Sukses

Pemilu Pakistan 2018, Persaingan Ketat Eks Atlet Kriket dan Partai Nawaz Sharif

Puluhan juta warga Pakistan diperkirakan akan datang ke bilik suara dalam Pemilu 2018 yang digelar hari ini.

Liputan6.com, Islamabad - Puluhan juta warga Pakistan diperkirakan akan datang ke bilik suara dalam Pemilu 2018 yang digelar hari ini--sebuah pesta rakyat yang digadang-gadang menjadi tonggak perubahan bagi negara di Asia Selatan tersebut.

Seperti dilansir CNN, Rabu (25/7/2018), berbagai polling telah memprediksi persaingan ketat antara dua kubu utama.

Persaingan itu melibatkan partai Tehreek-e-Insaf Justice Party (PTI) yang dipimpin eks atlet kriket Imran Khan, dengan partai Pakistan Muslim-League-Nawaz (PML-N) yang dipimpin oleh Shabahz Sharif, adik mantan perdana menteri Nawaz Sharif--yang saat ini berstatus sebagai terdakwa kasus korupsi dan mendekam di penjara.

Jelang pemungutan suara, citra Imran Khan sempat dicemari dugaan kedekatannya dengan pihak militer Pakistan. Militer pun juga diduga memberikan dukungan di balik layar atas pelbagai kampanye Imran.

Dugaan kedekatan militer dengan Imran Khan menuai reaksi negatif bagi sejumlah pemilih. Karena, hal itu membangkitkan kembali memori kelam atas pemerintahan militeristik di Pakistan selama 71 tahun.

Imran telah berulang kali membantah tudingan bahwa ia didukung oleh militer dan mengutuk kandidat yang memanfaatkan isu tersebut untuk mencoreng jejak kampanyenya.

Terlepas dari hal tersebut, pelbagai hasil polling tetap menunjukkan bahwa Imran dan PTI mampu memenangi pemilu --meski harus bersaing ketat dengan Shabahz Sharif dan PML-N.

Shabahz, yang mengisi kekosongan kursi kepemimpinan PML-N menyusul terpenjaranya Nawaz, telah berhasil menarik simpati sejumlah besar pemilih jelang pemilu. Seperti dikutip dari Sky News, beberapa polling menyebut bahwa Shabahz dan PML-N "mengalami lonjakan dukungan dari rakyat".

PM Pakistan Nawaz Sharif (AP/Amel Emric)

Berbicara soal terpenjaranya Nawaz yang terjadi beberapa pekan sebelum pemilihan, pihak PML-N menyebut hal itu sebagai sebuah bentuk upaya untuk mengebiri kekuatan politik partai.

"Namun, kami tetap tahan banting (untuk menghadapi pemilu)," kata Shabahz, seperti dikutip dari Sky News.

Di samping kedua kubu tersebut, ada kubu ketiga yang digadang-gadang sebagai kuda hitam, yakni partai Pakistan People's Party (PPP) yang dipimpin Bilawal Bhutto Zardari.

Bilawal merupakan anak dari pasangan suami istri mantan Perdana Menteri Pakistan, mendiang Benazir Bhutto dan mantan presiden ke-11 Pakistan Asif Ali Zardari. Atas fakta itu, berbagai pengamat memprediksi bahwa Bilawal dan PPP akan mampu mendulang cukup banyak suara untuk mengamankan sejumlah kursi di parlemen.

Dengan sistem pemerintahan parlementer, pemilu Pakistan 2018 merupakan ajang bagi sekitar 3.459 kandidat parlemen yang mewakili 100 partai politik untuk memperebutkan total 272 kursi di Majelis Nasional Pakistan.

Dari total 272 kursi, enam puluh kursi disisihkan untuk perempuan dan 10 di antaranya untuk kelompok agama minoritas, termasuk Hindu.

Setelah seluruh kursi parlemen terisi, para wakil rakyat tersebut akan melaksanakan konsolidasi dan pemilihan perdana menteri. Kuat diprediksi, pemimpin partai yang memenangi suara mayoritas pada pemilu akan menjadi perdana menteri baru Pakistan.

Hampir setengah juta personel polisi akan dikerahkan untuk melindungi tempat pemungutan suara dan untuk memastikan pemilih dapat memberikan suara mereka dengan bebas dan aman. Isu keamanan menjadi permasalahan tersendiri, menyusul beragam serangan dan bom bunuh diri pada sejumlah kampanye jelang pemilu.

Pemungutan suara akan ditutup pukul 18.00 waktu setempat.

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Imran Khan Diprediksi Kuat Menang?

Imran Khan membangun citranya dalam kampanye pemilu sebagai selebritas olahraga kriket dan keberhasilan PTI sebagai partai regional yang populer.

Imran dan PTI mengusung janji-janji perubahan, menarik konservatif agama dan pemberantasan korupsi di Pakistan yang endemik. Isu itu menjadi keuntungan mengingat lawan politik mereka, PML-N dan Shabahz Sharif, tersandung oleh kasus korupsi Nawaz Sharif.

Namun, beberapa analis mengatakan bahwa Imran Khan tidak memiliki pengalaman politik tingkat nasional untuk memberlakukan reformasi yang berarti, dan akan terhambat oleh kurangnya sekutu yang loyal di partainya dan indikasi kedekatannya dengan militer. Demikian seperti dikutip dari CNN.

Di sisi lain, semua mata tengah menunggu apakah Shabahz Sharif dapat mempertahankan PML-N sebagai partai dominan di parlemen, sekaligus penguasa daerah kantung suara terbesar di Punjab.

Siapa pun yang membentuk pemerintahan berikutnya akan membentuk masa depan geopolitik Pakistan --sebuah republik Islam berpopulasi 207 juta orang-- untuk tahun-tahun mendatang.

Negara bersenjata nuklir itu menghadapi ketidakpastian atas hubungannya dengan AS, yang telah memotong bantuan militer karena dugaan dukungan Islamabad untuk Taliban di negara tetangga Afghanistan dan kedekatannya dengan China, yang telah membiayai proyek-proyek infrastruktur bernilai miliaran dolar di negara Asia Selatan itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.