Sukses

AS: Ahli Senjata dan Drone ISIS Tewas dalam Serangan Udara

Serangan udara pada Senin 4 September 2017 waktu setempat dilaporkan telah membunuh 2 orang penting ISIS ahli senjata dan drone.

Liputan6.com, Mayadin - Koalisi pimpinan AS yang memerangi ISIS di Irak dan Suriah mengatakan bahwa pihaknya membunuh dua pemimpin senior grup militan itu. Kedua orang yang mengawasi penelitian senjata dan operasi tanpa awak untuk kelompok teror itu tewas dalam serangan udara pada Senin 4 September 2017 waktu setempat.

"Abu Anas al-Shami, seorang pemimpin penelitian senjata ISIS yang memimpin upaya untuk mendapatkan bahan peledak bagi kelompok tersebut tewas dalam serangan udara koalisi, saat mengendarai sebuah sepeda motor di dekat Mayadin, Suriah. Pria itu berencana menggunakan bom di serangan teror eksternal," ujar juru bicara koalisi Kolonel Ryan Dillon di Pentagon Kamis seperti dikutip dari CNN, Jumat (8/9/2017).

"Dia juga mengawasi pembuatan bahan peledak improvisasi ke jenazah, kendaraan dan bangunan dan membantu ISIS berpegang teguh pada kubu yang telah banyak kehilangan di Irak dan Suriah," kata Dillon.

Sebuah serangan udara terpisah di wilayah yang sama juga dilaporkan membunuh Junaid ur Rehman. Ia adalah seorang pilot senior dan insinyur ISIS yang bertugas meningkatkan kemampuan ISIS untuk mengendalikan pesawat tak berawak, melakukan pengawasan udara di Irak dan Suriah serta merencanakan serangan teror eksternal.

Pejabat koalisi AS telah lama menyuarakan keprihatinan atas minat ISIS menggunakan teknologi pesawat tak berawak di medan perang.

"Kami menghancurkan titik utama mereka. Kami membunuh insinyurnya, membongkar fasilitas manufaktur dan penggunanya. Merusak kemampuan mereka untuk menggunakan pesawat tak berawak dan termasuk dalam menyempurnakan teknologi drone," jelas Dillon.

Serangan tersebut dilakukan setelah sebuah pengumuman bulan lalu bahwa serangan udara koalisi telah membunuh 12 pemimpin ISIS senior, yang banyak di antaranya terlibat dalam merencanakan serangan terhadap sasaran Barat atau memfasilitasi pergerakan militan asing ke Irak dan Suriah.

Semua serangan baru-baru ini terhadap target ISIS sebagian besar berada di sepanjang Lembah Sungai Efrat Tengah di Suriah. Konon di sana banyak terdapat pemimpin senior kelompok tersebut, yang berpindah sejak operasi militer melawan mereka di Raqqa dimulai awal tahun ini.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perang di Marawi

Sebelumnya, ISIS merilis sebuah video terbaru yang berisi seruan bagi ekstremis muslim di Asia Tenggara untuk melakukan perang suci di Marawi. Kelompok teror itu juga mengecam Amerika Serikat dan Australia karena membantu militer Filipina.

Video ini dirilis saat pertempuran antara militan pro ISIS dan militer Filipina di Kota Marawi memasuki bulan keempat. Ini memicu kekhawatiran bahwa kelompok teroris tersebut mencoba mendirikan markas regional di Asia Tenggara. Di tempat asalnya, Timur Tengah, mereka dihadapkan pada kekalahan besar.

Seperti dikutip dari Telegraph, Jumat 25 Agustus 2017, video berdurasi tujuh menit itu diproduksi oleh media corong ISIS, Al Hayat. Sementara, sosok yang terekam di dalam rekaman itu diidentifikasi sebagai Abul-Yaman yang berasal dari Marawi.

Abul Yaman mengimbau agar ekstremis di Indonesia, Malaysia, Brunei Darusalam, Thailand, dan Singapura untuk bermigrasi ke Marawi dan "melaksanakan jihad".

Pertempuran di Marawi telah membuat Canberra ketar-ketir. Kekhawatiran utama mereka adalah tumbuhnya ISIS di wilayah Filipina dapat memicu lebih banyak serangan teror di Australia.

Pada Juni lalu, Australia mengerahkan dua pesawat pengintai ke Mindanao untuk membantu militer Filipina dalam pertempuran melawan militan pro ISIS. Pada awal pekan ini, Kepala Intelijen Asing Australia (ASIS), Nick Warner, bertemu Presiden Rodrigo Duterte di Istana Malacanang untuk membahas kemajuan yang dicapai di Marawi.

Tetangga dekat Filipina, Malaysia, mengungkapkan kekhawatirannya dengan video propaganda ISIS itu. Pejabat kepolisian Malaysia dari Divisi Antiterorisme, Ayob Khan Mydin Pitchay, mengatakan kepada Channel News Asia bahwa video tersebut akan mengobarkan semangat tempur para ekstremis muslim.

"Sejak pengepungan Marawi dimulai, kami telah melihat peningkatan aktivitas dari sel IS di Malaysia yang mencoba masuk ke Filipina selatan," katanya.

 

 

Saksikan juga video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.