Sukses

Harga Bitcoin Lompat Tinggi, Berdampak ke Halving 2024?

Secara historis pada halving 2020 lalu yang jatuh pada Mei, harga Bitcoin mengalami penurunan 50 persen sehari sebelum halving dan turun 58 persen dua bulan sebelum halving.

Liputan6.com, Jakarta - Pasar kripto menguat dalam beberapa hari terakhir dengan Bitcoin berhasil menyentuh USD 35.000 atau setara Rp 557,5 juta (asumsi kurs Rp 15.921 per dolar AS). Ini merupakan kenaikan tertinggi Bitcoin sekitar 18 bulan. 

Lantas apa dampaknya kenaikan harga Bitcoin ini menjelang Bitcoin Halving Day 2024 mendatang? 

Crypto Analyst Reku Afid Sugiono mengatakan, katalis utama kondisi ini adalah optimisme keputusan ETF Bitcoin terutama terhadap ARK Investment yang dijadwalkan pada 10 Januari 2024 mendatang dan terdaftarnya ticker pengajuan ETF Bitcoin Spot oleh BlackRock di DTCC.

Optimisme terhadap persetujuan ETF Spot ini memang mencatatkan kenaikan harga Bitcoin secara signifikan pada harga dan bisa mendorong partisipasi masif di masyarakat. 

“Di satu sisi, hal tersebut tentu menjadi katalis positif menjelang halving 2024, namun investor juga perlu bersiap menghadapi potensi kondisi pasar kedepannya,” kata Afid dalam siaran pers, dikutip Kamis (26/10/2023). 

Afid menambahkan terlepas disetujui atau tidaknya ETF Spot ini, tetap akan ada kecenderungan harga mengalami koreksi menjelang halving. Penurunan harga terjadi sebelum Bitcoin mengalami kenaikan seperti yang terjadi secara historis di tahun-tahun sebelumnya. 

Ini disebabkan karena saat halving, Bitcoin membutuhkan sekitar 6 hingga 9 bulan untuk mengakumulasi asetnya. 

Data Historis

Secara historis pada halving 2020 lalu yang jatuh pada Mei, harga Bitcoin mengalami penurunan 50 persen sehari sebelum halving dan turun 58 persen dua bulan sebelum halving

Selanjutnya, kenaikan mulai terjadi secara bertahap hingga puncaknya pada Desember. Berkaca dari data historis tersebut, halving 2024 mendatang berpotensi mengalami lonjakan harga pada 6 hingga 9 bulan setelahnya.

Afid menuturkan akan selalu ada tren yang berpotensi sebagai katalis di balik halving Bitcoin. Pada halving 2017, Initial Coin Offering (ICO) menjadi katalis di balik bull run Bitcoin. Kemudian pada tahun 2021, DeFi dan NFT menjadi faktor pendorong lonjakan harga. 

Pada 2024 mendatang, ETF Spot yang menawarkan variasi lain dalam berinvestasi Bitcoin, memang bisa menjadi pendorong peningkatan harga. 

“Namun investor tetap perlu bijak dan bersiap menghadapi koreksi harga sebelum rally Bitcoin terjadi lagi. Diantaranya melalui diversifikasi ke aset kripto lainnya serta rutin memantau kondisi pasar seperti yang tersedia di Learning Hub Reku,” pungkas Afid.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Harga Bitcoin Menguat dalam 3 Hari Berturut-turut

Sebelumnya, nilai bitcoin kini meningkat dua kali lipat pada tahun ini karena kebangkitan mengejutkan dari 2022 yang penuh gejolak yang membuat beberapa orang skeptis terhadap prediksi kehancuran aset digital.

Dilansir dari Yahoo Finance, Kamis (26/10/2023), mata uang kripto terbesar berdasarkan nilai pasar ini menguat untuk hari ketiga, mendorong harga kembali ke sekitar USD 35.000 atau setara Rp 557,5 juta (asumsi kurs Rp 15.928 per dolar AS), level tertinggi dalam 18 bulan. 

Bitcoin anjlok 64 persen tahun lalu di tengah skandal industri dan kebangkrutan. Ini mencapai rekor hampir USD 69.000 atau setara Rp 1 miliar pada akhir 2021.

Meningkatnya ekspektasi Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) akan mengesahkan dana yang diperdagangkan di bursa yang berinvestasi langsung dalam mata uang kripto setelah pertimbangan selama satu dekade telah memicu reli lebih dari 25 persen selama dua minggu terakhir.

 

3 dari 3 halaman

Terbesar sejak Maret

Pada Senin, pengadilan banding federal meresmikan kemenangan Grayscale Investments LLC dalam upayanya untuk menciptakan ETF berdasarkan Bitcoin. Pekan lalu, Bitcoin sempat melonjak 10 persen, harga tertinggi sejak Agustus, karena laporan yang salah BlackRock Inc. telah memenangkan persetujuan SEC untuk ETF.

Reli tiga hari ini adalah yang terbesar sejak Maret. Ketika Silicon Valley Bank runtuh pada 10 Maret, Bitcoin menguat selama empat hari berturut-turut, naik di atas USD 26,000 atau setara Rp 414,1 juta untuk pertama kalinya sejak Juni tahun lalu.

Meskipun harga Bitcoin mungkin mengalami penurunan harga dalam jangka pendek, mata uang tersebut siap untuk terus naik dalam jangka panjang, menurut James Butterfill, kepala penelitian di CoinShares.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini