Sukses

Kakek 74 Tahun, Baru Bisa Tidur Saat Hujan Telah Reda

Kakek dari Desa Dungun Cundung, Paloh, Sambas, Kalimantan Barat, ini harus mengisi hari-hari terakhir hidupnya dengan sengsara.

Liputan6.com, Jakarta Kakek dari Desa Dungun Cundung, Paloh, Sambas, Kalimantan Barat, ini harus mengisi hari-hari terakhir hidupnya dengan sengsara. Betapa tidak, laki-laki yang berusia 74 tahun ini harus tinggal sendirian di rumah yang atapnya compang-camping. 

Kakek Arifin menghuni rumah itu sendirian sejak sepuluh tahun lalu, yakni saat sang istri meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.

Kakek 74 Tahun, Baru Bisa Tidur Saat Hujan Telah Reda

Keadaan rumah kakek Arifin sungguh sangat tidak layak huni. Atapnya yang terbuat dari daun alang-alang telah bocor di sana-sini. Karena tak ada biaya, ia membiarkan saja atap rumah yang menganga itu.

Sehingga saat hujan turun, air hujan langsung mengguyur ke lantai yang cukup sempit itu. Kakek Arifin, meskipun berteduh di dalam rumah, ia akan basah kuyup terguyur air hujan. Lantas, bagaimana jika hujan turun malam hari?

Jawaban kakek ini sangat membuat hati tersentuh, “Saat hujan saya hanya duduk sendirian menunggu hujan reda. Jika hujannya sudah berhenti, baru saya tidur di salah satu sudut lantai rumah ini, “ katanya.

Kakek 74 Tahun, Baru Bisa Tidur Saat Hujan Telah Reda

Rumah panggung itu berlantai kayu, kondisinya tak kalah mengenaskan. Di sana-sini tampak lantai kayunya sudah rapuh dan patah. Ini sangat berbahaya seandainya kayu tersebut terinjak.

Sebenarnya Kakek Arifin mempunyai enam anak. Namun dua anaknya telah meninggal saat masih bayi. Kini empat anaknya sudah menikah, sudah sibuk dengan urusan keluarganya masing-masing.

Mereka tinggal di wilayah lain yang jaraknya cukup jauh, sehingga tak bisa merawat dan menemani orang tuanya yang sebatang kara itu.

Kakek 74 Tahun, Baru Bisa Tidur Saat Hujan Telah Reda

Namun Kakek ini ikhlas, ia tak menuntut anak-anaknya atau meminta bantuan keuangan. Meskipun penghasilannya sebagai penyadap karet tak pernah mencukupi untuk membiayai kehidupannya sehari-hari.

Kakek Arifin juga berusaha menjadi pemulung, mengumpulkan barang-barang bekas di sekitarnya. Sayang, barang-barang itu menumpuk di pojokan rumahnya karena tak ada yang mau membelinya.

Kakek Arifin berharap jika ada yang bisa membantu memperbaiki rumahnya, dia akan merasa berbahagia.

Penulis:

Rio Anggara

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.