Sukses

Rupiah Anjlok dan Bursa Saham Terbakar, Investasi Apa yang Cocok saat Ini?

Banyak anggapan bahwa kondisi ekonomi yang sedang melesu merupakan saat yang tepat untuk berinvestasi untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya tanpa mengetahui risiko yang dapat menghantui.

Liputan6.com, Jakarta - Pasar keuangan tengah goyang di tengah badai geopolitik di Timur Tengah. Nilai tukar rupiah anjlok dalam dan pasar saham lesu. Bagi beberapa orang kondisi ini dianggap saat yang tepat untuk berinvestasi.

Namun kadang melakukan investasi membabi buta juga tidak disarankan. Pasalnya, setiap investasi memiliki risikonya masing-masing. Ada instrumen investasi yang menarik di tengah gejolak ekonomi, tetapi ada juga investasi yang memiliki risiko tinggi. 

Perencana keuangan Aidil Akbar menjelaskan bahwa setiap instrumen investasi memiliki risiko yang setara dengan keuntungannya. Semakin besar keuntungan yang diambil, maka semakin besar risiko investasi yang harus ditanggung. 

“Kalau bicara investasi, calon investor harus tahu kalau investasi itu bersifat naik dan turun, beda dengan tabungan atau produk perbankan lain yang bersifat flat yang untungnya cuma 2% sampai 4%” ujarnya saat diwawancarai oleh Liputan6.com melalui sambungan telepon, dikutip Jumat (19/4/2024). 

Perbedaan Karakter 

Aidil membeberkan bahwa dalam dunia investasi, setiap investor memiliki perbedaan karakter yang dapat mempengaruhi keputusan investasinya. Dalam menentukan karakter investor, calon investor dapat menjawab serangkaian pertanyaan yang disebut dengan “profil risiko”.

Terdapat tiga kategori investor yang menjadi hasil dari tes tersebut, diantaranya:

  • Investor Konservatif

Investor tipe ini merupakan investor yang biasanya takut dengan risiko tinggi investasi. Aidil mengatakan bahwa biasanya investor ini berasal dari kalangan orang yang belum pernah investasi, ibu-ibu, dan orang yang sudah berusia tua.

“Orang yang tidak pernah investasi itu cenderung konservatif, sama seperti ibu-ibu dan orang yang sudah berumur,” ujar Aidil. 

  • Investor Agresif

Lain halnya dengan investor konservatif yang memiliki rasa takut dalam berinvestasi dengan risiko tinggi, investor tipe ini justru berinvestasi ketika pasar sedang melesu sehingga investasi menjadi berisiko tinggi.

“Biasanya, investor yang cenderung agresif justru datang dari kalangan muda seperti Gen-Z. Orang yang sudah tahu ilmu investasi dan daya saing juga cenderung agresif,” jelas Aidil. 

  • Investor Moderat

Investor ini merupakan pertengahan diantara dua kategori investor. Investor ini biasanya berinvestasi di kedua investasi risiko rendah dan tinggi. 

"Kalo yang ditengah-tengah berarti investasinya kombinasi antara konservatif dan agresif. Bagi dua biasanya” ucap Aidil. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Apakah Harus Investasi saat Ekonomi Bergejolak?

Aidil menyatakan bahwa setiap investor memiliki profil risiko tersendiri sehingga keputusan investasi tidak dapat disamaratakan.

Dalam kondisi ekonomi yang gonjang-ganjing akibat lemahnya nilai tukar rupiah dan ketegangan antara Israel dan Iran, Aidil menyarankan bahwa investor dengan profil risiko agresif untuk berinvestasi di instrumen investasi berisiko tinggi seperti saham sementara untuk investor dengan profil risiko konservatif untuk tidak ikut berinvestasi di sana. 

“Kalau profil risikonya agresif, ini dapat menjadi momentum yang baik untuk invest di saham tapi kalau profil risikonya konservatif, sebaiknya dia menghindar” ujar Aidil. 

Dalam berinvestasi, Aidil mengatakan bahwa ada tiga hal yang harus disiapkan sebelum berinvestasi:

  1. Dana Darurat. Aidil mengatakan bahwa uang darurat yang sering disebut “uang taktis” ini berguna untuk mengcover kebutuhan tanpa harus menggunakan investasinya sehingga harus disiapkan.“Investasi itu memang tidak boleh menggunakan uang yang akan digunakan. Itu wajib”
  2. Asuransi Dalam berinvestasi. Seseorang harus memiliki asuransi agar ketika terjadi sesuatu yang darurat, asuransi tersebut akan membantu untuk membayar dana yang dikeluarkan saat keadaan tersebut.“Asuransi wajib punya karena kalau tidak punya, biasanya investasi akan ditarik. Iya kalau investasinya untung. Jika investasinya rugi, akan menambah lebih banyak beban” 
  3. Cari tahu instrumen investasi yang cocok. Sebelum masuk ke dalam investasi, Aidil menyarankan calon investor untuk menentukan jangka waktu investasi dan mencari tahu tipe risiko mereka. “Yang terakhir, tentukan jangka waktu untuk investasi itu dan tahu tipe risiko mereka tadi sehingga dapat dicocokkan dengan instrumen investasi apa yang dapat digunakan” pungkas Aidil.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.