Sukses

CEO Terraform Labs Do Kwon Hadapi Tuduhan Pencucian Uang Rp 69,4 Miliar

Tuduhan terbaru yang ditujukan kepada Do Kwon dan Terraform Labs adalah pencucian uang.

Liputan6.com, Jakarta - Do Kwon dan perusahaannya Terraform Labs tidak berhenti menjadi berita utama sejak kehancuran besar-besaran ekosistem Terra pada awal Mei 2022. Tuduhan yang ditujukan pada Kwon dan perusahaannya pun silih berganti. 

Tuduhan terbaru yang ditujukan kepada Do Kwon dan Terraform Labs adalah pencucian uang. Seperti yang dilaporkan oleh KBS News, perusahaan tersebut telah dituduh melakukan pencucian total USD 4,8 juta atau sekitar Rp 69,4 miliar melalui perusahaan cangkang Korea Selatan.

Perusahaan cangkang adalah sebuah perusahaan yang didirikan secara resmi dan terdaftar secara hukum dalam wilayah atau yurisdiksi tertentu, tetapi perusahaan tersebut tidak melakukan kegiatan apa pun.

Menurut mantan pengembang di Terraform Labs, yang berbicara dengan saluran berita lokal, majikan mereka sebelumnya memiliki koneksi dengan "Perusahaan K", yang dijalankan "dengan nama pinjaman oleh Terra". 

Berdasarkan apa yang dikatakan staf, ruang kerja itu juga diberi judul “Terra” dalam denah bangunan, tetapi kemudian dipindahkan.

Majalah itu juga mengungkapkan Layanan Pajak Nasional telah menemukan jumlah 6 miliar won senilai sekitar USD 4,8 yang dikirim dari Terraform Labs ke Perusahaan K, yang dicatat di bawah "pengeluaran lain."

Salah satu anggota Terra Research Forum yang populer di Twitter, dengan username FatMan dilaporkan melakukan beberapa penelitian dan mengkonfirmasi ada hubungan antara kedua entitas tersebut.

Tepatnya, pelapor ini memverifikasi hubungan antara Perusahaan K dan Kernel Labs, yang diduga dibuat oleh orang yang sama yang membuat Terraform Labs. FatMan, dalam serangkaian tweet pada 30 Mei, membagikan rincian tentang tuduhan pencucian uang.

“Karyawan dari perusahaan K memiliki tumpang tindih yang besar dengan karyawan dari Terra dan sering berbagi ruang yang sama. Keduanya didirikan pada tahun 2018. Sebagian besar karyawan perusahaan K adalah pengembang Terra. CEO Perusahaan K, Mo Kim, dengan keras membantah adanya afiliasi besar,” tulis cuitan pada utas Fatman, dikutip dari Times Tabloid, Senin (6/6/2022). 

“Mengapa ini menarik? Nah, otoritas pajak Korea melaporkan tahun lalu, Terra mengirim 6 miliar won (USD 4,8 juta) kepada CEO perusahaan K. Ini dilaporkan di pembukuan sebagai 'pengeluaran lain'. Secara hipotesis, jika keduanya adalah satu dan sama, ini akan mengindikasikan pencucian,” twit FatMan. 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dituding Melakukan Penipuan

Fatman juga menjelaskan KBS tidak mengungkapkan siapa perusahaan K itu, tetapi sementara itu, pejabat Pajak Korea diberitahukan Terraform Labs telah didenda karena penghindaran pajak setelah melihat transaksi mencurigakan ke Kernel Labs.

Ini bukan pertama kalinya FatMan, sumber kebocoran yang familiar di industri kripto, melakukan penyelidikan mendalam terhadap ekosistem. 

Pada akhir Mei, FatMan menuduh Do Kwon, melakukan penipuan yang dilakukan melalui Mirror Protocol (MIR), dengan maksud untuk menguntungkan Do Kwon dan VC, “sambil memanipulasi tata kelola dan mengacaukan ritel”. 

Sementara itu, runtuhnya Terra telah mengakibatkan Korea Selatan mengambil sikap yang lebih keras terhadap kripto dan membentuk “Komite Aset Digital” yang akan fokus pada regulasi kripto yang ketat. 

3 dari 4 halaman

Terra Keok, Korea Selatan Bentuk Komite Pengawasan Kripto Baru

Sebelumnya, keruntuhan Terra baru-baru ini rupanya telah mempercepat pembentukan entitas pengawasan dan kontrol untuk aset digital.Naik turunnya ekosistem Terra memiliki konsekuensi besar di seluruh dunia.

Namun, tidak diragukan lagi Korea Selatan, tempat kelahiran penciptanya, adalah negara yang paling peduli di antara semuanya.

Di tengah tanda-tanda salah satu pendiri Terraform Labs, Do Kwon menghadapi masalah hukum di Korea Selatan, partai yang berkuasa di negara itu mengumumkan mereka akan meluncurkan Komite Aset Digital baru pada awal Juni.

Melansir Cointelegraph, Rabu (1/6/2022), komite tersebut akan berfungsi sebagai pengawas atas industri kripto dan akan bertanggung jawab atas persiapan dan pengawasan kebijakan hingga rancangan Undang-Undang untuk aset digital yang akan datang diberlakukan dan entitas pemerintah formal yang ditujukan untuk kripto didirikan.

Komite tersebut merupakan perluasan dan reorganisasi dari badan yang ada yang mengawasi aset digital. Komite ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas kebijakan dengan merampingkan upaya pengawasan pemerintah terhadap kripto.

"Sebuah kementerian harus dibentuk untuk melindungi investor aset digital di tingkat perlindungan investor saham yang sama,” ujar seorang profesor di Universitas Dongguk dan anggota Komite Khusus untuk Aset Virtual, Hwang Seok-jin.

Profesor itu juga membandingkan volume perdagangan kripto harian negara itu dengan bursa saham Kosdaq. Ia menyarankan sekali lagi industri harus diperlakukan dengan cara yang sama seperti saham.

4 dari 4 halaman

Analis Skeptis soal Peluang Jaringan Baru Terra

Sebelumnya, versi baru dari kripto Luna yang runtuh beberapa pekan lalu kini sudah tersedia dan diperdagangkan di berbagai bursa utama, Namun, koin Luna tersebut memulai debut dengan awal yang buruk.

Setelah mencapai puncak USD 19,53 atau sekitar Rp 284.626 pada Sabtu, token Luna baru turun serendah USD 4,39 hanya beberapa jam kemudian. Menurut data CoinMarketCap, sejak itu menetap dengan harga sekitar USD 5,90.

Kepala internasional di pertukaran kripto Luno, Vijay Ayyar mengatakan, banyak investor yang terbakar oleh bencana tidak mungkin mempercayai Terra untuk kedua kalinya.

"Ada kehilangan kepercayaan besar-besaran dalam proyek tersebut,” ujar Ayyar dikutip dari CNBC, Selasa, 31 Mei 2022.

Di sisi lain, para analis juga sangat skeptis tentang peluang keberhasilan blockchain Terra yang dihidupkan kembali. Blockchain itu harus bersaing dengan sejumlah jaringan lain yang disebut “Lapisan 1” infrastruktur yang menopang cryptocurrency seperti ethereum, solana, dan cardano.

Pekan lalu, pendukung proyek blockchain Terra memilih untuk menghidupkan kembali luna tetapi tidak dengan stablecoin terra USD (UST), yang jatuh di bawah pasak dolar. Hal itu menyebabkan kepanikan di pasar kripto. Akibat insiden itu, token Luna sebelumnya (Luna Classic) juga kehilangan nilainya karena UST dan Luna saling terkait. 

Sekarang, luna memiliki iterasi baru, yang oleh investor disebut Terra 2.0. Itu sudah diperdagangkan di bursa termasuk Bybit, Kucoin dan Huobi. Binance, pertukaran kripto terbesar di dunia, mengatakan akan mendaftarkan Luna pada Selasa.

Terra mendistribusikan token luna melalui apa yang disebut "airdrop". Sebagian besar akan diberikan kepada mereka yang memegang luna classic dan UST sebelum runtuh, dalam upaya untuk mengkompensasi investor.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.