Sukses

Cuaca Panas Ternyata Berdampak Buruk pada Nilai Ujian, Ini Penjelasannya

Siswa yang berada di wilayah dengan cuaca panas cenderung mengalami pengurangan daya fokus, dibanding mereka yang tinggal di wilayah lebih dingin.

Liputan6.com, Jakarta Instensitas cuaca panas yang kian meningkat selama beberapa tahun terakhir, disebut memengaruhi penurunan daya fokus siswa ketika menjalani tes pelajaran.

Pernyataan itu disampaikan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa universitas di Amerika Serikat (AS), yang dipimpin oleh Harvard University.

Dikutip dari BBC pada Kamis (31/5/2018), ada hubungan "signifikan" antara suhu yang lebih tinggi dan prestasi sekolah yang lebih rendah, di mana hal itu didapat dari skor penilaian pada 10 juta siswa sekolah menengah AS selama 13 tahun. Hal tersebut menunjukkan cuaca panas memiliki dampak negatif pada hasil tes pelajaran.

Penelitian ini mengklaim bukti jelas yang menunjukkan bahwa ketika suhu naik, kinerja sekolah menurun. Para peneliti telah melacak bagaimana siswa sekolah menengah mengikuti tes pelajaran pada tahun yang berbeda, antara 2001 dan 2014, di seluruh iklim dan pola cuaca yang berbeda di Negeri Paman Sam.

Studi yang diterbitkan oleh Biro Riset Ekonomi Nasional AS, menemukan bahwa siswa lebih mungkin memiliki skor yang lebih rendah dalam beberapa tahun, ketika tempat tinggalnya mengalami kenaikan suhu secara signifikan, sebelum kemudian kinerja kembali membaik di tahun-tahun yang lebih dingin.

Hipotesa ini diterapkan di berbagai jenis iklim, baik di negara bagian di wilayah utara yang dingin, ataupun di selatan yang cenderung hangat.

Para peneliti menghitung bahwa untuk setiap kenaikan 0,55 derajat Celcius dalam suhu rata-rata sepanjang tahun, ada penurunan sekitar satu persen pada daya fokus belajar.

Studi ini juga menemukan fakta bahwa dampak cuaca panas jauh lebih terlihat pada keluarga bepenghasilan rendah, dan mereka yang berasal dari etnis minoritas.

Muncul imbauan agar keluarga kaya dan mereka yang tinggal di kawasan sejuk, untuk ikut campur tangan dalam mengimbangi kondisi timpang tersebut.

Tetapi dikatakan "penjelasan lebih sederhana" dari ketimpangan tersebut, mungkin berasal dari keterbatasan akses ke pengkondisian udara yang lebih sejuk di rumah, serta sekolah menjadi tempat belajar anak-anak. 

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sulit Diteliti di Negara Lain

Sementara itu, menurut Joshua Goodman, seorang profesor madya di Harvard Kennedy School of Government, siswa secara bertahap lebih mungkin "terganggu, gelisah dan merasa lebih sulit untuk fokus" ketika terkena hantaman cuaca panas.

Namun, Goodman mengatakan akan lebih sulit untuk melakukan studi serupa dalam sistem pendidikan di beberapa negara, seperti Inggris misalnya, karena perbedaan kondisi cuaca akan jauh lebih sempit.

Berbagai kondisi cuaca di AS memungkinkan perbandingan dalam kelompok tahun yang sama, serta dengan rasio penilaian masa tes di tahun-tahun sebelumnya.

Goodman mengatakan temuan itu juga menimbulkan pertanyaan yang lebih besar, tentang apakah perubahan iklim dan pemanasan global akan memiliki implikasi untuk pencapaian prestasi di sekolah.

Studi ini juga menanyakan apakah cuaca panas memainkan bagian dalam perbedaan besar dalam pencapaian prestasi belajar siswa di Amerika Serikat.

Negara bagian di wilayah utara, seperti Massachusetts misalnya, memiliki tingkat pencapaian yang sangat tinggi dalam tes internasional, seperti tes Pisa OECD, yang membandingkan kemampuan remaja dalam membaca, matematika, dan sains.

Tetapi, fakta di atas tidak berlaku di negara bagian di wilayah selatan, seperti Alabama dan Mississippi.

Para peneliti juga berpendapat ada implikasi untuk kesenjangan pencapaian etnis , dengan siswa kulit hitam dan Hispanik lebih terkonsentrasi di negara-negara bagian yang memiliki cuaca panas di seantero AS.

"Kami berpendapat bahwa efek panas menyumbang hingga 13 persen dari kesenjangan pencapaian prestasi antar ras di Amerika," kata studi tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.