Sukses

Facebook Dikomplain karena Menolak Iklan Fesyen Penyandang Disabilitas

Sistem algoritma Facebook salah menilai beberapa produk khusus untuk penyandang disabilitas yang diiklankan sehingga ditolak dengan alasan melanggar kebijakan pengguna Facebook.

Liputan6.com, Jakarta Sistem algoritma Facebook salah menilai beberapa produk khusus untuk penyandang disabilitas yang diiklankan sehingga ditolak dengan alasan melanggar kebijakan pengguna Facebook. 

Sebenarnya algoritme perlindungan pengguna (termasuk instagram, yang dimiliki facebook) menurut sejumlah pihak sering salah mengidentifikasi produk fashion adaptif dan memblokirnya platform pengguna. Hal ini karena iklan tersebut terbaca seperti mendiskriminasi pengguna penyandang disabilitas.

Salah satunya yang terjadi pada sebuah perusahaan pakaian adaptif membuat perlengkapan modis untuk penyandang disabilitas, Mighty Well (didirikan empat tahun lalu oleh Emily Levy dan Maria Del Mar Gomez).

Salah satu produknya yang ditolak yaitu zip-up hoodie abu-abu yang memiliki tulisan “I am immunocompromised — Please give me space” dalam gambar persegi panjang putih. Produk tersebut ditolak karena algoritma Facebook menilainya melanggar kebijakan dalam poin promosi produk dan layanan medis dan perawatan kesehatan termasuk perangkat medis, padahal tidak ada produk semacam itu.

Maka kemudian Mighty Well mengajukan banding atas keputusan tersebut dan setelah memakan waktu berminggu-minggu, akhirnya keputusan berubah dan mengijinkan produk tersebut untuk diiklankan.

Setidaknya enam perusahaan pakaian adaptif kecil lainnya pernah mengalami masalah yang sama dengan Mighty Well, beberapa di antaranya bahkan lebih parah lagi. Satu merek telah menangani masalah ini setiap minggu, sementara yang lain menolak ratusan produk. Dalam setiap contoh, perusahaan harus mengajukan banding atas setiap kasus berdasarkan item per item.

Dilansir dari Nytimes, pihak Facebook merespons masalah tersebut dengan menjawab melalui email, “Kami ingin membantu merek fesyen adaptif untuk penyandang disabilitas menemukan dan terhubung dengan pelanggan di Facebook. Beberapa daftar yang diajukan kepada kami seharusnya tidak ditandai oleh sistem kami dan sekarang telah dipulihkan. Kami mohon maaf atas kesalahan ini dan sedang berupaya untuk meningkatkan sistem kami sehingga merek tidak mengalami masalah ini di masa mendatang.”

 

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Masalah pada kecerdasan buatan

Sebenarnya bukan hanya platform Facebook yang memiliki masalah dengan sistem AI (artificial intelligence)nya, TikTok dan Amazon termasuk di antara perusahaan yang memiliki masalah serupa. Tetapi karena Facebook, termasuk Instagram miliknya, dianggap mewakili komunitas dengan jumlah pengguna terbanyak, sehingga hal ini menjadi sangat penting bagi kelompok penyandang disabilitas dan perusahaan yang melayani mereka. Instagram adalah platform pilihan dunia fashion.

Fashion adaptif merupakan inklusivitas yang relatif baru di dunia fashion dan tengah berkembang pesat. Bahkan Coherent Market Insights telah memproyeksikan bahwa pasar pakaian adaptif global akan bernilai lebih dari $392 miliar pada tahun 2026. Dari yang awalnya hanya baju yang disesuaikan dengan kebutuhan penyandang disabilitas, kini berkembang ada yang membuat penutup untuk garis kateter yang terlihat seperti lengan atletik; sampul kantong kolostomi dan ostomy dalam warna dan pola yang cerah; jeans dan celana chic yang disesuaikan untuk mengakomodasi tubuh yang duduk dengan jahitan yang tidak menimbulkan iritasi; dan kemeja berkancing yang menggunakan penutup magnet, bukan kancing, dan masih banyak lagi.

Maura Horton adalah salah satu pelopor pakaian adaptif. Pada tahun 2014, ia menciptakan MagnaReady, sistem tombol magnet, setelah suaminya mengetahui bahwa ia mengidap Parkinson. Pada 2019, ia menjual perusahaannya ke Global Brands Group, raksasa fashion yang memiliki Sean John dan Frye. Tahun lalu Horton dan GBG menciptakan JUNIPERunltd, pusat konten, platform e-commerce, dan komunitas yang berfokus pada sektor penyandang disabilitas, serta Yarrow, merek fashion adaptif milik mereka.

Antara bulan November dan Januari baru-baru ini, Horton mengirimkan empat seri iklan yang mencakup sepasang celana yang ia rancang khusus, potongannya menyesuaikan tergantung posisi tubuh (duduk atau berdiri) untuk pengguna kursi roda. Setiap kali ia harus berjuang untuk mengklarifikasi bahwa iklannya tidak melanggar kebijakan perdagangan yang menyatakan "tidak boleh ada daftar yang mempromosikan produk dan layanan medis dan perawatan kesehatan, termasuk perangkat medis, atau produk penghentian merokok yang mengandung nikotin".

Potongan yang untuk duduk tampaknya sistem mengenalinya sebagai kursi roda, bukan produk yang dikenakan oleh orang yang duduk di kursi roda. Tetapi bahkan setelah Horton berhasil mengajukan banding atas penolakan pertama, hal yang sama terjadi lagi. Lalu butuh waktu sekitar 10 hari bagi sistem untuk mengakui setiap kali bahwa ia telah melakukan kesalahan. "Otomatisasi," kata Horton.

Juru bicara Facebook mengatakan ada karyawan penyandang disabilitas di seluruh perusahaan, termasuk di tingkat eksekutif, dan ada tim Aksesibilitas yang bekerja di Facebook untuk menanamkan aksesibilitas ke dalam proses pengembangan produk. Namun, tidak diragukan lagi bahwa aturan yang mengatur kebijakan iklan dan toko yang dibuat oleh Facebook dirancang untuk melindungi komunitasnya dari klaim medis palsu dan produk palsu. Aturan tersebut juga, secara tidak sengaja, memblokir beberapa komunitas yang sama untuk mengakses produk diciptakan untuk mereka.

Mungkin masalah ini akan terus terjadi berulang kali hingga Facebook menemukan solusinya.

3 dari 3 halaman

Infografis 5 Tips Cegah Covid-19 Saat Beraktivitas dengan Orang Lain.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.