Sukses

Kota Kuno Djenne yang Dibangun dari Lumpur Terancam Punah

Perang di berbagai belahan dunia telah mengancam keberadaan sejumlah situs warisan budaya, salah satunya kota lumpur Djenne di Mali.

Liputan6.com, Bamako - Organisasi pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan PBB (UNESCO) memperingatkan situs warisan dunia berupa kota tua Djenne di Mali yang dikenal dengan arsitektur berlumpur pra-Islam terancam punah. Penyebabnya adalah konflik bersenjata regional.

"Sebuah situs warisan dunia di pusat Mali yang terdiri dari rumah lumpur pra-Islam masuk dalam daftar situs yang terancam karena keamanannya tidak dapat dipenuhi secara memadai," sebut pernyataan UNESCO seperti dikutip The Guardian, Jumat (15/7/2016).

Kota tua Djenne mencakup empat situs arkeologi termasuk keberadaan 2.000 rumah yang dekorasi bagian luarnya tetap utuh sejak Abad ke-3 SM. Situs ini merupakan yang paling terkenal di Mali, meski di negara itu terdapat kota kuno lainnya, Timbuktu.

Menurut komite warisan dunia ketidakamanan telah mencegah berbagai upaya untuk melindungi situs dari kerusakan bahan bangunan, urbanisasi, dan erosi. Kepala Warisan Dunia UNESCO, Edmond Moukala mengatakan kekhawatiran itu muncul setelah sebuah tim mengunjungi situs itu dan menemukan adanya tanda-tanda kerusakan.

"Pemerintah Mali tengah menghadapi banyak tantangan. Yang dibutuhkan sekarang adalah memastikan bahwa sejumlah lembaga mendapat tempat dan juga menerima dukungan finansial," ujar Moukala.

Djenne, sebuah pasar utama dan penghubung dalam perdagangan emas di trans-Sahara masuk dalam daftar situs warisan dunia pada 1988. Namun belakangan Mali menghadapi ancaman yang datang dari kelompok ekstremis dan separatis di bagian utara negeri itu.

Kota Djenne yang terletak di sebelah barat Sungai Bani adalah kota tertua di Afrika. Salah satu bangunan yang terkenal di kawasan ini adalah Masjid Agung Djenne yang mulai didirikan sejak 800 M.

Disebut kota lumpur karena memang semua bangunan di kota ini terbuat dari lumpur yang dikeraskan dengan bantuan langsung energi matahari.

Pada 2013 lalu, pasukan Prancis mengintervensi demi memukul mundur kelompok militan dan merebut kembali Timbuktu dan sejumlah kota lain di bagian utara. Kekerasan juga pecah dalam pekan ini setelah tentara terlibat bentrok dengan para demonstran di utara Kota Gao.

Para pengunjuk rasa menentang kebijakan otoritas setempat dalam upaya menjaga stabilitas di wilayah gurun.

Sementara itu Timbuktu dan sebuah makam di Gao pada 2012 telah lebih dulu masuk dalam daftar situs yang terancam keberadaannya.

Hal ini terjadi setelah kelompok militan yang terkait dengan Al Qaeda menghancurkan sejumlah tempat dan makam suci di Timbuktu.

Sekitar 49 situs masuk dalam daftar situs warisan dunia yang terancam bahaya termasuk sejumlah situs arkeologi yang ada di Suriah, Irak, dan Afghanistan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.