Sukses

10 Negara Dengan Peringkat Investasi Terburuk di Dunia (I)

Banyak negara berupaya keras menarik investasi asing masuk. Sayangnya, lembaga pemeringkat justru menganggapnya tak layak. Negara mana saja?

Lembaha pemeringkat internasional seperti Standard and Poor’s, Moody’s and Fitch Rating's melaporkan masih banyak negara yang belum mampu mengelola perekonomiannya hingga tak bisa menjadi negara tujuan investasi. Sementara peringkat investasi tertinggi adalah AAA, 10 negara berikut justru memperoleh nilai B minus atau peringkat terendah dalam daftar kelayakan investasi sebuah negara.

Seperti dikutip dari The Richest, Selasa (10/12/2013), rendahnya peringkat tersebut dipicu oleh tingginya pinjaman pemerintah untuk mendanai perputaran ekonominya. Kondisi itu membuatnya banyak menerbitkan surat utang.

Peringkat itu sendiri menentukan jumlah bunga yang harus dibayar atas surat utangnya. Peringkat terburuk ditentunkan dengan tingginya jumlah bunga yang harus dibayar atas surat utang yang diterbitkan negara-negara tersebut. Sementara semakin rendah bunganya, maka semakin tinggi pula peringkatnya.

Lengkapnya, berikut 10 negara yang memiliki rating investasi terburuk di dunia:

1. Argentina

Populasi penduduk:  41 juta
Rating surat utang: CCC+

Sebagai negara terbesar kedua di Amerika Selatan, Argentina memiliki rating surat utang terendah di benua Amerika dengan peringkat penilaian CCC+ pada September 2013. Rating yang cukup memalukan itu diperoleh Argentina karena tak mampu membayar restrukturisasi utang.

Argentina malah sempat menolak untuk membayar tagihan yang macet. Gejolak ekonomi Argentina dapat merupakan akibat dari belanja pemerintah dan campur tangannya di pasar. Meski besar, ekonomi Argentina sangat rapuh dan membuatnya tak menarik bagi para investor.

2. Pakistan

Populasi penduduk: 179,2 juta
Rating surat utang: B-

Meski memiliki produk domestik bruto (PDB) besar senilai US$ 488 miliar, kurangnya kebebasan di Pakistan menjadi penghalang baginya memasuki ekonomi global. Pakistan bertanggung jawab untuk mengatasi rating surat utangnya yang rendah, B-.

Meskipun memiliki berbagai jenis industri yang sukses, seperti otomotif, semen, teknologi informasi, dan tekstil, Pakistan belum mampu meningkatkan peringkatnya. Faktor-faktor seperti ketidakstabilan politik, kurangnya kemajuan sosial, dan bertahan untuk tidak membuka pasarnya juga turut menjadi penghalang untuk memperluas ekonominya. Dari semua negara di daftar ini, Pakistan merupakan negara yang paling potensial untuk mulai berkembang.

3. Mesir

Populasi penduduk: 80,7 juta
Rating surat utang: B-

Terdapat banyak faktor yang menyebabkan Mesir memperoleh peringkat B-, salah satunya adalah kekacauan politik yang sedang berlangsung. Sementara Mesir masih berupaya melakukan revolusi, ketidakstabilan politiknya tak dapat memberikan jaminan investasi pada para investor.

Dalam upaya untuk bangkit kembali, Bank Sentral Mesir baru-baru ini menurunkan suku bunga dengan jumlah yang signifikan. Selain itu, Mesir telah membuka pasar untuk investasi dan perdagangan global guna meningkatkan PDB-nya.

Namun, karena adanya hambatan non-tarif, kebebasan perdagangan sulit diwujudkan. Pemerintahnya baru saja mengumumkan akan menghabiskan lebih dari US$ 4 miliar untuk menciptakan lebih banyak lowongan pekerjaan. Kerusuhan politik yang terjadi membuat Mesir bukan negara pilihan investasi.

4. Ukraina

Populasi penduduk: 45,5 juta
Rating surat utang: B-

Ukraina mendapat rating B- dengan proyeksi negatif, akibat utang Ukraina yang menumpuk pada Rusia. Selain itu, hubungan antara kedua masih sangat rapuh.

Ukraina memiliki bisnis besi dan logam yang yang hanya menguntungkan industrinya sendiri dan tak berpengaruh pada kekuatan global sedikit pun. Selain itu, tingginya tindakan korupsi, terbatasnya kebebasan untuk berbisnis, dan kurangnya kapitalisasi  membuatnya tak diminati para investor.

5. Yunani

Populasi penduduk: 11,2 juta
Rating surat utang: B-

Menerima peringkat B-, baru-baru ini perusahaan analisa Moody's menaikkan peringkat kredit Yunani dari C ke Caa3. Rating tersebut masih jauh dari standar.

Alasan rendahnya rating Yunani datang dari isu anggaran nasional. Pada 2009, Yunani diketahui mengalami krisis keuangan dan akhirnya harus menerima dana talangan, membuat kawasan Eropa menggulirkan dana sebesar US$ 327 miliar.  Meski begitu tampaknya ekononi Yunani saat ini telah cukup membaik.(Sis/Shd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.