Sukses

Cristiano Ronaldo Bermental Tempe?

Islandia melanjutkan kisah ajaibnya. Negara terkecil dan tersedikit jumlah penduduknya dalam sejarah peserta Piala Eropa.

Liputan6.com, Jakarta - Pagi hari adalah saat ideal menikmati semangkuk soto panas. Hmmm… Apalagi dinikmati bersama keluarga kecil kami. Pho yang memang tak bisa diam, memilih pangkuan Oma-nya sebagai tumpuan untuk menyentuh, mengangkat, melempar semua benda dalam jangkauannya.

Saking asyiknya bermain, tiba-tiba… brak! Pho terpeleset, kepalanya meluncur deras, terantuk sudut meja. Spontan Oma-nya bereaksi, “Duh nakal banget ini meja! Cup cup cup..,” bujuk mertua kami sembari memukul-mukul meja meja dan meyakinkan Pho bahwa dia tidak salah.

Menyalahkan meja adalah tindakan spontan yang umumnya dilakukan kita, para orangtua, ketika si kecil ceroboh. Memang tidak mudah untuk melihat sebuah kecelakaan, kesalahan, pun kealpaan dari si pelaku. Jauh lebih mudah jika menimpakan kesalahan pada pihak lain.

Baca Juga

  • 'Parkir Bus' Islandia Bikin Ronaldo Frustrasi
  • 5 Gelandang Mungil Terbaik di Euro 2016
  • Perban ala Corluka Jadi Tren Suporter Kroasia

“Islandia tidak melakukan apa pun!” kata Cristiano Ronaldo gusar. “Mereka hanya bertahan, bertahan, dan bertahan sambil mengandalkan serangan balik. Itu malam keberuntungan mereka.”

Kekesalannya atas hasil seri 1-1 di laga Piala Eropa 20016, malam itu masih berlanjut, “Selebrasi mereka sangat berlebihan. Melihat mereka bersorak, saya pikir mereka sedang merayakan gelar juara. Padahal dengan memarkir bus di depan gawang, mereka bermental lemah dan tak akan bisa berbuat apa-apa di turnamen ini.”

Islandia bermental tempe? Tak berlebihankah statement itu?

Melihat permainan CR7 bersama Portugal malam itu, tidak seharusnya dia mengkritik permainan bertahan Islandia – yang umum dipraktekkan oleh tim mana pun. Sebaliknya, untuk seorang icon Real Madrid yang berstatus juara Liga Champions, aksi anak muda ini boleh dikatakan jauh di bawah ekspektasi.

Kerap kehilangan bola dan salah posisi, memarahi rekan setim yang dianggap jauh di bawah level terbaiknya, mendebat keputusan wasit yang tidak berpihak pada tim. Dan, puncaknya, kehilangan satu peluang emas di babak pertama serta satu lagi di pengujung babak kedua.

Arnason, bek yang sering meredam aksi CR7 malam itu berujar santai, “Kami tidak menaruh perhatian khusus pada Ronaldo. Semua orang tahu kehebatannya sehingga wajar jika kami selalu mengawasi pergerakannya. Kami hanya berusaha menutup setiap dia mendapat kesempatan dan itu berhasil.”   
 
Cristiano Ronaldo tertunduk lesu usai laga lawan Islandia. Dia gagal membawa Portugal menang. (REUTERS/Jason Cairnduff)
Ronaldo mungkin kesal karena permainan hebat Islandia membuatnya kehilangan panggung. Alih-alih mencetak gol yang akan membuatnya mencetak sejarah selalu mencetak gol di 4 Piala Eropa, panggung malam itu diisi oleh banyaknya penyelamatan gemilang kiper Hannes Halldorsson, gol pertama Birkir Bjarnason untuk Islandia di Piala Eropa, dan antusiasme suporter fanatik yang dinamai Tolfan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kisah Ajaib Islandia

Islandia melanjutkan kisah ajaibnya. Negara terkecil dan tersedikit jumlah penduduknya dalam sejarah peserta Piala Eropa, meloncat lebih dari 100 peringkat dalam jangka waktu 4 tahun, hanya sekali menang di babak kualifikasi Euro 2012 tiba-tiba lolos sebagai runner-up grup. Kini, kali pertama tampil di putaran final setelah 23 kali percobaan yang gagal, Portugal menjadi korban selanjutnya.

“Portugal harus bermain lebih baik jika ingin menang atas Islandia,”sindir Lars Lagerback, pelatih Islandia. “Sudah menjadi kebiasaan bahwa pemain, pelatih dan tim yang berharap menang akan menyalahkan lawan jika akhirnya gagal.”

Pho juga harus diajari untuk bertanggung jawab pada kesalahannya sendiri. Menyalahkan meja tidak akan memberikannya pendidikan yang baik. Bisa-bisa anak kesayangan kami itu bakal menjadi manja, mudah menyalahkan orang lain, atau sulit menghargai dirinya sendiri.

Maka, dengan sangat terpaksa, hari itu untuk pertama kalinya saya berbicara agak keras pada mertua saya. Mengingatkan beliau untuk tidak lagi menyalahkan meja, kursi, atau benda-benda lain saat cucu kesayangannya jatuh dan menangis.

Kalaupun Pho kelak jadi pemain bola, saya tak ingin melihatnya meniru sikap Ronaldo hari ini yang sangat kekanak-kanakan…

[@angrydebritto | 15/06/2016 | Semoga Pho kelak membaca tulisan ini…]

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini