Sukses

Demi Produk Mewah, Buaya Dikuliti Hidup-Hidup secara Pithing

Praktik tidak manusiawi ini dikenal sebagai pithing.

Liputan6.com, Jakarta Kekejaman yang dilakukan terhadap hewan sudah menjadi rahasia umum di banyak negara. Bahkan baru-baru ini, di penangkaran buaya dan alligator di Vietnam telah terjadi peristiwa penganiayaan terhadap buaya.

Dalam video yang dirilis PETA, tampak dua dari peternakan di Vietnam memasok kulit untuk memproduksi tas mewah. Bukan hanya itu, ada pula buaya yang dikuliti hidup-hidup yang disematkan di atas meja. Rekaman pembunuhan sadis tersebut sebetulnya sudah difilmkan pada bulan Maret dan April 2016 lalu.

Konsultan ahli biologi Clifford Warwick mengatakan, "Sayatan leher akan sangat menyakitkan dan tidak manusiawi." Praktik tidak manusiawi ini dikenal sebagai 'pithing'.

Mengerikannya, video tersebut menunjukkan beberapa buaya yang terus bergerak usai kulitnya dipisahkan dari tubuhnya. Buaya ini ditemukan meringkuk di dalam wadah kecil yang tertutup daun.

Diakui salah seorang pekerja di peternakan bahwa buaya masih mampu bertahan hidup selama empat bahkan lima jam usai tubuhnya dikuliti. "Ketika kulit mereka dikuliti, selama sekitar empat atau lima jam masih hidup sebelum akhirnya benar-benar mati," ujarnya.

Setelah hewan berkulit keras itu dikuliti, kemudian langsung dikirim ke pengolahan kulit yang akan berubah menjadi tas, sepatu, dan jam tangan.

"PETA menyerukan semua orang untuk tidak membeli hasil olahan kulit eksotis tersebut untuk mencegah reptil dari yang dipenjara, dimutilasi, dan kadang-kadang dikuliti hidup-hidup. " kata Managing Director PETA Ingrid Newkirk.

Penulis:

Eka Nurjanah

Politeknik Negeri Jakarta

 

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.