Sukses

4 Fakta 'Aneh Tapi Nyata' Soal Praktik Menyusui Bayi

Ada juga kebiasaan menyusui hewan peliharaan yang dilakukan di kalangan masyarakat tertentu.

Liputan6.com, Jakarta - Ada banyak manfaat yang didapat dari praktik menyusui bayi. Selain alasan kesehatan karena dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi, menyusui juga membangun ikatan antara ibu dan sang anak.

Kegiatan menyusui sebelumnya kerap dijauhi para ibu. Itu tak lepas dari dugaan bahwa menyusui dapat mengurangi kecantikan karena membuat kendur bagian payudara.

Faktanya, belakangan ini sejumlah perempuan dari kalangan pesohor dunia justru mengaku bangga bisa memberikan ASI pada anaknya. Beberapa di antara mereka yang bangga melakukan aktivitas menyusui adalah model, Gisele Bundchen dan Miranda Kerr, penyanyi, Alanis Morisette, Beyonce, Pink serta bintang Hollywood, Angelina Jolie.

Dalam keadaan sang ibu berhalangan, menyusui dilakukan menggunakan botol atau alat bantu lainnya. Ternyata, selain menggunakan botol, menyusui juga dilakukan dengan pertolongan wanita lain, baik karena ikatan sosial maupun profesi.

Ada juga kebiasaan menyusui hewan peliharaan yang dilakukan di kalangan masyarakat tertentu. Dikutip Liputan6.com dari berbagai sumber, berikut ini adalah 4 fakta menarik tentang menyusui:

1. Petugas Menyusui

Dalam beberapa kalangan, bahkan hingga saat ini, peran menyusui tidak selalu dilakukan oleh ibu kandung sang bayi karena beberapa alasan, misalnya karena kurangnya produksi ASI atau penyakit.

Dikutip dari National Institute of Health, bangsa Israel kuno, sejak sekitar 2000 SM, memandang anak sebagai berkat, sehingga menyusui anak menjadi kewajiban dalam agama yang mereka anut.

Sekiranya ibu tidak bisa memberi ASI karena kurangnya air susu atau sekarat setelah melahirkan, tugas menyusui diambil alih wanita lain dalam kelompok yang bertugas sebagai wanita penyusu (wet nurse).

Praktik ini tersebar di berbagai kelompok masyarakat di seluruh dunia, bahkan hingga sekarang, terutama di antara masyarakat suku.

2. Resep Lancar ASI Mesir Kuno

Bangsa Mesir Kuno memiliki resep unik untuk memperlancar ASI, misalnya dengan menghangatkan tulang ikan todak dalam minyak panas dan mengoleskannya pada punggung ibu.

Atau cara lainnya adalah meminta ibu duduk bersila dan menyantap roti wangi dari bahan durra sambil mengoles bagian-bagian putingnya dengan bulir-bulir bunga opium.

Kesulitan menyusui diduga menjadi masalah pada masa Mesir Kuno sehingga dikembangkanlah metode menyusui bergantian.

3. Status Sosial dan Kontrak

Di Yunani Kuno, sekitar 950 SM, kaum wanita dengan status sosial tinggi sering meminta pertolongan wanita penyusu. Perlahan-lahan, peran wanita penyusu mensyaratkan tanggungjawab yang tinggi. Wanita pemberi jasa itu dipandang lebih tinggi statusnya daripada budak.

Pada puncak kerajaan Kekaisaran Romawi, antara 300 SM dan 400 M, jasa wanita penyusu memiliki kontrak tertulis guna menyusui bayi-bayi yang diterlantarkan.

Bayi-bayi demikian biasanya tidak diharapkan kelahirannya dan dibuang begitu saja ke tempat pembuangan sampah. Kaum kaya 'membeli' bayi terlantar untuk nantinya menjadi budak yang didapat secara murah.

Bayi-bayi demikian disusui selama kira-kira 3 tahun oleh wanita penyusu (wet nurse) yang kemungkinan besar juga berstatus budak.

Dalam kontrak tertera berbagai ketentuan seperti lamanya menyusui, pengadaan pakaian, minyak lampu, dan pembayaran.

4. Menyusui Hewan Peliharaan dan Sebaliknya

Praktik menyusui bayi langsung ke hewan peliharaan dilakukan dalam banyak budaya dunia, seperti contoh di Kuba pada awal abad 20. (Sumber Curt teich)

Dikutip dari Wikipedia, menyusui antara manusia dan hewan merupakan praktik dalam banyak budaya.

Praktik ini terjadi dua arah, artinya kaum wanita kerap menyusui anak-anak hewan dan sebaliknya, bayi-bayi manusia juga menyusui dari hewan betina.

Hewan-hewan dipakai sebagai pengganti jasa wanita penyusu. Kambing dan keledai dipakai meluas untuk menyusui bayi-bayi yang diterlantarkan di rumah sakit pada abad ke-18 dan 19 di Eropa.

Menyusui hewan juga dipraktikkan, baik untuk alasan kesehatan semisal mengencangkan puting susu dan memperlancar ASI atau untuk keperluan agama dan budaya.

Sejumlah hewan yang dimanfaatkan antara lain anak anjing, anak kucing, anak babi, dan monyet.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini