Sukses

Aksesibilitas di Lingkungan Perumahan Masih Minim untuk Penyandang Disabilitas

Menjadi seorang penyandang disabilitas tentunya memerlukan berbagai modifikasi di berbagai bidang termasuk lingkungan rumah.

Liputan6.com, Jakarta Menjadi seorang penyandang disabilitas tentunya memerlukan sejumlah modifikasi di berbagai hal. Termasuk lingkungan rumah.

Laninka Siamiyono salah satu penyandang disabilitas tuna daksa harus menggunakan kursi roda semenjak ia berusia 13 tahun. Ia terkena serangan autoimun jenis rheumatoid arthritis yang menyerang persendian sehingga membatasi ruang gerak Laninka.

Laninka menyebutkan, ia memerlukan berbagai penyesuaian pada saat dirinya mulai menjadi penyandang disabilitas. Selain penyesuaian mental yang menghabiskan waktu hingga 10 tahun lamanya, Laninka juga perlu menyesuaikan lingkungan.

“Misal, gantungan baju di balik pintu kan biasanya di atas, biar bisa aku jangkau ya diturunkan,” kata Laninka ketika ditemui di Jakarta Barat, Jumat (3/1/2020).

Barang-barang kebutuhan lain pun harus diletakkan di bawah. Misal, bumbu masak, alat masak dan sebagainya. Pernah satu ketika ia ditinggal sendiri di rumah, kemudian ia ingin menggoreng telur namun garam yang hendak digunakan berada di lemari atas. Hal tersebut menyulitkan dia untuk memasak.

“Ya awalnya orang rumah suka lupa nyimpen barang di atas, tapi lama-kelamaan mereka sudah terbiasa untuk menyimpan barang-barang di tempat yang terjangkau,” katanya.

Saksikan juga video berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Aksesibilitas Belum Merata

Selain lingkungan rumahnya sendiri, Laninka juga sangat berharap fasilitas umum dapat menjadi akses secara merata. Ia berpendapat, di perkotaan seperti Jakarta, khususnya Pusat, fasilitas untuk disabilitas sudah sangat membantu. Masyarakatnya pun sudah mulai sadar akan terhadap aksesibilitas orang dengan disabilitas.

Namun, aksesibilitas ini ia rasa belum merata. Di pinggir kota atau di daerah masih sangat memprihatinkan aksesibilitasnya. Bahkan ia sempat diajak oleh sebuah media untuk melakukan penilaian apakah tempat tersebut mudah diakses atau tidak bagi penyandang disabilitas.

Ternyata, tempat yang ia datangi itu masih sangat tidak akses. Ia dengan kursi rodanya harus berjalan di pinggiran jalan bukan trotoar khusus. Jalan itu digunakan juga oleh angkutan kota dan kendaraan lainnya.

“Bahkan asap kenalpot motor langsung kena ke aku, itu sih yang bikin kapok,” kata Laninka.

Dengan demikian, sebisa mungkin Laninka menghindari tempat-tempat yang tidak akses baginya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.