Sukses

Curhat Guru SLB pada Angkie Yudistia: Kualitas dan Jumlah Pengajar Siswa Disabilitas Perlu Ditingkatkan

Menurut Ketua Yayasan Santi Rama, Jakarta Selatan, Indonesia perlu meningkatkan kualitas dan jumlah guru, khususnya di sekolah anak berkebutuhan khusus.

Liputan6.com, Jakarta Pendidikan luar biasa untuk anak disabilitas masih menghadapi tantangan dari beberapa sisi. Hal ini diungkap oleh Ketua Yayasan Santi Rama, Lani Gunawan.

Dia bercerita kepada Staf Khusus (Stafsus) Presiden Angkie Yudistia yang pada Kamis, 27 Juli 2023 menyempatkan diri berkunjung ke Sekolah Luar Biasa (SLB) Santi Rama di Cipete, Jakarta Selatan.

Menurut Lani, Indonesia perlu meningkatkan kualitas dan jumlah guru, khususnya di sekolah anak berkebutuhan khusus.

"Guru-guru di negara kita, utamanya guru di sekolah luar biasa kemampuannya perlu ditingkatkan, dan jumlahnya juga harus ditambah," ujar Lani.

Sebelum kunjungan ini, Angkie sempat menyampaikan hal senada terkait sekolah inklusif, yakni sekolah yang menerima semua murid baik yang disabilitas maupun non-disabilitas.

Serupa dengan Lani, Angkie mengatakan bahwa hal yang paling utama untuk menuju sekolah inklusif adalah gurunya.

“Jujur kami kekurangan banyak guru, guru yang mengerti penyandang disabilitas, guru yang memahami kondisi penyandang disabilitas,” jelas Angkie.

Selain guru, sarana prasarana atau fasilitas yang mudah diakses pun menjadi kebutuhan wajib.

“Sekolah inklusi ini membutuhkan aksesibilitas yang cukup mengakomodasi kebutuhan penyandang disabilitas,” jelas Angkie.

Pasalnya, penyandang disabilitas memiliki banyak ragam. Ada sensorik, motorik, intelektual, mental, dan ganda. Sehingga, kebutuhan aksesnya pun berbeda.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tantangan Murid SLB

Meningkatkan jumlah dan kualitas guru SLB tentu berkaitan dengan kualitas pengajaran bagi para murid. Angkie tak memungkiri, selama ini para murid SLB banyak mengalami tantangan salah satunya dalam mengakses dunia kerja.

"Harus diakui memang sulit bagi penyandang disabilitas mendapatkan kerja karena perusahaan memang memiliki kriteria tinggi untuk menerima pegawai,” kata Angkie.

Maka dari itu, ia menyarankan penyandang disabilitas bisa terus mengasah kemampuan diri untuk bisa berdaya.

“Pendidikan vokasi dianggap bisa menjawab minimnya serapan tenaga kerja disabilitas. Berwirausaha pun bisa dilakukan untuk disabilitas bisa mandiri," tambahnya.

3 dari 4 halaman

Sederet Upaya Pemerintah

Lebih lanjut, Angkie menyampaikan bahwa pemerintah telah berupaya dalam membangun kesetaraan di Tanah Air. Termasuk dalam bidang pendidikan SLB dan sekolah Inklusif.

Hal ini dapat dilihat dari sejumlah kebijakan yang hadir selama periode pemerintahan Presiden Joko Widodo. Sebanyak sembilan regulasi yang mengatur orang berkebutuhan khusus telah ditandatangani Presiden Jokowi. Tujuannya, tak lain untuk menyetarakan penyandang disabilitas dengan masyarakat non-disabilitas di Indonesia.

"Kita menyadari bahwa negara kita memiliki UU Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas tapi kita juga perlu regulasi turunan dari undang-undang itu untuk bisa mengimplementasikannya di lapangan,” kata ibu dua anak itu.

“Atas dasar itulah, Presiden Jokowi mengeluarkan tujuh peraturan pemerintah dan dua peraturan presiden tentang penyandang disabilitas," imbuhnya.

4 dari 4 halaman

SLB dan Sekolah Inklusif di Mata Angkie

Di mata Angkie, sekolah luar biasa dan sekolah inklusif memang memiliki peran penting.

"Meskipun saya bukan lulusan SLB Santi Rama tapi secara emosional, saya memiliki kedekatan dengan sekolah ini,” kata Angkie yang juga merupakan penyandang disabilitas Tuli.

Bahkan, untuk pendidikan buah hatinya, dia mempercayakan pada sekolah inklusif. Di samping mengenalkan anak pada disabilitas, sekolah inklusif juga dipilih agar Angkie sebagai orangtua murid mendapatkan pelayanan yang baik dari pihak sekolah.

“Pendidikan anak-anak yang kami cari adalah sekolah yang menerima anak disabilitas jadi lingkungannya inklusif sehingga gurunya pun ngerti bagaimana men-treat bukan hanya anak tapi juga orangtua yang berkebutuhan khusus,” jelasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.