Sukses

Berkat Usulan Indonesia Serta Didukung 30 Negara, UNESCO Akui Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Dengan secara resmi mengakui Idul Fitri dan Idul Adha sebagai Hari Besar keagamaan, UNESCO menegaskan kembali komitmennya untuk menjunjung tinggi prinsip-prinsip martabat manusia, kesetaraan, dan keanekaragaman budaya.

Liputan6.com, Paris - UNESCO, Organisasi Pendidikan, Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memutuskan untuk mengakui Idul Fitri dan Idul Adha sebagai Hari Besar keagamaan. Menurut dokumen yang dimuat di situs unesdoc.unesco.org, pengakuan itu dilakukan sebagai tanggapan atas usulan lebih dari 30 negara, salah satunya Indonesia.

Sejumlah negara lain yang disebutkan dalam dokumen pengakuan Idul Fitri dan Idul Adha sebagai hari raya keagamaan adalah Aljazair, Bangladesh, Kolombia, Pantai Gading, Djibouti, Mesir, Indonesia, Yordania, Kuwait, Lebanon, Libya, Malaysia, Mali, Mauritania, Maroko, Oman, Filipina, Qatar, Federasi Rusia, Arab Saudi, Palestina, Sudan, Republik Arab Suriah, Tunisia, dan Yaman.

"Dengan secara resmi mengakui ketaatan Islam yang penting ini, UNESCO menegaskan kembali komitmennya untuk menjunjung tinggi prinsip-prinsip martabat manusia, kesetaraan, dan keanekaragaman budaya. Hal ini semakin menekankan peran penting UNESCO sebagai katalisator untuk membangun komunitas global yang lebih inklusif dan harmonis," tulis UNESCO dalam dokumen pengakuan tersebut yang Liputan6.com kutip Jumat (29/3/2024).

"Usulan untuk mengakui dan merayakan Idul Fitri dan Idul Adha di UNESCO muncul dari komitmen untuk merangkul dan merayakan kekayaan keragaman budaya dan agama di antara Negara-negara Anggota. Dengan mengakui ketaatan penting ini, hal ini akan mendorong dialog antar budaya, saling menghormati, dan pemahaman dalam kerangka UNESCO," jelas UNESCO dalam dokumen setebal tiga halaman.

UNESCO menilai Idul Fitri dan Idul Adha adalah hari raya keagamaan yang penting bagi umat Islam di seluruh dunia, yang masing-masing menandai berakhirnya bulan Ramadhan dan tindakan pengorbanan yang mendalam.

"Dengan mengakui peristiwa-peristiwa penting ini, UNESCO menegaskan dedikasinya untuk menghormati dan menghargai tradisi dan kepercayaan berbagai komunitas di seluruh dunia," papar UNESCO.

Melalui akun Instagram indonesiainparis, KBRI Paris menyampaikan kabar gembira tersebut.

"Alhamdulillah, atas usulan Indonesia, dan didukung lebih dari 30 negara, UNESCO telah mengakui Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha sebagai Hari Besar keagamaan. Salah satu poin keputusannya adalah meminta UNESCO untuk memastikan bahwa pada kedua hari tersebut, UNESCO tidak akan akan diselenggarakan pertemuan resmi apa pun di Markas Besar UNESCO di Paris," tulis KBRI di akun Instagramnya.

Adapun Dubes RI di Paris yang merupakan Delegasi Tetap RI untuk UNESCO menyampaikan usulan ini pada sidang ke-219 Dewan Eksekutif UNESCO di Paris, Selasa (26/3), yang disetujui secara aklamasi dan diadopsi sebagai hasil keputusan sidang.

Indonesia menjabat sebagai anggota Dewan Eksekutif UNESCO periode 2023-2027, pasca terpilih pada pemilihan Konferensi Umum UNESCO ke-42 bulan November 2023 lalu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

UNESCO Memberikan Penghormatan Terhadap Kekayaan Warisan dan Tradisi Budaya Islam

Dalam dokumen setebal tiga halaman tersebut, UNESCO menyebut perayaan Idul Fitri dan Idul Adha memiliki makna budaya, sosial, dan spiritual yang mendalam dalam komunitas Muslim, menjadi momen penting untuk introspeksi, persahabatan, dan penanaman nilai-nilai syukur, tidak mementingkan diri sendiri, empati, dan kasih sayang.

"Perayaan ini memperbarui komitmen individu terhadap refleksi spiritual dan tindakan kebajikan, menumbuhkan rasa persatuan dan tujuan bersama di kalangan umat Islam di seluruh dunia," tulis UNESCO.

Dengan mengakui perayaan ini, maka UNESCO memberikan penghormatan terhadap kekayaan warisan dan tradisi budaya Islam sambil menegaskan kembali komitmennya untuk mempromosikan dialog, toleransi, dan inklusivitas di antara orang-orang dari beragam agama dan budaya.

Pada intinya, UNESCO menjelaskan bahwa usulan untuk mengakui dan merayakan Idul Fitri dan Idul Adha di UNESCO menandakan sebuah langkah signifikan dalam menumbuhkan lingkungan yang saling menghormati, memahami dan bekerja sama di seluruh dunia.

"Dengan mengakui peristiwa-peristiwa ini, UNESCO menegaskan kembali komitmen teguhnya sebagai pendukung keanekaragaman budaya dan katalis untuk membangun jembatan pemahaman antar bangsa," demikian tertulis dalam dokumen UNESCO terkait pengakuan hari raya keagamaan Idul Fitri dan Idul Adha. 

 

3 dari 4 halaman

Tujuan Pengakuan dan Peringatan Idul Fitri dan Idul Adha oleh UNESCO

Adapun tujuan pengakuan dan peringatan Idul Fitri dan Idul Adha, UNESCO menyebut adalah peningkatan pemahaman budaya.

"Pengakuan dan perayaan Idul Fitri dan Idul Adha oleh UNESCO menggarisbawahi komitmen Organisasi untuk mendorong pemahaman budaya dan saling menghormati. Sikap ini menekankan komitmen UNESCO untuk merangkul keberagaman dan mengakui kekayaan warisan budaya dan praktik keagamaan di Negara-negara Anggota," demikian tertuang dalam dokumen UNESCO.

UNESCO juga menyebut bahwa pengakuan itu dimaksudkan untuk memperkuat dialog antaragama. "Idul Fitri dan Idul Adha berfungsi sebagai platform penting untuk dialog dan kolaborasi antaragama. Dengan mengakui dan memperingati peringatan penting Islam ini, UNESCO secara aktif mempromosikan dialog, toleransi, dan saling menghormati di antara individu dari berbagai latar belakang".

Selain itu, pengakuan tersebut juga bertujuan untuk peningkatan kohesi sosial. "Pengakuan dan peringatan Idul Fitri dan Idul Adha di UNESCO berkontribusi signifikan dalam mendorong kohesi sosial dan inklusivitas dalam masyarakat."

"Pengakuan dan perayaan Idul Fitri dan Idul Adha selaras dengan tujuan utama UNESCO untuk mempromosikan perdamaian global, toleransi, saling pengertian, dan pembangunan berkelanjutan."

4 dari 4 halaman

Idul Fitri dan Idul Adha Menurut UNESCO

Menurut UNESCO, Idul Fitri, yang dikenal sebagai Festival of Breaking the Fast, dirayakan secara global oleh umat Islam untuk memperingati berakhirnya bulan Ramadhan, bulan suci puasa umat Islam. Peristiwa ini ditandai dengan momen kegembiraan, refleksi, dan rasa syukur, ketika individu berkumpul bersama keluarga dan teman-temannya untuk berpartisipasi dalam doa bersama, berbagi makanan, dan terlibat dalam tindakan amal dan kebaikan.

Sementara Idul Adha, sering dikenal sebagai Festival of Sacrifice, memperingati periode pengorbanan, kemurahan hati, dan solidaritas yang sangat dijunjung tinggi dalam komunitas Muslim. "Ini adalah saat ketika umat Islam terlibat dalam tindakan amal dan bersatu untuk berbagi makanan dengan mereka yang kurang beruntung, yang mencerminkan nilai-nilai kasih sayang dan solidaritas komunal."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.