatan dalam insiden itu sendiri," jelas Erdogan.

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pertanyaan Erdogan yang Belum Terjawab

Presiden Turki Recep Erdogan juga mengajukan pertanyaan atas misteri pembunuhan Jamal Khashoggi, yang sampai saat ini, belum jelas titik terangnya.

"Ata perintah siapa tim yang berisi tentara, mata-mata, dan pakar forensik datang ke Istanbul. Mengapa orang-orang dengan keahlian semacam itu dibentuk?" ujarnya beretorika.

"Mengapa sedari awal konsulat Saudi di Istanbul tidak segera memberikan otorisasi kepada otoritas Turki untuk melakukan inspeksi. Mereka (konsulat) justru menunda sepekan sebelum mengizinkan otoritas Turki untuk melakukan pengumpulan bukti," tambah Erdogan.

"Sampai pertanyaan ini terjawab, tak ada yang bisa menyangkal sedikitpun bahwa hal ini ditutup-tutupi," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.