Sukses

Bersejarah, London Akan Menggelar Pameran Seni Korea Utara

Pameran digelar oleh The House of Illustration, bertema 'Made in North Korea: Everyday Graphics from the DPRK' di London, Februari 2018

Liputan6.com, London - Sekilas dan secuil porsi tentang penggambaran 'kehidupan normal' di Korea Utara -- sesuatu hal yang sangat jarang diketahui oleh sebagian besar orang -- akan dapat dinikmati dalam sebuah pameran karya seni grafis ala The Hermit State yang digelar di London, Inggris pada Februari mendatang.

Pameran itu digelar oleh The House of Illustration dengan tema 'Made in North Korea: Everyday Graphics from the DPRK'. Demikian seperti dikutip dari The Guardian (28/1/2018).

Gelaran tersebut akan memajang sekaligus menawarkan sudut pandang unik terhadap seni grafis dari benda-benda umum yang lazim ditemukan di Korea Utara, seperti poster, label makanan, dan prangko.

Semua benda merupakan ragam koleksi Nicholas Bonner, yang selama 25 tahun menjadi pemandu wisata bagi turis asing yang melancong ke Korea Utara. Bertolak dari pengalamannya, Bonner juga telah merilis buku yang judulnya digunakan menjadi tema pameran seni tersebut; 'Made in North Korea'.

Meninjau koleksi itu, seorang kurator pameran menilai bahwa benda-benda tersebut menyajikan sudut pandang baru terhadap seni grafis Korea Utara.

Ia menilai, tradisi seni grafis Korut -- meski eksis dalam kondisi terisolasi -- tetap mampu bertumbuh dan berkembang hingga memiliki keunikan pola dan rasa yang khas; khas Korea Utara.

Karya seni grafis Korea Utara koleksi Nicholas Bonner yang akan dipamerkan di London pada Februari 2018 (Nicholas Bonner via The House of Illustration.org)

"Desain grafis di Korea Utara jelas harus diproduksi sesuai dengan persetujuan pemerintah. Namun, bukan berarti karya-karya grafisnya hanya bermodel tunggal" kata Ko-Kurator 'Made in North Korea: Everyday Graphics from the DPRK', Olivia Ahmad.

"Pengunjung justru disajikan model grafis yang sangat beragam, mulai dari grafis-ikon yang minimalis hingga gambar tangan yang terelaborasi dengan warna variatif," tambahnya mengomentari pameran seni grafis Korea Utara itu.

Jika ditelaah lebih mendalam, seni grafis itu juga mampu menyajikan sekilas dan secuil kehidupan sehari-hari warga Korea Utara, seperti berbelanja makanan, pergi ke sekolah, atau menonton olah raga, lanjut Ahmad.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Seniman Anonim

Karya yang ditampilkan dalam pameran itu merupakan grafis yang diproduksi antara tahun 1979 - 2005 dan mencakup berbagai disiplin seni, seperti tipografi, lukisan tanda, fotografi, dan ilustrasi.

"Sebagian besar yang ditampilkan merupakan karya sejumlah ilustrator dan desainer dari Korea Utara atau yang terafiliasi. Tapi, kami tidak tahu siapa individu itu, karena sebagian besar karya tersebut tidak ditandatangani dan diproduksi secara anonim," kata Ahmad.

Sang kurator melanjutkan, Korea Utara sendiri memiliki sejumlah studio seni yang dikelola negara, yakni Mansudae Art Studio di Pyongyang. Dan mungkin, karya seni yang dipajang di London nanti adalah karya dari salah satu seniman Mansudae, papar Ahmad berspekulasi.

Karya seni grafis Korea Utara koleksi Nicholas Bonner yang akan dipamerkan di London pada Februari 2018 (Nicholas Bonner via The House of Illustration.org)

Sejumlah objek spesial dalam pameran 'Made in North Korea: Everyday Graphics from the DPRK' adalah reproduksi beberapa desain poster Korea Utara yang belum pernah dipamerkan sebelumnya. Mereka akan dipajang di samping desain kemasan produk domestik, poster lain yang lebih umum, dan komik Korea Utara -- bergenre aksi, petualangan, dan thriller internasional.

Label dan kemasan untuk bir buatan Korea Utara, makanan kaleng dan rokok Korut yang sangat berbeda dari desain barat modern juga akan ditampilkan.

Karya seni grafis Korea Utara koleksi Nicholas Bonner yang akan dipamerkan di London pada Februari 2018 (Nicholas Bonner via The House of Illustration.org)

Koleksi Nicholas Bonner lain yang dipajang juga mencakup pesan ucapan selamat tahun baru, kartu pos dan souvenir yang dikumpulkan di acara budaya, seperti opera revolusioner, Game Massal Arirang dan Sirkus Pyongyang Nasional.

Lahir di Inggris, Bonner memulai karirnya sebagai penjelajah di pedesaan di barat laut Inggris sebelum menjadi dosen arsitektur lanskap di Leeds Metropolitan University (sekarang Universitas Leeds Beckett).

Pada tahun 1993 ia mendirikan perusahaan wisatanya sendiri, bernama Koryo Tours, yang membawa wisatawan dari seluruh dunia untuk mengunjungi Korea Utara. Dia juga mengerjakan film dokumenter dan produksi film layar lebar di negara ini, mengambil dokumen visual yang menarik dalam perjalanannya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.