Sukses

Mengenal Dopamine Detox, Cara Menekan Perilaku Impulsif di Era Modern

Dopamine Detox saat ini ramai diperbincangkan di TikTok, merupakan salah satu cara baru bagi kamu yang impulsif dan merasa kecanduan berbagai hal.

Liputan6.com, Jakarta - Unggahan dengan tagar #dopaminedetox di TikTok telah ditayangkan hampir 20 juta kali. Tagar tersebut memperlihatkan bagaimana orang yang kecanduan dapat kembali hidup normal. 

Detoksifikasi dopamin dapat membuat kita mengetahui kebiasaan mana yang memang buruk dan baik bagi kita. 

Menurut psikolog berlisensi Stephanie Gardner-Wright, LMSW, beristirahat dari kebiasaan-kebiasaan ini tidak akan benar-benar memengaruhi tingkat dopamin di otak Anda. 

Sebaliknya, ini membuat Anda beristirahat sejenak dari stimulasi langsung dopamin sehingga Anda dapat melihat apa yang terjadi. 

Gula, media sosial, film porno, hingga seks memiliki respons yang sama di otak yaitu menghasilkan dopamin yang membawa perasaan senang. 

"Ini mungkin bahkan lebih penting untuk motivasi daripada kesenangan yang sebenarnya," kata seorang psikiater Stanford Medical School, peneliti dan penulis buku Dopamine Nation: Finding Balance in the Age of Indulgence, Dr. Anna Lembke.

Produksi dopamin membawa kesenangan, tapi kemudian saat produksinya menurun, itu akan membuat kita termotivasi untuk tetap senang, mengutip NPR, Jumat (25/11/2022). 

Namun kini, singkatnya, setiap perilaku menjadi ‘obat bius’. 

Kecanduan internet misalnya. Di era super canggih ini, kebanyakan dari kita menghabiskan banyak waktu untuk scrolling sosial media tanpa henti hingga mengganggu produktivitas kita. Bahkan, tidak ada yang bisa melepas gadget dari tangannya saat ini.

Contoh lain adalah saat kita marathon film atau drama kesukaan kita yang membuat kita tidak tidur dan mengganggu metabolisme tubuh kita. 

Walaupun dopamin terangsang, tetapi hal tersebut akhirnya menjadi ‘sinyal’ minimal dopamin kita tetap terproduksi. Nantinya, kita membutuhkan lebih banyak lagi kebahagiaan hanya untuk merasa ‘normal’ dan baik-baik saja. 

Siklus tersebut disebut ‘defisit dopamin’ yang akan membawa kita ke berbagai kerugian seperti depresi, kecemasan, gampang marah, hingga insomnia. 

Lembke mengatakan hal tersebut adalah masalah semua orang dan cukup universal di kehidupan modern. Salah satu cara memulihkannya adalah kita harus menavigasi kembali kehidupan kita yang ‘kelebihan dopamin’.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dopamin pada Tubuh

Dopamin merupakan neurotransmitter, pembawa pesan kimiawi yang diproduksi di otak, terkait dengan kesenangan, penghargaan, dan motivasi.

Saat Anda makan camilan lezat, otak Anda melepaskan dopamin, sehingga memengaruhi perilaku dan membantu membentuk kebiasaan.

Bagaimana cara kerjanya? 

Singkatnya, aktivasi dopamin menciptakan memori yang bergantung pada situasi, yang pada dasarnya memberi tahu otak Anda untuk mengingat apa yang memicu sensasi dan di mana Anda menemukannya.

Kemudian, ‘brain’s reward system’ dapat mulai melepaskan dopamin untuk berbagai perilaku menyenangkan. 

Dopamin juga bertanggung jawab atas pembentukan kebiasaan sehat sehari-hari seperti olahraga, membava, dan aktivitas bersantai lainnya. 

Kebanyakan orang mengetahui dopamin hanya sebagai ‘pleasure molecule’. Tetapi, tidak sepenuhnya begitu. Dopamin lebih berperan dalam motivasi dan pembelajaran yang reward-base. 

Tapi, kekurangan dan kelebihan dopamin dapat menyebabkan berbagai gangguang pada tubuh. 

3 dari 4 halaman

Dopamine Detox

Dopamine Detox atau puasa dopamin pertama kali dipopulerkan oleh psikiater asal California Dr. Cameron Sepah saat ia memposting sebuat artikel di LinkedIn dan Medium berjudul "Dopamine Fasting 2.0" pada Oktober 2019. 

"Dopamine Fasting 2.0 adalah teknik berbasis fakta untuk mengelola perilaku adiktif, dengan membatasinya pada periode tertentu dan berlatih berpuasa dari keterlibatan impulsif di dalamnya, untuk mendapatkan kembali fleksibilitas perilaku,” tulis Sepah. 

Metode Sepah berusaha membantu orang melawan perilaku impulsif dan mendapatkan kendali atas rangsangan yang tidak sehat dalam hidup kita, baik itu media sosial, iklan penjualan online, pornografi, atau perjudian.

Tidak seperti bentuk detoksifikasi dopamin lainnya yang melarang semua teknologi, Sepah hanya mendorong orang untuk membatasi perilaku jika kita merasakan emotional eating, adiksi pada internet, adiksi pada berbelanja, pornografi, obat-obatan, dan perjudian. 

Puasa dopamin berfokus pada mengurangi perilaku yang menyebabkan kita tersesat. Bukan mengurangi dopamin itu sendiri.

4 dari 4 halaman

Manfaat Dopamine Detox

Detoksifikasi dopamin mengharuskan seseorang untuk menghindari segala jenis kegembiraan, khususnya dari pemicu kesenangan. Apa pun yang merangsang produksi dopamin terlarang selama detoksifikasi.

Idealnya, pada akhir detoksifikasi, seseorang akan merasa lebih fokus, seimbang, dan tidak terlalu terpengaruh oleh pemicu dopamin yang biasa mereka alami. 

Namun, penting untuk dicatat bahwa detoksifikasi dopamin yang sebenarnya, di mana seseorang berhasil menghentikan semua aktivitas dopamin di otak, tidak mungkin dilakukan.

Tubuh manusia secara alami menghasilkan dopamin, bahkan ketika tidak terkena rangsangan tertentu.

Memutuskan untuk berhenti dan melepaskan diri dari perilaku impulsif tertentu dapat memberikan beberapa manfaat kesehatan, salah satunya adalah meningkatkan fokus dan memperbaiki mental. 

Dopamin sering mengganggu, dan mungkin menjadi penghalang bagi sebagian orang untuk mencapai tujuan mereka.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.