Sukses

Donald Trump Obesitas dan Malas Berolahraga?

Meskipun dianggap sehat oleh dokter pribadinya, namun publik AS menyebut Presiden Donald Trump obesitas dan malas berolahraga.

Liputan6.com, Washington DC - Dokter pribadi Presiden Donald Trump, Dr. Ronny Jackson, menyebut kondisi kesehatan presiden Amerika Serikat (AS) ke-45 itu 'bagus'.

Namun seperti kebanyakan masyarakat AS, Donald Trump terlihat kelebihan berat badan dan tidak melakukan olahraga cukup.

Dilansir dari laman CNN pada Rabu (17/1/2018), berat badan Donald Trump diketahui sebesar 239 pounds, atau sekitar 108 kilogram. Berdasarkan kalkulasi indeks massa tubuh, dengan tinggi 182 cm, maka berat badan Trump saat ini bisa dikategorikan sebagai obesitas.

 

Menurut Departemen Kesehatan AS, obesitas dapat didefinisikan sebagai sebuah kondisi seseorang mengalami berat badan yang lebih berat dari hasil kalkulasi indeks massa tubuh. Obesitas juga disebut berkaitan erat dengan beberapa penyakit mematikan, seperti penykit jantung, liver, dan bahkan kanker usus.

Tudingan obesitas yang menyasar Donald Trump sebenarnya telah muncul sejak keikutsertaannya dalam pemilu presiden 2016 lalu.

Kini, Dr. Ronny mengatakan telah berbicara dengan Donald Trump untuk membuat sebuah program latihan kebugaran khusus yang disertai dengan perencanaan pola makan sehat. Menurutnya, sang presiden menginginkan berat badannya turun.

"Saya kira dalam satu tahun ke depan, Presiden dapat menurunkan sebanyak 10 hingga 15 pounds (sekitar 4,5 hingga 6 kilogram)," jelas Dr. Ronny.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Indeks Massa Tubuh Tidak Cukup Tepat Menentukan Status Obesitas

Donald Trump tidak sendiri menghadapi masalah obesitas. Menurut sebuah survei kesehatan yang dilakukan oleh Sekolah Kedokteran Harvard, sebanyak 70,7 persen warga AS berusia di atas 20 tahun terkena obesitas.

Selain itu, menurut Panduan Kesehatan Fisik Federal, sebanyak 51,7 persen warga AS berusia di atas 18 tahun disarankan untuk rutin melakukan gerak aerobik. Anjuran tersebut dibuat lantaran banyak warga AS yang mengabaikan latihan kebugaran sebagai bagian dari aktifitas hariannya.

Menurut panduan kesehatan yang sama, warga AS cenderung menganganggap gaya hidup sehat tidak lebih dari mengonversi asupan makanan ke produk-produk pangan yang 'diklaim' sehat.

Selain itu, mayoritas warga AS juga disebut sangat meyakini kalkulasi indeks massa tubuh untuk menentukan apakah kondisi seseorang sehat atau tidak. Padahal, menurut beberapa ahli kesehatan, kalkulas tersebut tidak cukup tepat dalam menentukan status obesitas.

Cara terbaik untuk mengetahui status obesitas adalah melalui pemindaian sinar X. Metode ini akan menjelaskan secara detail massa jenis seluruh bagian tubuh, termasuk lemak dan kandungan senyawa tertentu di organ dalam.

"Terkadang berat badan berlebih tidak selalu berarti obesitas. Ada kalanya kelainan atau beberapa kondisi khusus di organ dalam bisa menyebabkan kelebihan berat badan," jelas Dr. Ronny.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini