Sukses

Arkeolog Temukan Monster Laut Berusia 150 Juta Tahun di Antartika

Tim arkeolog dari National Scientific and Technical Research Council di Argentina menemukan fosil monster laut berusia 150 juta tahun.

Liputan6.com, Antartika - Baru-baru ini tim arkeolog dari National Scientific and Technical Research Council di Argentina menemukan fosil berupa tulang belulang yang diduga monster laut Antartika.

Setelah menjalani perjalanan udara dengan helikopter dari pangkalan Marambio, Argentina selama dua jam, tim arkeolog tiba di wilayah kutub selatan.

"Dalam ekspedisi ini, kami dapat menemukan keragaman jenis ikan. Tetapi, kami tak pernah menduga akan menemukan fosil plesiosaurus kuno berusia 150 juta tahun," ujar Soledad Cavalli, seorang ahli paleontologi yang tergabung dalam ekspedisi tersebut. Demikian dilansir dari laman Newsweek.com, Sabtu (23/12/2017).

Plesiosaurus adalah jenis reptil laut berleher panjang dari ordo plesiosauria yang hidup di air. Jenis reptil ini kerap dianggap sebagai monster laut.

Plesiosaurus termasuk jenis karnivora, karena hidup di air membuatnya harus memakan ikan. Plesiosaurus diprediksi hidup pada masa awal periode Jurasik.

"Penemuan ini sangat luar biasa karena tergolong sebagai vertebrata reptil laut," tambahnya.

Dengan tubuh yang besar, memiliki empat sirip yang kuat dan leher yang panjang seperti monster laut, plesiosaurus terlihat sangat mengerikan. Dalam penelitiannya, tim arkeolog menduga bahwa rupa hewan ini menyerupai monster Loch Ness yang begitu terkenal.

Penemuan kerangka plesiosaurus ini bukan yang pertama. Penemuan pertama kali berhasil didokumentasikan secara ilmiah pada tahun 1819 oleh William Stukeley dari Inggris.

Sejak saat itu, ratusan fosil telah berhasil ia dan tim kumpulkan dapat membentuk pemahaman para ilmuan tentang binatang buas yang tinggal di laut.

Plesiosaurus tergolong sebagai hewan karnivora (pemakan daging) karena memakan ikan yang ada di laut. Ukuran badannya begitu besar. Panjang tubuh sendiri bisa mencapai 39 kaki atau setara dengan 11,88 meter.

Beberapa akademisi percaya bahwa tulang-tulang yang telah tersusun sedemikian rupa tersebut telah mengilhami cerita tentang monster air Loch Ness yang begitu tekenal.

Monster laut ini diprediksi telah punah sekitar 66 juta tahun yang lalu ketika sebuah asteroid menabrak bumi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Monster Laut Terdampar di Pantai Texas

Pada September 2017, Seorang warga, Preeti Desai, menemukan seekor makhluk misterius terdampar di sebuah pantai di Texas City seusai badai Irma menerjang Amerika bagian selatan.

Penasaran dengan makhluk tersebut, Desai pun mengunggah foto makhluk itu ke Twitter dan bertanya kepada warganet.

"Oke ahli biologi di Twitter, ini makhluk apa?" tulis Desai yang memiliki nama akun @preetalina.

Pertanyaannya itu kemudian dilihat oleh ahli biologi dan belut, Dr Kenneth Tighe. Ia meyakini bahwa makhluk tersebut adalah seekor belut berjenis fangtooth snake-eel.

Tighe mengatakan, hewan itu bisa saja merupakan belut taman atau belut conger. Pasalnya, tiga spesies itu biasa terlihat di Texas dan memiliki gigi yang runcing.

Diperkirakan bahwa badai Harvey yang membawa angin kencang dan banjir ke Texas, menjadi penyebab terdamparnya makhluk tersebut.

Dikutip dari BBC, fangtooth snake-eel, atau dikenal juga sebagai belut "tusky", biasanya ditemukan di kedalaman 30 hingga 90 meter di Samudra Atlantik.

Kepada BBC, Desai mengaku tak mengira akan menemukan makhluk tersebut. "Itu bukan hal yang biasanya kamu lihat di pantai. Aku pikir itu sesuatu yang berasal dari kedalaman laut dan terdampar di pantai," ujar Desai.

"Reaksi utamaku adalah keingintahuan, untuk mengetahui makhluk itu sesungguhnya," ujar Desai.

Desai mengatakan bahwa dirinya sengaja mengunggahnya ke Twitter karena ia tahu banyak ilmuwan yang menggunakan media sosial itu. Ketika melihat gambar makhluk misterius itu, seorang temannya segera menanggapi dan menghubungi Dr Tighe.

"Saya mem-follow banyak ilmuwan dan peneliti. Ada komunitas besar yang orang-orangnya sangat membantu, terutama ketika menjawab pertanyaan tentang dunia atau mengidentifikasi hewan dan tumbuhan," kata Desai.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.