Liputan6.com, Jakarta Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) kerap menunjukkan gejala tantrum abnormal. Tantrum adalah suatu ledakan perilaku yang mencerminkan respons disregulasi terhadap rasa frustrasi anak.
“Jadi, anak tidak mampu meregulasi rasa frustrasi yang dia alami. Ini merupakan suatu periode yang ekstrem, betul-betul tidak menyenangkan bagi anak dan tidak sesuai dengan situasi, tantrum bisa terjadi di manapun,” kata dokter spesialis anak I Gusti Ayu Trisna Windiani dalam temu media secara daring bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Selasa, 23 April 2024.
Baca Juga
Saat tantrum, anak akan menunjukkan perilaku yang agresif akibat dari respons frustrasi dan kemarahannya.
Advertisement
Tantrum sebenarnya adalah suatu perkembangan normal pada anak. Ketika tantrum menjadi abnormal, maka orangtua perlu curiga dengan kondisi anak.
“Kembali kepada definisi tantrum atipikal atau abnormal dan tantrum yang normal. Tantrum yang normal tentu waktunya tidak selama tantrum abnormal. Kemudian tantrumnya tidak sehebat yang abnormal,” ucap Trisna menjawab pertanyaan Disabilitas Liputan6.com.
Ciri lain tantrum abnormal adalah durasi lama dan berlanjut. Pada tantrum normal, umumnya ada jeda antara tantrum pertama dan kedua. Sementara pada tantrum abnormal, tantrum berlanjut tanpa fase diam atau jeda.
“Nah itulah yang terjadi pada anak berkebutuhan khusus. Makanya, pertimbangkan pada anak yang tantrum abnormal apakah dia mengalami gangguan perilaku. Anak autis, anak ADHD memang mereka akan menunjukkan tantrum yang abnormal,” ujar Trisna.
Penanganan Tantrum Normal
Trisna menambahkan, penanganan tantrum abnormal berbeda dengan tantrum normal. Jika tantrumnya normal, maka penanganannya lebih mudah. Namun jika abnormal, maka perlu ada penanganan serius.
Pada tantrum normal, penanganannya dapat berupa:
- Tetap tenang, jangan ikut berteriak, nada suara pun harus tenang.
- Abaikan perilaku tantrum anak tapi jangan abaikan anaknya.
- Alihkan perhatian anak, orangtua atau pengasuh sementara boleh meninggalkan anak sambil menunggu tantrum anak berhenti. Berikan dia waktu untuk mengeluarkan energinya dengan tantrum. Pastikan, anak tetap aman selama ditinggalkan.
- Jangan menyerah pada permintaan anak.
“Artinya jangan mudah tergoyah ‘ya udah kasih aja’ nah di dalam pikiran anak dia akan ingat ‘oh saya kalau mau dapat makanan itu saya harus guling-guling dulu’ nah itu yang harus diperhatikan,” jelas Trisna.
Advertisement
Penanganan Tantrum Abnormal
Sementara, tantrum abnormal perlu ditangani dengan intervensi dari terapis. Orangtua dapat membawa anak ke klinik tumbuh kembang.
Sebelum memperbaiki tantrumnya, anak perlu mendapat perbaikan dari sisi kemampuan bicara dan kemampuan perilakunya.
“Perbaiki kemampuan bahasanya, perbaiki dulu kemampuan perilakunya, maka tantrumnya akan berkurang.”
Tanpa kemampuan bicara yang baik akibat gangguan yang dialami, anak tidak dapat mengungkapkan apa yang diinginkan.
Tantrum Berlebih Bahaya untuk Anak
Penanganan tantrum pada anak disabilitas menjadi hal penting lantaran tantrum berlebih bisa membahayakan diri anak.
“Ya tantrum yang berlebih itu berbahaya, dia bisa membahayakan dirinya, melukai dirinya, bahkan melukai orang lain.”
“Nah itulah yang perlu ditangani serius oleh yang berkompeten, oleh ahlinya,” tutup Trisna.
Advertisement