Sukses

Penyelidikan Asal Usul Rambut Yeti di Himalaya yang Ternyata Berasal dari Kuda

Yeti, makhluk salju Himalaya, terungkap berasal dari DNA kuda, bukan manusia salju. Temuan mengejutkan ini, disampaikan oleh Radio BBC 4, membuka babak baru dalam pemahaman mitos Yeti. Penelitian DNA mengungkap keunikannya, menggugah minat pada warisan budaya dan eksplorasi ilmiah.

Liputan6.com, Jakarta DNA yang ditemukan pada rambut yang diyakini berasal dari manusia salju, atau yang lebih populer dikenal sebagai Yeti, mengungkap fakta mengejutkan bahwa asal usulnya adalah dari seekor kuda. Temuan ini, yang diungkapkan baru-baru ini dalam program Radio BBC 4 yang memantau perburuan Yeti di Pegunungan Himalaya, menyoroti kompleksitas dan misteri di sekitar mitos tentang makhluk salju ini. Meskipun demikian, penemuan ini tidak merendahkan nilai dan signifikansi cerita tentang Yeti yang telah diwariskan oleh masyarakat setempat selama berabad-abad.

Penelitian DNA pada rambut Yeti menjadi babak baru dalam pencarian misteri di dunia ini. Meskipun hasilnya mungkin mengejutkan, penemuan ini membantu mencerahkan kegelapan yang menyelimuti kisah tentang Yeti selama ini. Dengan menggunakan teknologi DNA terkini, peneliti dapat menelusuri jejak genetik yang membawa kita pada kesimpulan yang tidak terduga. Meskipun kisah tentang manusia salju ternyata memiliki asal usul yang berbeda, ini tidak mengurangi keunikan dan daya tarik legenda Yeti dalam budaya lokal dan global.

Penting untuk diingat bahwa penemuan ini tidak hanya tentang kebenaran ilmiah semata, tetapi juga tentang bagaimana cerita-cerita dan mitos dapat membentuk identitas dan warisan budaya suatu komunitas. Mitos tentang Yeti telah menjadi bagian integral dari cerita dan kepercayaan di Himalaya, dan hasil penelitian ini memicu refleksi mendalam tentang bagaimana kita menyikapi dan memahami warisan budaya dan mitos yang telah mengakar dalam masyarakat.

Kendati demikian, penemuan ini menggugah minat dan antusiasme untuk terus menjelajahi misteri dan rahasia alam semesta, memperkuat semangat penelitian dan eksplorasi di dunia ilmiah. Berikut penjelasannya dirangkum dari livescience.com!

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 11 halaman

1. Hasil Analisis DNA Rambut Misterius Diduga ‘Yeti’ yang Tak Mematahkan Keyakinan Andrew Benfield

Andrew Benfield, seorang penulis dan guru meditasi, telah memimpin sebuah ekspedisi bertahun-tahun dalam mencari Yeti bersama temannya yang skeptis, analis politik Richard Horsey. Mereka menjelajahi India, Myanmar, Nepal, dan Bhutan, mendengarkan cerita dan mitos seputar makhluk legendaris ini. Hasil perjalanan mereka diabadikan dalam serial Radio BBC 4 berjudul ‘Yeti’.

Puncak ketegangan dalam serial terjadi pada bulan Juni ketika mereka menemukan sehelai rambut misterius. Rambut tersebut ditemukan oleh sumber yang tidak disebutkan namanya dan menunggu analisis DNA. Cliffhanger ini membuat para pendengar terpaku pada antisipasi hasil yang menentukan nasib mitos Yeti. Namun, episode bonus yang dirilis pada 20 Oktober mengungkapkan bahwa rambut tersebut ternyata berasal dari kuda.

Meskipun hasil analisis DNA tersebut membawa kekecewaan, Benfield menyatakan bahwa temuannya tidak mengurangi nilai dan keaslian dari serial atau cerita yang telah mereka dokumentasikan selama perjalanan tiga tahun.

"Seekor kuda mungkin terasa membosankan, tetapi pengalaman dan cerita dari orang-orang yang kami temui tetap berharga," ungkap Benfield kepada Live Science.

Analisis DNA tidak merusak integritas serial tersebut dan masih mempertahankan kisah-kisah menarik yang telah diangkat oleh pasangan tersebut.

3 dari 11 halaman

2. Percobaan Menemukan Bukti Ilmiah Keberadaan Yeti

Kisah tentang makhluk yang mirip kera yang berkeliaran di Pegunungan Himalaya telah menjadi bagian dari warisan budaya selama berabad-abad. Ketertarikan negara-negara Barat terhadap Yeti, atau Manusia Salju yang Keji, mulai mencuat pada awal tahun 1950-an setelah pendaki gunung Inggris, Eric Shipton, membawa pulang foto-foto jejak kaki raksasa dari perjalanannya di Everest. Namun, upaya penyelidikan selanjutnya yang dipimpin oleh orang Barat gagal menemukan bukti ilmiah yang meyakinkan tentang keberadaan makhluk tersebut.

Andrew Benfield, seorang penulis dan guru meditasi, memiliki pandangan yang berbeda terhadap cerita Yeti. Berkat pengalamannya di bidang pembangunan internasional, Benfield tidak ingin mengabaikan laporan lokal tentang Yeti hanya karena peneliti Barat tidak menemukan bukti konkret. Pandangan ini diperkuat oleh wawancara dengan Sir David Attenborough pada tahun 2013, di mana Attenborough menyatakan bahwa mungkin ada sesuatu dalam misteri Manusia Salju yang Keji.

Meskipun Attenborough tidak terlibat dalam serial radio yang baru, Benfield, didorong oleh keyakinannya, memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut pada tahun 2019 dengan mendengarkan cerita langsung tentang Yeti dan mengajak Richard Horsey, seorang analis politik dengan gelar PhD di bidang psikologi kognitif, untuk bergabung dengannya. Bagi Benfield, meyakinkan Horsey untuk bergabung adalah langkah penting dalam perjalanannya, dan ia berharap dapat membawa nuansa baru dalam pandangan tentang makhluk legendaris ini.

4 dari 11 halaman

3. Keterlibatan BBC dalam pencarian Yeti

Pada tahun 2022, BBC terlibat dalam pencarian Yeti bersama Andrew Benfield dan Richard Horsey, menjelajahi Bhutan dan Suaka Margasatwa Sakteng, yang merupakan tempat perlindungan bagi ‘Migoi’ atau Yeti menurut Harian Bhutan. Di taman nasional ini, Horsey menemukan cerita yang mengubah pandangannya yang skeptis, sementara Benfield berhasil memperoleh sehelai rambut Yeti yang signifikan.

Rambut yang berhasil dikumpulkan memiliki panjang sekitar 6 inci (15 cm). Andrew Benfield memotong rambut tersebut menjadi dua bagian dan mengirimkannya ke Charlotte Lindqvist, seorang ahli biologi evolusi di Universitas Buffalo, New York. Lindqvist dan timnya melakukan analisis DNA dan menemukan bahwa rambut tersebut sesuai dengan DNA kuda Altai, sebuah ras kuda pegunungan yang berasal dari Asia.

Menariknya, Charlotte Lindqvist sebelumnya terlibat dalam penelitian pada tahun 2017 yang menganalisis sembilan sampel Yeti. Hasilnya menunjukkan bahwa delapan sampel berasal dari beruang dan satu sampel dari anjing. Meskipun hasil itu tidak mendukung keberadaan Yeti, Lindqvist mengakui bahwa keyakinannya pada makhluk itu sebagai mitos dapat bergeser setelah temuan rambut yang baru.

5 dari 11 halaman

4. Pentingnya Menghormati Pengetahuan Warga Lokal

Meskipun Andrew Benfield telah menerima hasil analisis DNA yang menunjukkan bahwa rambut Yeti berasal dari kuda Altai, ia belum sepenuhnya melepaskan separuh rambut lainnya yang masih ada di lemarinya. Dalam wawancara dengan Live Science, Benfield juga menyoroti kekayaan alam Himalaya yang belum tersentuh dan belum dijelajahi. Menurutnya, cerita tentang Yeti berasal dari pengetahuan orang-orang yang hidup dan mengenal wilayah tersebut dengan baik.

Dia menegaskan pentingnya menghormati pengetahuan lokal ketika berada di sana, mengakui bahwa masyarakat setempat memiliki wawasan yang berharga tentang lingkungan yang menjadi rumah bagi legenda Yeti.

“Anda tentu saja menghormati pengetahuan masyarakat lokal ketika Anda berada di sana karena mereka membuat Anda tetap hidup,” kata Benfield. "Siapakah saya sehingga bisa menanyai orang-orang ini? Mereka ada di luar sana setiap hari."

Richard Horsey, yang awalnya tidak berharap membawa pulang bukti DNA, mengungkapkan pemahamannya yang bertambah tentang makna Yeti bagi masyarakat lokal. Dalam percakapan dengan Live Science, Horsey mencatat bahwa bagi sebagian besar orang, keberadaan fisik Yeti bukanlah hal yang paling penting.

Bagi mereka, Yeti memainkan peran yang signifikan dalam dunia mereka, melebihi sebatas keberadaannya dalam bentuk fisik. Hal ini mencerminkan hubungan erat antara makhluk legendaris dan budaya lokal, di mana keberadaan atau ketiadaan fisiknya bukanlah fokus utama, melainkan nilai simbolis dan kultural yang dipegang oleh masyarakat setempat.

6 dari 11 halaman

5. Kepercayaan Masyarakat Bhutan terhadap Yeti

Tshering Tashi, seorang penulis yang merinci kepercayaan masyarakat Bhutan terhadap Yeti dalam artikelnya untuk Kuensel Online pada tahun 2020, menyajikan pandangan yang menarik. Menurut Tashi, masyarakat Bhutan yakin bahwa Yeti benar-benar ada, namun mereka tidak bersikeras untuk segera memberikan bukti konkret. Dalam artikelnya, ia mengungkapkan keyakinan bahwa meskipun ada makhluk biologis di balik mitologi Yeti, masyarakat Bhutan meyakini bahwa bentuk dan wujudnya tidak akan sesuai dengan romantisme yang sering dihadirkan oleh pandangan orang Barat.

Kepercayaan masyarakat Bhutan terhadap keberadaan Yeti mencerminkan keselarasan budaya mereka dengan lingkungan sekitar, dan pandangan ini memberikan dimensi yang lebih luas terhadap warisan budaya dan keberlanjutan mitos Yeti di wilayah tersebut. Sementara beberapa masyarakat mungkin lebih fokus pada membuktikan eksistensi fisik Yeti, masyarakat Bhutan tampaknya menggambarkan pemahaman yang lebih mendalam tentang hubungan antara makhluk legendaris ini dan keseimbangan alam serta kehidupan manusia dalam budaya mereka.

Tshering Tashi, seorang penulis yang memperinci kepercayaan masyarakat Bhutan terhadap Yeti dalam artikelnya untuk Kuensel Online pada tahun 2020, memberikan wawasan yang menarik. Dalam tulisannya, Tashi menyatakan bahwa masyarakat Bhutan memang yakin akan keberadaan Yeti, tetapi mereka tidak terburu-buru untuk menyediakan bukti fisik yang dapat memenuhi ekspektasi orang Barat. Tashi menegaskan keyakinan masyarakat bahwa, meskipun Yeti memiliki dasar biologis di balik mitologinya.

Pandangan masyarakat Bhutan terhadap Yeti mencerminkan cara unik di mana mereka memelihara mitos dan warisan budaya mereka. Ketidakmudahan dalam memberikan bukti fisik Yeti sejalan dengan pemahaman mendalam mereka tentang makhluk ini sebagai bagian tak terpisahkan dari mitologi dan kepercayaan setempat. Pendekatan ini menunjukkan bahwa masyarakat Bhutan tidak hanya menganggap Yeti sebagai objek penelitian, tetapi juga sebagai bagian yang hidup dari identitas dan budaya mereka yang terus berkembang.

7 dari 11 halaman

Apakah Yeti makhluk mitologi?

Makhluk mitologi ini dikenal sebagai seorang monster salju misterius yang dikatakan tinggal di wilayah pegunungan Asia sampai Rusia. Yeti dikatakan hidup di wilayah pegunungan Himalaya.

 

8 dari 11 halaman

Yeti hidup dimana?

Sejarah mengenai Yeti bermula dari cerita rakyat yang disebarkan oleh masyarakat Himalaya. Mereka kerap bercerita tentang sebuah makhluk yang berukuran besar dan berotot bak manusia yang ditutupi oleh bulu putih. Konon, makhluk ini tinggal di pegunungan Asia, tepatnya di dataran tinggi Himalaya yang tertutup salju.

 

9 dari 11 halaman

Apakah ada hewan yang namanya Yeti?

Yeti adalah sejenis primata besar menyerupai manusia yang menghuni wilayah pegunungan Himalaya di Nepal dan Tibet. Nama Yeti dan Meh-Teh umumnya digunakan secara luas oleh penduduk asli di wilayah tersebut, dan merupakan bagian dari kisah sejarah dan mitologi mereka.

 

10 dari 11 halaman

Bagaimana bentuk Yeti?

Dalam kebudayaan populer, Yeti berbentuk manusia kera berbulu dan berukuran besar, dengan kaki yang sama besarnya dan gigi setajam pedang. Bulunya berwarna abu-abu atau putih. Yeti seringkali digambarkan menjelajah pegunungan salju sendirian.

 

11 dari 11 halaman

Apakah Yeti manusia?

Yeti adalah makhluk mirip kera yang konon menghuni pegunungan Himalaya di Asia. Dalam budaya populer barat, makhluk tersebut juga disebut sebagai Manusia Salju yang Keji.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini