Sukses

Yayasan di Jawa Timur Berhasil Khitan 500 Anak Berkebutuhan Khusus Tiga Tahun Terakhir

Setiap anak termasuk anak berkebutuhan khusus (ABK) berhak untuk mendapat layanan kesehatan termasuk khitan.

Liputan6.com, Jakarta Setiap anak termasuk anak berkebutuhan khusus (ABK) berhak untuk mendapat layanan kesehatan termasuk khitan.

Khitan bagi anak yang menyandang disabilitas cenderung lebih menantang ketimbang non difabel. Mereka acap kali tantrum dan ketakutan ketika ditangani petugas. Maka dari itu, perlu penanganan khusus untuk mengkhitan anak berkebutuhan khusus.

Di sisi lain, biaya yang tak murah menjadi kendala berikutnya terutama bagi keluarga yang kurang beruntung.

Hal ini melatarbelakangi Yayasan Ananda Mutiara Indonesia (Y-AMI) di Jawa Timur untuk menyelenggarakan program khitan gratis bagi anak spesial. Kegiatan ini telah dilakukan sejak tiga tahun lalu.

Kegiatan khitan massal kali ini dilakukan pada Minggu 18 Desember 2022. Penyelenggaraan tersebut terbilang spesial karena sekaligus merayakan hari jadi ke-3 yayasan. Serta merayakan Hari Disabilitas Internasional (HDI) yang jatuh setiap 3 Desember.

Di penyelenggaraan program kali ini, Y-AMI berhasil mengkhitan 52 anak berkebutuhan khusus. Dengan demikian, total anak ABK yang sudah dikhitan selama 3 tahun terakhir ada 500 anak.

“Y-AMI bersyukur telah berhasil melakukan khitan kepada 500 anak berkebutuhan khusus yang berasal dari sejumlah wilayah di Jawa Timur,” kata Ketua Umum Y-AMI Yenni Darmawanti,SE  kepada Disabilitas Liputan6.com melalui pesan teks, Senin (19/12/2022).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Praktik Kesehatan ABK Perlu Diprioritaskan

Menurut perempuan yang karib disapa Bunda Yenni itu, keberhasilan mengkhitan 500 ABK yang tersebar di wilayah Jawa Timur tak lepas dari kerja keras dan dukungan berbagai pihak.

“Alhamdulillah, kerja keras pengurus yayasan dan dukungan dari semua pihak telah memberikan dampak yang sangat positif bagi ananda istimewa (ABK). Khususnya praktik baik Kesehatan terhadap ABK yang memang harus kita prioritaskan,” ujar perempuan yang karib disapa Bunda Yenni itu.

Lebih lanjut, ibu dari dua anak spesial ini menjelaskan bahwa secara perlahan dan bertahap, edukasi terkait pentingnya melakukan praktik baik kesehatan lewat khitan dari usia dini terhadap ABK kini telah menuai hasil.

“Kita bersyukur dari 52 ABK yang berhasil di khitan kali ini, hanya terdapat satu anak saja yang pipis saat prosesi khitan. Yang lainnya sudah mau pipis (BAK) sebelum dikhitan,” katanya.

3 dari 3 halaman

Tak Ada Keluhan

Yenni juga merasa lega karena pasca khitan tidak didapati masalah lebih lanjut yang dialami ABK. Mereka sudah kembali ke rumah masing-masing dan tidak mengadukan keluhan apapun.

“Alhamdulillah, tidak ada laporan dari para orangtua terkait kondisi anak-anaknya. Pasalnya, kami sudah mengedukasi agar obat oles, vitamin dan obat-obatan lainnya diberikan sesuai ketentuan dan atas saran tim medis,” imbuhnya.

Menurut Yenni, para peserta tampak antusias hadir dari sejumlah wilayah. Seperti Surabaya, Kediri, Gresik, Jombang, Malang, Nganjuk, Tuban, Situbondo, Sidoarjo, dan sekitarnya.

ABK yang mengikuti kegiatan khitan pun memiliki disabilitas yang beragam. Mayoritas anak dengan autisme, disusul Global Delay Syndrome dan Down Syndrome. Beberapa ada yang menyandang cerebral palsy dan tuna grahita. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.