Sukses

Istri Meninggal, Kakek Asal Australia Ini Jadi Backpacker ke 23 Negara

Kakek berusia 64 tahun yang kehilangan istrinya di tahun 2016 karena kanker untuk melakukan perjalanan backpacking ke berbagai negara.

Liputan6.com, Canberra - Hidup mungkin terlalu singkat untuk dihabiskan di rumah saja. Itulah yang membuat Chris Herrmann, kakek berusia 64 tahun yang kehilangan istrinya di tahun 2016 karena kanker memutuskan untuk melakukan perjalanan backpacking ke berbagai negara.

Dalam perjalanannya selama 12 bulan terakhir yang dilakukannya sendiri dia sudah mengunjungi 23 negara.

Dia menyebut dirinya sebagai 'senior gap year' setelah istrinya yang dinikahinya selama 40 tahun meninggal.

Istrinya sudah lama mengidap kanker. Namun di tahun 2016, kondisinya memburuk dengan cepat dan meninggal seminggu kemudian.

"Semuanya terjadi begitu cepat." kata kakek Herrmann. "Ketika dia terbaring di hari-hari terakhirnya saya tidak percaya semua ini terjadi."

"Ini membuat saya berpikir bahwa hidup kita bisa berubah dalam sekejap saja."

Setelah ditinggal istrinya, Hermann kembali seperti ketika di masa dulu lagi, duda tanpa tanggungan dan karenanya kemudian memutuskan melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

Di negara-negara Barat, gap year adalah istilah anak-anak muda yang melakukan perjalanan atau melakukan kegiatan lain, antara masa setelah tamat SMA dan masuk kuliah.

Biasanya gap year itu berlangsung antara beberapa bulan sampai setahun.

Herrmann kemudian menjual apartemen dan mobilnya, menaruh barang-barangnya di tempat persewaaan dan membeli tiket pesawat keliling dunia.

"Beberapa orang mengatakan, apakah kamu melakukan ini untuk menemukan dirimu sendiri?", kata kakek tersebut.

"Tetapi saya merasa bahwa babak dalam kehidupan saya sudah berakhir. Ada pintu baru lagi yang harus saya buka."

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pengalaman Backpacking

Seperti halnya anak-anak muda yang baru memulai petualangan, Herrmann sendiri juga meragukan apa yang akan dilakukannya.

"Suara di kepala saya muncul dengan ratusan berbagai alasan untuk tidak melakukannya." katanya.

"Kamu sudah terlalu tua. Bagaimana kalau kamu jatuh sakit. Semua hal ini membuat saya kadang tidak bisa tidur."

"Namun hati saya mengatakan 'ah jangan takut, sudah pergi saja."

Dia pertama kali mendarat di Spanyol, tanpa mengetahui bahasa di sana sama sekali, tidak punya rencana, dan tidak juga memesan tempat tinggal.

Hermann kemudian melanjutkan perjalanan di Eropa, Afrika Utara, Amerika Tengah dan Asia Tenggara.

Dia mengunjungi pegunungan di Nicaragua, minum bir di pantai di Costa Rica, bermain sandboarding di Peru, dan melakukan trekking di hutan tropis di Colombia.

Karena ingin mengalami perjalanan dalam gaya 'backpacker', dia tinggal di hostel di mana tamu yang menginap kebanyakan adalah anak-anak muda.

"Kamar yang ada akan dipenuhi dengan orang-orang yang bahkan lebih muda dari anak saya sendiri." katanya.

"Mereka melakukan perjalanan untuk mencari kebebasan, dan kemudian mereka bertemu orang tua seperti saya."

Chris Herrmann mengatakan istrinya pasti akan mendukung apa yang sudah dilakukannya tersebut.

"Dia akan mengatakan 'silahkan, nikmati saja hidupmu.' Kami pernah mengalami masa-masa indah bersama, dan dia pasti mendukung apa yang saya lakukan."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.