Sukses

Dampak COVID-19 bagi Penyandang Disabilitas Netra

Sharif Ibrahim Momin (49), seorang penyandang disabilitas netra mengaku belum mendapatkan uang sepeser pun sejak 20 Maret ketika lockdown diumumkan di India. Pandemi COVID-19 membuatnya kehilangan pekerjaan sejak empat bulan lalu.

Liputan6.com, Jakarta Sharif Ibrahim Momin (49), seorang penyandang disabilitas netra mengaku belum mendapatkan uang sepeser pun sejak 20 Maret ketika lockdown diumumkan di India. Pandemi COVID-19 membuatnya kehilangan pekerjaan sejak empat bulan lalu.

“Saya sudah menikah dan tinggal bersama orangtua serta kakak laki-laki saya. Saya tidak dapat melakukan hal lain untuk mencari nafkah karena saya benar-benar buta” ujarnya kepada Newz Hook.

Dia juga tidak mendapatkan tunjangan disabilitas karena tidak mendaftar untuk itu. “Mendapatkan dokumen untuk itu sangat sulit sehingga saya tidak mengejar itu.”

Kisah serupa dari berbagai bagian India telah membanjiri saluran bantuan LSM Score Foundation sejak lockdown diumumkan. Yayasan ini bekerja erat dengan berbagai pemangku kepentingan untuk menyadarkan dan mendidik masyarakat luas tentang komunitas tunanetra dan memberdayakan orang-orang dengan gangguan penglihatan.

“Kami mendapat panggilan terkait bantuan dari orang-orang yang kehilangan mata pencaharian, ketidakmampuan untuk membayar sewa, dan kebutuhan uang,” kata George Abraham, CEO, Score Foundation.

Menurutnya, keadaan pandemi sangat menantang dan menyulitkan kehidupan orang-orang seperti Sharif.

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dampak COVID-19 Bagi Pelajar Tunanetra

Selain berdampak besar pada pekerja seperti Sharif, pandemi juga sangat berdampak pada pelajar dengan disabilitas netra.

“Sekarang, bahkan tidak ada yang bersedia membantu kami menyeberang jalan,” kata Pooja, seorang pelajar yang tinggal di Lucknow, Uttar Pradesh. Dia juga khawatir tidak dapat menyelesaikan pendidikannya karena cara belajar daring menuntutnya memiliki fasilitas penunjang.

"Saya tidak tahu bagaimana saya akan mengikuti ujian daring. Keluarga saya tidak memiliki fasilitas untuk mendukung saya. Mereka berjuang untuk memenuhi pengeluaran rumah tangga apa adanya. Saya tidak bisa meminta bantuan mereka.”

Berbagai protokol kesehatan juga tidak mudah diterapkan oleh penyandang disabilitas netra. Mengingat mereka cenderung membutuhkan kontak seperti sentuhan dan bantuan lain dari orang lain.

"Orang buta akan terus mengalami masa sulit karena mereka bergantung pada sentuhan dan bantuan manusia", kata Abraham.

“Perjalanan akan menjadi tantangan. Gangguan penglihatan akan menyulitkan terjaganya jarak sosial. Mereka rentan menyentuh permukaan atau bahan yang terinfeksi. Orang-orang akan ragu membantu.”

India adalah rumah bagi sepertiga dari populasi penyandang disabilitas netra dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa India memiliki lebih dari 60 juta orang dengan gangguan penglihatan.

Banyak dari mereka bergantung pada kesejahteraan pemerintah atau bekerja sebagai buruh harian. Mengingat kehadiran mereka dan meningkatnya kerentanan orang-orang tunanetra selama pandemi, pihak berwenang harus mengambil langkah-langkah khusus, pungkas Abraham.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.