Sukses

Tekuni Usaha Pijat Refleksi, Penyandang Disabilitas Netra Asal Garut Sukses Buka Lapangan Kerja

Kisah Jajang Komar, penyandang disabilitas netra yang sukses berkarier di bidang jasa pijat.

Liputan6.com, Jakarta Jajang Komar adalah penyandang disabilitas netra yang sukses berkarier di bidang jasa pijat. Pengalaman bekerja 12 tahun di klinik pijat refleksi ia rasa cukup untuk kemudian membuka usaha sendiri.

"Kurang lebih 12 tahun, saya bekerja di klinik pijat refleksi. Saya punya pikiran enggak mungkin selamanya kerja di orang. Saya mau membantu sesama saya (disabilitas netra). Jadi, saya putuskan resign dan nekat buka usaha sendiri," kata Jajang di Klinik Pijat Tuna Netra Putra Mandiri miliknya di Cimahi, mengutip keterangan pers Kementerian Sosial, Kamis (5/1/2022).

Pria asli Garut, Jawa Barat ini mengenal refleksi sejak 2002 saat mengikuti pelatihan massage di Sentra "Wyata Guna" di Bandung. Ini adalah salah satu unit pelaksana teknis (UPT milik) Kementerian Sosial. Masa pelatihan selama satu tahun ia gunakan dengan sungguh-sungguh sampai akhirnya berhasil menjadi salah satu peserta berprestasi.

Pria usia 43 ini memulai kariernya di tahun 2004 dengan bekerja di klinik pijat refleksi Indra Raba Bandung. Tahun 2005, ia pindah ke klinik pijat lainnya untuk menambah pengalaman. Hingga di tahun 2008, ia bekerja di Klinik Pijat Jarima sampai 8 tahun lamanya.

Perpindahan yang dilakukan selama masa kerja tersebut bukan tanpa alasan. Jajang memiliki tujuan untuk mempelajari pengelolaan klinik pijat. Ini adalah modal untuk membuka klinik pijat sendiri.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Menabung untuk Capai Mimpi

Selama bekerja, ia menabung untuk mimpi besarnya yakni bisa membuka lapangan pekerjaan bagi disabilitas sensorik netra.

Merasa cukup pengalaman, ia pun resmi mengundurkan diri dari Jarima Pijat Refleksi pada tahun 2016. Jajang mantap membuka klinik pijat sendiri yang diberi nama Klinik Pijat Tuna Netra Putra Mandiri dengan modal Rp25 juta.

Melihat kesungguhan Jajang, Kemensos pun mendukungnya untuk membuka klinik pijat dengan memberikan beberapa bantuan. Seperti dipan dan kasur, bantal guling, sarung bantal guling, minyak pijat, handuk kecil dan sprei.

Mulanya, hanya satu karyawan yang direkrut untuk bekerja di kliniknya. Namun, kini, karyawannya sudah mencapai 6 orang.

3 dari 4 halaman

Omset per Bulan

Usaha Jajang membuahkan hasil. Omsetnya per bulan mencapai sekitar Rp10 juta. Setiap harinya, klinik pijat ini buka pukul 08.00 hingga 21.00 WIB.

Bagi para karyawan yang merupakan penyandang disabilitas netra, Jajang menyediakan mess sederhana dan makan rutin. Baginya, lapangan kerja yang berlandaskan kekeluargaan inilah yang menjadi cita-cita besarnya.

"Saya berusaha memberi kenyamanan bagi teman-teman, menyediakan makan, tempat tinggal, semoga itu bisa jadi berkah. Karena pengalaman saya dulu kerja, ya saya sewa tempat tinggal sendiri, makan sendiri, jadi ini plusnya yang bisa saya bagi ke teman-teman," katanya.

Penghasilan yang didapat dari klinik pijat selain dipakai untuk gaji karyawan dan keperluan harian, juga digunakan untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi.

Ia bekerja sambil melanjutkan pendidikan S1 dengan jurusan Tarbiyah - Pendidikan Agama Islam di STAI YAPATA Al Jawami di Cileunyi, Bandung. Jajang pun berhasil lulus pada 2020.

4 dari 4 halaman

Kembangkan Kemampuan Diri

Tak berhenti di situ, guna mengembangkan kemampuan diri, Jajang ikut pelatihan komputer akuntansi di Sentra "Wyata Guna" di Bandung selama 4 bulan.

“Ilmu ini penting untuk pencatatan keuangan usaha pijat refleksi,” katanya.

Pasca pelatihan, Jajang diberikan bantuan laptop dari Sentra "Wyata Guna" di Bandung untuk menunjang usahanya. Ini menjadi upaya Kemensos untuk memonitor dan mendampingi penerima manfaat hingga mandiri.

Setelah diterapkan, pencatatan keuangan Jajang semakin rapi sehingga tabungannya telah cukup untuk membuka cabang klinik pijat refleksi.

Akhirnya, di tahun 2021, Jajang membuka cabang klinik pijat refleksi di Bandung Barat dengan karyawan berjumlah 3 orang.

Di masa itu, tepat di kondisi pandemi, di tengah banyak usaha gulung tikar, ia masih mampu bertahan.

"Tetap buka, tapi menerapkan protokol kesehatan. Minimal bisa untuk makan bareng teman-teman," katanya.

Hingga kini, Jajang masih bercita-cita membuka cabang lagi di wilayah Tangerang. Tetap dengan misinya, yaitu memberdayakan teman-teman disabilitas sensorik netra yang punya kemampuan pijat refleksi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.