Sukses

Rekaman Tikus Mati di Dalam Botol Coca-Cola, Rekayasa Atau...

Beberapa netizen kemudian merasa jijik pada video mengejutkan berisi tikus mati dalam sebotol minuman Coca-Cola.

Liputan6.com, Buenos Aieres - Seorang pria mengaku menemukan tikus mati mengambang di dalam botol Coca-Cola yang dibelinya.

Diego Pereya, dari Freyre di Argentina, yang menemukan bangkai tikus itu.

Awalnya Pereya mengaku melihat sesuatu yang tidak biasa di dalam botol minuman bersoda yang dibelinya, sehingga ia memutuskan untuk merekam apa pun yang dia temukan nanti.

Ia kemudian memegang botol minuman bersoda yang tertutup rapat itu, kemudian merekam detik-detik bangkai tikus itu ditemukan.

Dalam rekaman yang dibuatnya, Pereya terlihat membuka botol dan menuangkan Coca-Cola ke dalam ember kuning. Setelah isinya kosong, terlihat lah sesuatu yang mengejutkan.

"Itu dia. Semua rambut itu (yang menempel pada botol) berasal dari tikus kecil. Ada tikus. Berhenti minum Coca-Cola," ujar Pereyra seperti dikutip dari Daily Mail, Selasa (3/4/2018). 

Beberapa netizen kemudian merasa jijik pada video tikus dalam Coca-Cola tersebut.

"Ini adalah video kedua yang saya lihat di mana ada seekor tikus dari botol Coca-Cola, apa yang terjadi sebenarnya? Apakah tikus bagian dari resep rahasia?," komentar pengguna media sosial bernama Pablo Aquino.

Pihak Coca-Cola sejauh ini belum mengomentari video yang telah dibagikan lebih dari 900 kali di media sosial.

Video bangkai tikus kecil yang diposting online itu telah dilihat lebih dari 20.000 kali dalam dua hari.

Berikut ini rekamannya:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Boikot Coca-Cola

Sebelumnya, para pedagang di negara bagian Tamil Nadu, India, melarang penjualan Coca-Cola dan Pepsi. Alasannya, demi memajukan produk-produk lokal.

Larangan yang diusulkan oleh dua asosiasi pedagang utama di sana akan mulai berlaku Rabu 1 Maret 2013 waktu setempat. Mereka berpendapat kedua perusahaan minuman ringan itu mengambil air terlalu banyak dari sungai-sungai, sehingga para petani menghadapi kesulitan mengairi lahan pertanian saat musim kering.

Lebih dari satu juta toko diperkirakan akan mematuhi larangan boikot penjualan minuman bersoda, Coca Cola dan Pepsi tersebut.

Kedua asosiasi besar, Federation of Tamil Nadu Traders Associations atau Federasi Pedagang Tamil Nadu (FTNTA) dan Tamil Nadu Traders Associations Forum atau Forum Asosiasi Pedangan Tamil Nadu (TNTAF), mengatakan larangan itu diusukan setelah menyaksikan sikap kalangan muda yang pada Januari lalu menentang larangan festival tradisional Jalikattu atau menaklukkan kerbau.

Para kaum muda tersebut berpendapat larangan Jallikattu sebagai serangan atas tradisi dan budaya lokal.

"Kami memulai kampanye menentang minuman ringan beberapa bulan lalu. Namun mendapat momentum ketika kami memberi dukungan kepada gerakan pro-Jallikattu," Tha Vellaiyan, Presiden FTNTA kepada BBC Tamil yang dikutip Jumat 4 Februari 2017.

"Minum Pepsi dan Coca-Cola tidak baik untuk kesehatan Anda, karena memiliki kadar gula yang tinggi dan kandungan kimianya. Kami mempromosikan minuman ringan India, dan mendorong penjualan jus buah yang lebih baik."

Asosiasi juga mendesak pasar swalayan, restoran, dan hotel mengikuti larangan tersebut untuk membantu 'kesejahteraan pengusaha lokal dan petani."

Sejauh ini perusahaan Pepsi dan Coca-Cola belum berkomentar atas larangan tersebut.

Kecewa

Sementara itu, India Beverage Association (IBA) mengatakan kecewa dengan larangan tersebut. Kelompok yang mewakili sebagian besar produsen minuman ringan itu mengatakan, larangan seperti demikian melawan kekuatan fundamental yang sudah terbukti membuat pertumbuhan ekonomi kuat.

"Coca-Cola dan PepsiCo India bersama-sama menyediakan lapangan kerja langsung kepada 2.000 keluarga di Tamil Nadu, dan lebih dari 5.000 keluarga secara tidak langsung ... IBA berharap masih ada kebaikan dan konsumen berhak melakukan pilihan mereka (terkait minuman bersoda) di Tamil Nadu, " jelas organisasi itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.