Sukses

Donald Trump: Jurnalis Washington Post Hilang di Konsulat Saudi, Saya Prihatin...

Donald Trump dan pejabat tinggi AS prihatin soal kasus lenyapnya jurnalis The Washington Post di Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki sejak 2 Oktober lalu.

Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan pada hari Senin 8 Oktober bahwa dirinya "prihatin" soal laporan tentang kasus lenyapnya seorang jurnalis warga negara Arab Saudi yang merupakan kontributor harian The Washington Post dan kritikus terhadap Negeri Petrodollar.

Jamal Khashoggi (59) terakhir kali terlihat tengah memasuki Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki pada 2 Oktober 2018 untuk mengurus dokumen terkait pernikahannya. Namun, tunangannya --yang menunggu Khashoggi di luar gedung-- melaporkan bahwa pria itu tak pernah muncul kembali, sampai sekarang.

Sampai saat ini, keberadaan Khashoggi tak diketahui. Menurut laporan sejumlah sumber yang tak terkonfirmasi, kuat dugaan bahwa Khashoggi telah ditahan paksa, atau mungkin, tewas dibunuh di konsulat Saudi di Istanbul.

Mengomentari kabar tersebut, Trump mengatakan, "Saya prihatin tentang itu."

"Aku tidak suka mendengar tentang itu dan semoga segera selesai. Sekarang, tidak ada yang tahu apa pun tentang itu," lanjutnya seperti dikutip dari CNN (9/10/2018).

"Ada beberapa cerita yang sangat buruk tentang itu. Saya tidak menyukainya," tambahnya.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo juga mengutarakan hal senada pada Selasa 9 Oktober.

Pompeo mengatakan, "Ada laporan yang bertentangan," ujarnya, merujuk pada keterangan pejabat Turki yang anonim yang mengatakan bahwa Khashoggi tewas di dalam konsulat Saudi di Istanbul. Di sisi lain, Arab Saudi dengan keras membantah keterlibatan apa pun dan menyebut klaim yang dilontarkan Turki sebagai "tuduhan keliru."

Jurnalis Arab Saudi yang merupakan kontributor harian The Washington Post, Jamal Khashoggi (59). Ia dilaporkan menghilang saat memasuki Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018 (AFP PHOTO)

Menambahkan komentarnya tentang kasus itu, Pompeo mengatakan, "Kami menyerukan kepada pemerintah Arab Saudi untuk mendukung penyelidikan menyeluruh atas hilangnya Khashoggi dan bersikap transparan."

Wakil Presiden Mike Pence juga berkomentar serupa, sambil menggemakan kemungkinan terburuk yang mungkin dialami oleh Khashoggi.

"Jika benar, ini adalah hari yang tragis. Kekerasan terhadap jurnalis di seluruh dunia merupakan ancaman terhadap kebebasan pers dan hak asasi manusia. Dunia bebas layak mendapat jawaban."

Sementara itu, pada Minggu 7 Oktober, CNN melaporkan bahwa pemerintah AS di beberapa lembaga dan di tingkat senior administrasi, diam-diam ikut bekerja mencari kejelasan kasus Khashoggi.

Dua pejabat senior pemerintah AS mengatakan, Washington DC tidak memiliki informasi yang dapat diverifikasi untuk mengonfirmasi klaim pemerintah Turki yang menyebut bahwa Khashoggi terbunuh. Di sisi lain, AS juga belum menemukan jawaban terang dari Arab Saudi tentang keberadaan pria itu.

Hingga berita ini dimuat, keberadaan jelas Jamal Khashoggi masih belum diketahui.

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

 

Simak video pilihan berikut:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mantan 'Orang Dalam' Pemerintahan Saudi

Jamal Khashoggi merupakan warga negara Saudi, mantan 'orang dalam' pemerintahan Negeri Petrodollar, dan kini bekerja sebagai jurnalis merangkap kontributor harian The Washington Post, demikian menurut laporan CNN.

Sejak tahun lalu, Khashoggi mengasingkan diri di Amerika Serikat sewaktu pihak berwenang Saudi melakukan penindakan terhadap para terduga pembangkang dan pengkritik pemerintah.

Khashoggi sendiri dikenal sebagai salah satu figur yang bersikap sangat kritis terhadap Putra Mahkota Saudi Pangeran Muhammad bin Salman.

Dalam tulisannya untuk Washington Post, Khashoggi telah mengecam kebijakan Saudi terhadap Qatar dan Kanada, perang di Yaman, dan penindasan terhadap perbedaan pendapat dan media di kerajaan.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia telah meminta Arab Saudi untuk memverifikasi keberadaan Khashoggi, dengan Human Rights Watch menyerukan kepada Turki untuk memperdalam penyelidikan atas kasus tersebut, mengatakan jika Arab Saudi telah menahan Khashoggi tanpa mengakuinya, penahanannya merupakan bentuk penghilangan paksa.

"Jika otoritas Saudi diam-diam menahan Khashoggi, ini akan menjadi eskalasi lain dari pemerintahan Pangeran Muhammad bin Salman yang menindas terhadap para pembangkang dan pengkritik yang bersikap damai," kata Sarah Leah Whiteson, direktur Human Rights Watch Timur Tengah.

"Beban pembuktian ada pada Arab Saudi yang harus memberikan bukti atas klaimnya bahwa Khashoggi meninggalkan konsulat sendirian, dan bahwa agen-agen Saudi tidak menahannya."

Pada Jumat 5 Oktober, surat kabar The Washington Post menerbitkan kolom kosong dengan judul "A Missing Voice" sebagai bentuk solidaritas bagi Khashoggi.

Tunangannya mengatakan kepada surat kabar itu bahwa Khashoggi "sebelumnya sempat khawatir untuk pergi ke konsulat Saudi di Istanbul."

Ia mengatakan, "Bagaimana bisa nyaman apabila ia tidak disukai oleh negaranya?"

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.