Sukses

Larangan Bermedia Sosial Bukan Solusi Tepat Tingkatkan Literasi Digital Anak

Daripada melarang atau memantau anak dalam bermedia sosial, orang tua sebaiknya membimbing anak terkait literasi digital agar anak dapat menggunakan media sosial dengan aman.

Liputan6.com, Jakarta - Kewaspadaan terhadap media sosial semakin meningkat. Bersamaan dengan itu, seorang ahli bedah dalam situs web Departemen Kesehatan dan Pelayanan Kemanusiaan Amerika Serikat memberi peringatan bahwa media sosial mungkin saja menjadi salah satu faktor yang menyebabkan diagnosis penyakit mental di kalangan remaja meningkat pada Mei 2023.

Dalam buku barunya berjudul “Growing Up in Public: Coming of Age in a Digital World”, Pakar Hubungan Anak-Anak dengan Media dan Teknologi, Dr. Devorah Heitner mengatakan, daripada melarang atau memantau anak dalam bermedia sosial, orang tua sebaiknya membimbing anak terkait literasi digital agar anak dapat menggunakan media sosial dengan aman.

Ia mengerti keinginan orang tua untuk melindungi anak-anak mereka dari ancaman dunia digital begitu kuat. Namun, langkah yang diambil sering kali keliru.

Terkadang pilihan yang diambil oleh orang tua merusak hubungan antara orang tua dengan anak. Anak pada akhirnya didasari oleh rasa takut dan inilah yang dapat menghalangi proses pembelajaran dan keterampilan mereka dalam bermedia sosial. Orang tua pun akan memiliki rasa aman yang “salah”.

Dilansir dari nytimes.com, berikut tips yang diberikan oleh Dr. Heitner dalam buku terbarunya yang bisa dijadikan panduan bagi orang tua dalam membantu anak-anak mereka menjelajahi dunia digital secara aman.

Contohkan Kebiasaan Daring yang Baik

Orang tua harus ikut mencontohkan apa yang mereka perintahkan. Jika orang tua mengajak anaknya untuk menjadi warganet yang bijak, pastikan mereka juga ikut melakukannya. Orang tua tidak boleh menggunakan ponsel sepanjang waktu dan harus berhati-hati atas informasi yang dibagikan di dunia digital.

Dr. Heitner juga menyarankan agar orang tua menetapkan aturan dasar yang konkret tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Jadikan aturan ini sebagai keputusan bersama dan jelaskan kepada anak apa pentingnya aturan tersebut.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Jadilah Mentor Sebelum Memonitor

Menurut sebuah survei Internasional tahun 2021 yang dilakukan oleh Kaspersky, setengah dari 11.000 lebih orang tua yang memiliki anak usia 7-12 tahun menggunakan aplikasi untuk memantau atau mengontrol aktivitas digital anak. Dr. Heitner berpendapat pengawasan orang tua dalam situasi tertentu memang sangat penting. Namun, secara keseluruhan pemantauan tersebut tidak diperlukan. Terlebih, dalam penelitian yang dilakukan oleh Arup Khumar Ghosh, dkk pada tahun 2018 mengungkapkan aplikasi pemantauan orang tua berdampak negatif pada hubungan orang tua dan anak.

Sebaiknya, orang tua berbicara kepada anak-anak mereka tentang aktivitas-aktivitas yang beresiko dan mengenalkan mereka terhadap konsekuensi dari apa yang mereka bagikan di dunia digital.

Berdasarkan temuan Dr. Heitner yang didapatkan melalui percakapannya dengan remaja, anak-anak akan lebih menghormati orang tua yang memberikan kepercayaan kepada mereka dan tidak akan melakukan hal-hal yang telah disepakati dengan orang tua.

Jika orang tua ingin melacak anak, pastikan anak mengetahui itu dan berikan alasan kuat mengapa harus dilakukan pengawasan tersebut secara jujur. 

3 dari 4 halaman

Larangan Bisa Jadi Bumerang

Wacana seputar media sosial saat ini terlihat menghakimi. Meningkatnya penyakit mental remaja di Amerika Serikat bisa disebabkan oleh banyak faktor dan tidak semuanya melibatkan media sosial, seperti faktor perubahan iklim dan penembakan di sekolah.

Menurut Dr. Heitner, anak akan lebih cerdas jika diajari membuat keputusan di dunia digital dengan bijak dan menetapkan batasan yang aman daripada langsung membatasi kesempatan mereka untuk berinteraksi dengan media sosial. “Mereka tidak akan bisa belajar bagaimana menggunakan media sosial dengan bijaksana,” ujarnya.

Selain itu, pembatasan dapat menimbulkan konsekuensi lain. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Keith N. Hampton dan Inyoung Shin pada tahun 2022 mengungkapkan remaja dengan akses internet terbatas memiliki apresiasi atas dirinya yang lebih rendah dibandingkan mereka yang sering menggunakannya. Hal ini terjadi karena terputusnya hubungan dengan teman, walaupun di dunia maya, dapat menimbulkan dampak psikologis yang merugikan.

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.