Sukses

Ini Alasan Ilmiah Mengapa Kehilangan Harta Bisa Picu Kematian Dini

Menurut studi ilmiah, kehilangan harta dalam jumlah besar dapat memicu risiko kematian dini. Ini penjelasannya.

Liputan6.com, Washington DC - Kehilangan harta finansial berjumlah besar dapat memperpendek hidup Anda, demikian ditunjukkan oleh sebuah penelitian ilmiah terbaru.

Masyarakat Amerika berusia setengah baya, yang mengalami kemunduran ekonomi secara tiba-tiba, lebih mungkin meninggal dalam usia dini dalam beberapa tahun setelahnya.

Dikutip dari South China Morning Post pada Rabu (4/4/2018), bahaya maut yang meningkat setelah kehilangan harta finansial, yang oleh para peneliti disebut "guncangan kekayaan", berisiko membuat stres meningkat, tanpa peduli berapa banyak kehilangan uang yang mereka alami.

"Ini benar-benar cerita tentang semua orang," kata kepala sekolah kedokteran Lindsay Pool dari Northwestern University. "Stres, keterlambatan dalam perawatan kesehatan, penyalahgunaan zat dan bunuh diri dapat berkontribusi."

Secara keseluruhan, kasus kehilangan harta kekayaan secara mendadak memicu 50 persen lebih besar risiko kematian, meskipun penelitian ini tidak dapat membuktikan hubungan sebab-akibat.

Studi yang dipublikasikan di Journal of American Medical Association pada Selasa, 3 April 2018, dilakukan terhadap lebih dari 9.000 responden usia paruh baya di Amerika Serikat dan Kanada.

Peneliti menganalisis data selama dua dekade dari Health and Retirement Study, yang setiap tahunnya, memeriksa sekelompok orang, yang saat ini berusia 50-an dan 60-an, untuk kemudian melacak siapa saja yang sudah meninggal.

Sekitar 1 dari 4 orang dalam penelitian ini mengalami guncangan kekayaan, yang didefinisikan oleh para peneliti sebagai kehilangan 75 persen atau lebih dalam kekayaan bersih selama dua tahun. Kerugian rata-rata adalah sekitar US$ 100.000, atau sekitar Rp 1,3 miliar.

Guncangan kekayaan itu bisa termasuk penurunan nilai investasi dan penyitaan rumah, dua kasus yang paling banyak ditemukan pada penelitian terkait.

Beberapa guncangan kekayaan diketahui terjadi selama masa krisis global pada periode 2007 hingga 2009 lalu, yang membuat banyak orang terpaksa merelakan kehilangan harta properti. 

 

 

Saksikan juga video berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sama Berbahaya dengan Diagnosis Penyakit Jantung

Hasil penelitian tersebut juga menyebut bahwa wanita adalah kelompok yang paling rentan terkena guncangan akibat kekayaan.

Begitu mereka mengalaminya, peluang untuk meninggal lebih besar dibandingkan pada kelompok pria. Para peneliti menyesuaikan penelitian itu dengan perubahan status menikah, pengangguran, dan kondisi kesehatan.

Efeknya lebih jelas jika seseorang kehilangan rumah sebagai bagian dari guncangan kekayaan, dan hal tersebut lebih terasa dampaknya bagi mereka dengan aset lebih sedikit.

Temuan ini menunjukkan bahwa guncangan kekayaan sama bahayanya dengan diagnosis penyakit jantung, tulis Dr Alan Garber dari Universitas Harvard, dalam sebuah editorial yang menyertai laporan studi tersebut.

"Kita harus melakukan segala yang kita bisa untuk mencegah orang mengalami guncangan kekayaan," kata Dr Alan.

"Kami belum tahu apakah kebijakan yang bertujuan untuk melindungi tabungan publik, akan memiliki efek langsung pada kematian dini atau tidak," lanjutnya menjelaskan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.