Sukses

Autisme dan ADHD, Kenali Perbedaan Gejala dan Pengobatannya

Autisme dan ADHD pada anak memiliki perbedaan yang penting untuk diketahui sedini mungkin oleh keluarga.

Liputan6.com, Jakarta Anak-anak berkebutuhan khusus, termasuk mereka yang mengalami autisme dan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), memerlukan perhatian dan dukungan ekstra dalam perkembangan dan kehidupan sehari-hari mereka.

Kedua kondisi ini memiliki perbedaan yang penting untuk diketahui sedini mungkin oleh keluarga.

“Pendekatan dan dukungan kepada individu yang memiliki autisme dan kebutuhan khusus lain harus dimulai dari lingkungan pertama yaitu keluarga,” kata Dokter Spesialis Anak Konsultan Neurologi - Prof. Dr. dr. Hardiono D. Pusponegoro, SpA(K).

Mengenali gejala autisme atau kebutuhan khusus lainnya diperlukan untuk memahami dan menangani anak dengan tepat. Gejala tersebut seringkali dapat diidentifikasi melalui observasi perilaku dan interaksi sehari-hari dengan anak.

“Autis itu simple nya ada dua gejalanya. Satu gangguan interaksi dan komunikasi, termasuk tidak bisa bicara. Kedua, perilakunya yang suka melakukan hal yang sama berulang-ulang untuk waktu dan tempat yang tidak sesuai. Misalnya suka putar-putar roda yang dilakukan seharian,” kata Hardiono dalam acara Press Conference SPEKIX 2024 yang dilaksanakan pada Kamis, 25 April 2024 di Jakarta.

Sementara ADHD, Hardiono mengatakan bahwa gejalanya tidak ada gangguan berbahasa atau berkomunikasi.

"ADHD itu tidak ada gangguan berbahasa, tidak ada juga gangguan berkomunikasi. Hanya saja anaknya tidak bisa diam, hiperaktif dan suka lari-lari," katanya.

Hardiono menambahkan bahwa ADHD tidak sama dengan autisme. "Tetapi ada kriteria baru apabila sudah besar, di usia 5 atau 6 tahun, keduanya itu bisa terjadi bersamaan," katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Gejala Autisme Pada Anak

Salah satu gejala autsime pada anak yaitu mengalami gangguan interaksi dan komunikasi, Hardiono mengatakan bahwa gejala ini yang paling utama.

"Gangguan interaksi bisa dilihat apabila anak kecil itu kalau diajak bicara mereka tidak menatap mata. Lalu gangguan komunikasi itu biasanya belum bisa bicara, sudah umur 2 tahun tetapi belum bicara," katanya.

Normal nya, Hardiono mengatakan bahwa anak kecil itu di usia 4 bulan jika diajak main mereka akan menjawab. Pada usia 6 bulan, ketika dipanggil nama maka akan menoleh. Usia setahun mereka sudah bisa menunjuk-nunjuk suatu hal.

Sementara anak yang mengidap autisme, pada usia 4 bulan, respons nya kurang, sangat tenang, bahkan terkadang tidak ada respon.

Mengutip dari lama yankes.kemenkes.go.id pada Senin, 29 April 2024, autisme merupakan salah satu bentuk gangguan tumbuh kembang akibat adanya kelainan syaraf-syaraf tertentu yang menyebabkan fungsi otak tidak bekerja secara normal, sehingga mempengaruhi tumbuh kembang, kemampuan komunikasi, dan kemampuan interaksi sosial seseorang.

3 dari 4 halaman

Gejala ADHD Pada Anak

Gejala ADHD seperti yang Hardiono katakan yaitu perilaku hiperaktif pada anak. ADHD adalah sebuah pola tetap tentang kesulitan memusatkan perhatian atau perilaku hiperaktif dan impulsif yang terlihat lebih sering dan lebih parah daripada yang biasa terlihat pada individu normal.

Mengacu pada laman resmi Kemenkes, ADHD terkadang lebih dikenal dengan istilah anak hiperaktif, karena mereka selalu bergerak dari satu tempat ketempat yang lain. Mereka tidak dapat duduk diam di satu tempat selama ± 5-10 menit untuk melakukan suatu kegiatan yang diberikan kepadanya.

Namun, apabila anak berusia dibawah 4 tahun dengan perilaku hiperaktif, Hardiono mengatakan bahwa anak tersebut tidak bisa didiagnosis mengidap ADHD.

"Kalau anak usia 2 tahun tidak bisa diam lalu didiagnosis mengidap ADHD, itu sering salah, karena tidak boleh mendiagnosis ADHD sebelum umur 4 tahun," kata Hardiono. Hal ini dikarenakan pada anak usia dibawah 4 tahun, kriterianya masih belum terpenuhi. 

 

4 dari 4 halaman

Pengobatan Autisme dan ADHD

Hardiono mengatakan bahwa pengobatan autisme lebih berfokus pada terapi dibandingkan penggunaan obat-obatan, sementara pengobatan ADHD biasanya lebih mengunakan obat-obatan.

Mengutip dari laman ayosehat.kemenkes.go.id, berikut adalah pengobatan untuk autisme dan ADHD.

Pengobatan Autisme

  • Terapi Perilaku dan Komunikasi: Terapi perilaku, seperti Applied Behavior Analysis (ABA), digunakan untuk membantu individu dengan ASD mengembangkan keterampilan sosial, berkomunikasi, dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan.
  • Terapi Bicara dan Bahasa: Terapi ini membantu meningkatkan kemampuan komunikasi verbal dan nonverbal pada individu dengan ASD.
  • Terapi Pendukung dan Terapi Sensorik: Terapi ini bertujuan untuk membantu individu dengan ASD dalam mengelola rangsangan sensorik dan meningkatkan keterampilan adaptasi mereka.

Pengobatan ADHD

  • Terapi perilaku: Pelatihan untuk anak dan orang tua dalam mengelola perilaku.
  • Medikasi: Obat-obatan tertentu yang dapat membantu mengelola gejala ADHD.
  • Konseling: Untuk membantu anak mengatasi kesulitan emosi atau sosial.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.