Sukses

Terungkap, Alasan Tradisi Membonsai Kaki Gadis di Tiongkok

Di Tiongkok, ada anggapan bahwa perempuan yang mempunyai kaki mungil sangat disukai laki-laki.

Liputan6.com, Jakarta Di Tiongkok, ada anggapan bahwa perempuan yang mempunyai kaki mungil sangat disukai laki-laki. Karena itu para ibu jaman dahulu kala, mengikat kaki anak-anak perempuannya dengan paksa. Tradisi ini sangat menyakitkan.

Selama berabad-abad anggapan yang berkembang, dengan mengikat kaki, menahan laju pertumbuhannya akan membuat otot panggul sangat kencang karena para perempuan itu harus berjalan dengan berjinjit.

Banyak yang beranggapan, hal itu menyebabkan otot vagina menjadi lebih sempit, dan lebih bisa membuat kepuasan para lelaki. Hal ini diungkapkan dalam sebuah buku "Bound feet, Young hands" yang salah satu penulisnya Lauren Bossen.

Namun Bossen juga mengklaim, tradisi membonsai kaki para perempuan itu terus bertahan karena faktor ekonomi juga. Karena pengikatan kaki merupakan proses yang sangat menyakitkan sehingga membatasi mobilitas para wanita. Dengan begitu anak-anak perempuan tak bisa pergi dengan bebas.

Hal ini akan menguntungkan orangtua karena anak-anak itu disuruh membantu pekerjaan dengan membuat benang, kain, jala, tikar, dan sepatu.

"Tradisi "membonsai" kaki para wanita untuk kepuasan seksual pria adalah distorsi sejarah, " kata Bossen.

Fakta ini terungkap setelah Bossen dan temannya Hill Gates, yang merupakan profesor antropologi di universitas masing-masing, mewawancarai sekitar 1.800 perempuan lanjut usia yang tersebar di pedesaan Tiongkok untuk menggali lebih dalam tradisi yang terkenal dan menyeramkan ini.

Penulis buku ini mengaitkan usia perempuan saat kakinya mulai dibonsai dengan pekerjaannya.

"Ibu mengikat kakiku saat aku berusia sekitar 10 tahun. Saat  itu saya mulai memutar kapas. Setiap kali dia mengikat kakiku, sakit sekali sampai aku menangis, " kata seorang perempuan yang diwawancarai.

Pengikatan kaki mulai menurun pada awal abad ke- 20. Kini tradisi menyeramkan ini  hanya menyisakan cerita sedih dan bekas luka dari mereka yang harus menjalani tradisi ini.

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini