Sukses

Akibat Perang Yaman, Wabah Penyakit Kolera Meningkat 170 Persen di Hodeida

Kian berlarutnya Perang Yaman membuat wabah penyakit kolera meningkat hingga 170 persen di kota pelabuhan Hodeida.

Liputan6.com, Sana'a - Laporan terbaru dari pusat kesehatan yang didukung lembaga amal Save the Children., menyebut setelah fasilitas air dibom di Yaman, dugaan kasus kolera di daerah itu telah melonjak sebesar 170 persen.

Dikutip dari Sky News pada Selasa (2/10/2018), hal itu menyebabkan kematian warga sipil sulit dihindari, terutama anak-anak.

Dalam waktu satu bulan setelah penghancuran fasilitas sanitasi dan stasiun air, dugaan kasus kolera di Hodeida meningkat dari 732 kasus di bulan Juli, menjadi 1.342 pada bulan Agustus.

Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut sekitar 30 persen dari semua kasus kolera yang dicurigai di Yaman terjadi pada anak-anak di bawah lima tahun.

Bulan lalu, hanya dua hari setelah Salwa (nama disamarkan) jatuh sakit karena kolera, putranya yang berusia dua tahun, Aseel (juga nama samaran), dirawat di rumah sakit bersama dirinya dalam kasus yang sama.

Salwa, yang hamil empat bulan, ketakutan akan nasib bayinya yang belum lahir setelah tertular penyakit menular tersebut, yang menyebabkan diare dan muntah.

Ketika pertama kali jatuh sakit, dia tidak mampu membayar ongkos bus 2.000 riyal Yaman (setara Rp 120 ribu dengan kurs Rp 60,18 per satu riyal) untuk pergi ke rumah sakit.

Ia terpaksa menunggu sampai ayahnya berhasil menyewa sepeda motor, dan membawanya dalam kondisi kritis ke klinik kesehatan Save the Children.

Salwa berkata: "Dua hari setelah saya sakit, putra saya yang berusia dua tahun jatuh sakit dan bergabung dengan saya di rumah sakit. Yang pasti, saya menularinya dengan kolera. Kami minum air dari sumur dekat rumah kami."

"Hidup kami sebelum perang makmur tetapi setelah perang, berubah karena kekurangan bahan bakar," lanjutnya bercerita.

"Saya hamil empat bulan. Ketika saya sakit kolera saya merasa khawatir bahwa saya akan kehilangan bayi saya, terutama dengan situasi buruk saat ini," ujar Salwa sedih.

Kenaikan dugaan kasus wabah kolera di Hodeidah mengikuti peningkatan pertempuran sejak Juni.

Arab Saudi dan sekutunya telah berperang di Yaman selama hampir empat tahun melawan pemberontak Houthi yang didukung Iran, di mana menguasai sebagian besar Yaman utara termasuk ibu kota Sanaa, serta membuang pemerintah yang didukung Riyadh ke pengasingan pada tahun 2014.

 

* Liputan6.com yang menjadi bagian KapanLagi Youniverse (KLY) bersama Kitabisa.com mengajak Anda untuk peduli korban gempa dan tsunami di Palu dan Donggala. Yuk bantu Sulawesi Tengah bangkit melalui donasi di bawah ini.

 

 

Semoga dukungan Anda dapat meringankan beban saudara-saudara kita akibat gempa dan tsunami Palu di Sulawesi Tengah dan menjadi berkah di kemudian hari kelak.

 

Simak video pilihan berikut:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Anak-Anak Paling Terancam

PBB melaporkan bahwa Hodeidah, yang merupakan kota pelabuhan utama di Yaman, adalah rumah bagi hampir 100.000 anak-anak yang kekurangan gizi parah, yakni lebih dari seperempat total penduduk Yaman.

Anak-anak dengan malnutrisi berat secara signifikan lebih mungkin mengalami kontraksi dan meninggal karena penyakit diare, seperti kolera daripada anak-anak yang bergizi baik.

Berbicara dari Hodeidah, Dr Mariam Aldogani, manajer lapangan Save the Children Hodeidah, mengatakan: "Situasi di sini menjadi tak terkendali karena konflik. Saya melihat semakin banyak anak yang datang dengan dugaan kolera."

"Saya bertemu dengan seorang ibu dari dua orang yang mengalami diare akut, dan dia memberi tahu saya bahwa seluruh keluarganya ikut tertular, karena mereka tidak lagi memiliki akses ke air bersih," lanjutnya menjelaskan.

Dr Mariam menyebut seluruh keluarga terkait meminum dari sumur terbuka secara langsung, karena tidak memiliki cukup uang untuk membeli gas dapur guna merebus air yang terkontaminasi itu.

"Suaminya belum dibayar gaji sejak tahun lalu," tambah Dr Mariam. "Dia tahu dia membahayakan kesehatan anak-anaknya. Tapi apa yang bisa dia lakukan ketika mereka menangis karena kehausan? Jadi mereka hanya minum, dan berharap yang terbaik."

Kolera ditularkan melalui makanan atau air yang terkontaminasi. Akses ke air bersih sangat penting untuk mengendalikan kontrol penyebaran wabah kolera.

Pasien diobati dengan rehidrasi dan antibiotik.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.