Sukses

Darah yang Kering Ini 'Pertanda' Bencana Akan Terjadi pada 2017?

Darah Santo Januarius atau San Gennaro tak kunjung mencair dalam sebuah ritual yang dilakukan sejak 627 tahun lalu. Pertanda bencana?

Liputan6.com, Naples - Sebuah ritual rutin dilakukan jelang pergantian tahun di Naples, Italia. Berawal dari 1389 atau 627 tahun lalu, darah Santo Januarius atau yang juga dikenal sebagai San Gennaro digunakan untuk 'meramalkan' apa yang terjadi pada masa depan: keberuntungan maupun bencana.

Santo Januarius adalah seorang uskup yang saleh, yang wafat sebagai martir sekitar tahun 305 Masehi, selama eksekusi yang dilakukan terhadap para pemeluk Kristiani oleh Kaisar Romawi Diocletian.

Legenda menyebut, setelah Gennaro dieksekusi penggal, seorang perempuan bernama Eusabia menyerap darah orang kudus tersebut dengan spons dan menyimpan cairan merah itu di dalam sebuah botol kaca.

Prosedur ritual 'keajaiban darah' (blood miracle) dilakukan serupa tiap tahunnya. Selama upacara yang dihadiri oleh ribuan orang, Uskup Agung Naples akan mengocok botol kaca yang berisi massa gelap, padat, yang kemudian diharapkan akan berubah jadi cair -- yang dianggap pertanda keberuntungan.

Fenomena keajaiban tersebut biasanya terjadi tiga kali tiap tahun: pada 19 September saat perayaan San Gennaro, kemudian hari minggu pertama di bulan Mei untuk merayakan saat ketika darah orang kudus itu tiba di Naples.

Yang ketiga pada 16 Desember untuk memperingati erupsi Gunung Vesuvius 1631 yang lavanya tak sampai melumat Naples, yang diyakini akibat intervensi santo tersebut.

Namun, hal yang diharapkan tak terjadi baru-baru ini. Darah yang menggumpal itu tak kunjung jadi cair. 'Keajaiban' yang gagal itu dianggap sebagai pertanda buruk.

Warga Italia pun dilanda khawatir, menyangka tahun 2017 yang datangnya tinggal hitungan hari akan diwarnai kemalangan atau bencana, untuk Naples, Italia, bahkan dunia.

Seperti dikutip dari situs sains LiveScience, Rabu (28/12/2016), peristiwa pada masa lalu jadi dasar kekhawatiran mereka. Gumpalan darah itu tak mencair pada 1939, yang disusul pecahnya Perang Dunia II.

Juga pada 1943 ketika Nazi menguasai Italia dan pada 1973 saat kolera mewabah di Naples.

Juga belum lekang dari ingatan, gumpalan darah tak mencair pada 1980 ketika gempa dahsyat mengguncang Irpinia, yang berjarak 30 mil atau 48 kilometer dari Naples yang menyebabkan 2.400 orang tewas.

Berdasarkan situs, storiacity.it, selama beberapa abad, keajaiban yang gagal tersebut dianggap berkaitan dengan 22 wabah, 11 revolusi, tiga peristiwa kekeringan, 14 kematian uskup agung, wafatnya 9 Paus (selama periode beberapa pekan), empat perang, 19 gempa, dan tiga penganiayaan atas dasar agama.

Namun, para pemuka agama kemudian menenangkan warga. "Kita tak boleh berpikir tentang bencana dan malapetaka," kata Vincenzo De Gregorio, kepala biara Chapel of the Treasure of San Gennaro kepada media Naples, Il Mattino.

"Kita adalah umat yang beriman dan tak boleh putus dari doa."

Pendapat Ilmuwan

Pihak Takhta Suci Vatikan selama ini bersikap netral terhadap keajaiban darah San Gennaro. Namun, para ilmuwan memilih skeptis.

Pada 1991, sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature, para ilmuwan Italia berpendapat, darah kering di dalam gelas kaca tersebut mengandung gel thixotropic yang akan mencair jika wadahnya diaduk atau dikocok -- dan kemudian kembali padat ketika dibiarkan.

Resep 'tipuan' Abad ke-14 itu mensyaratkan kandungan klorida besi terhidrasi yang bisa muncul secara alami dalam mineral yang digunakan dalam gunung api aktif, batu kapur, marmer, kapur, dan kerang.

Kondisi serupa juga kerap dijumpai dalam beberapa cairan, termasuk sejumlah tipe mayones.

Apapun penjelasannya, "keajaiban gagal itu meninggalkan kegelisahan yang tidak rasional dalam diri kita," tulis Il Mattino.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ramalan Gempa 2017

Terkait ramalan bencana, seorang ilmuwan Jepang berpendapat, warga Negeri Sakura harus bersiap menghadapi guncangan pada besar pada 2017.

Seperti dikutip dari Japan Today, Dr Masaaki Kimura, seorang ahli seismologi yang dikabarkan memprediksi Gempa Tohoku 2011, meramalkan lindu akan kembali melanda Jepang pasa masa depan. 

Berdasarkan estimasinya, gempa akan terjadi pada tahun 2017, dengan magnitude serupa dengan lindu 2011.

Gempa dan tsunami yang melanda wilayah Tohoku, Jepang, mengakibatkan banyaknya korban jiwa dan kerugian yang tak sedikit (Foto: Reuters).

Profesor Emeritus geologi bawah laut dan seismologi di University of the Ryukyus di Prefektur Okinawa itu mendasarkan prediksinya pada observasi di sejumlah wilayah di Jepang yang belum mengalami gempa besar, namun kerap mengalami lindu kecil.

Pada Juli 2014, ia menyebut wilayah tersebut sebagai 'mata gempa' (earthquake eyes). Kimura memprediksi lokasi Gempa Tohoku 2011 menggunakan teori yang sama, empat tahun sebelumnya.

Menurut sang ilmuwan, gempa bisa jadi mengguncang pada 2017 -- meski kalkulasinya yang sebenarnya adalah 2012 plus minus 5 tahun. Ia mengatakan, pusat gempa diperkirakan berada di Kepulauan Izu, rangkaian pulau vulkanik yang membentang dari Semenanjung Izu di Prefektur Shizuoka.

Kimura memperkirakan, kekuatan guncangan akan serupa dengan 2011, yakni 9 skala Richter.

Senada, penikmat astronomi, Yoshio Kushida juga meramalkan gempa besar akan melanda Jepang dalam waktu tak lama.

Namun, Dr Robert Geller, profesor geofisika dari Universitas Tokyo membantah dua prediksi tersebut. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Italia merupakan salah satu negara republik di Eropa
    Italia merupakan salah satu negara republik di Eropa

    Italia

  • Gempa adalah peristiwa bergetar atau bergoncangnya bumi karena pergerakan atau pergeseran lapisan batuan pada kulit bumi secara tiba‐tiba.

    Gempa

  • Bencana