Sukses

Bank Dunia Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Timur dan Pasifik Sentuh 4,5% pada 2024

Bank Dunia melihat negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik bertumbuh lebih cepat daripada kawasan lain di dunia tetapi lebih lambat daripada sebelum pandemi COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Dunia prediksi pertumbuhan regional akan melambat menjadi 4,5 persen pada 2024 dari 5,1 persen tahun lalu. Namun, pertumbuhan di negara-negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik kecuali China akan naik menjadi 4,6 persen pada 2024 dari 4,4 persen pada 2023.

Selain itu, Bank Dunia melihat negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik bertumbuh lebih cepat daripada kawasan lain di dunia tetapi lebih lambat daripada sebelum pandemi COVID-19.

Hal itu disampaikan Bank Dunia pada Minggu, 31 Maret 2024  waktu Washington, D.C. dalam tinjauan ekonomi semi-tahunan untuk kawasan tersebut.

Meskipun pemulihan perdagangan global dan pelonggaran kondisi keuangan diperkirakan mendukung ekonomi kawasan ini, meningkatnya proteksionisme dan ketidakpastian kebijakan akan meredam pertumbuhan.

Pertumbuhan regional akan melambat menjadi 4,5% pada 2024 dari 5,1% tahun lalu, menurut Laporan Perkembangan Terkini Ekonomi Asia Timur dan Pasifik edisi April 2024 oleh Bank Dunia. Pertumbuhan di negara-negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik kecuali Tiongkok diproyeksikan akan meningkat menjadi 4,6% tahun ini, naik dari 4,4% pada 2023.

Pertumbuhan di Tiongkok diperkirakan mengalami moderasi menjadi 4,5% dari 5,2% pada 2023, akibat tingginya utang, lemahnya sektor properti, dan friksi perdagangan yang membebani ekonomi.

Di antara negara-negara Kepulauan Pasifik, pertumbuhan diproyeksikan akan turun menjadi 3,6% pada 2024 dari 5,6% tahun lalu, seiring meredanya pertumbuhan kembali ekonomi setelah pandemi COVID-19. Perlambatan tersebut sebagian mencerminkan normalisasi pertumbuhan di Fiji menjadi 3,5% pada tahun 2024 dari 8% yang sangat kuat tahun lalu.

“Kawasan Asia Timur dan Pasifik memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dunia, bahkan ketika menghadapi lingkungan global yang lebih menantang dan tidak pasti, populasi yang menua, dan dampak perubahan iklim,” ujar Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, Manuela V. Ferro, seperti dikutip dari keterangan resmi, Senin (1/4/2024).

"Negara-negara di kawasan ini dapat mempertahankan momentum pertumbuhan mereka dengan mempercepat dibukanya lebih banyak kegiatan untuk investasi sektor swasta, mengatasi tantangan sektor keuangan, dan meningkatkan produktivitas,” ia menambahkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Berbagai Risiko

Prospek tersebut bergantung kepada berbagai risiko yang tidak diinginkan, termasuk perlambatan ekonomi global yang lebih besar dari yang diperkirakan, tingkat suku bunga yang lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama di negara-negara besar, peningkatan ketidakpastian di seluruh dunia tentang kebijakan ekonomi, dan semakin intensifnya ketegangan geopolitik.

Bagian Fokus Khusus dari laporan tersebut menyajikan bukti-bukti pertumbuhan produktivitas di kalangan perusahaan terkemuka di kawasan ini tertinggal dari perusahaan-perusahaan terkemuka dunia.

Kesenjangan terutama mencolok di sektor intensif digital. Karena teknologi baru kebanyakan pada awalnya mendapat perhatian kalangan perusahaan-perusahaan terkemuka dan kemudian baru merambah ke perusahaan lain, tren ini menimbulkan kekhawatiran di seluruh spektrum bisnis.

Hal-hal yang menghambat persaingan, keterampilan tenaga kerja yang tidak merata, dan manajemen yang lemah turut berkontribusi terhadap pertumbuhan produktivitas yang tertinggal di kalangan perusahaan.

Mendorong tingkat persaingan yang lebih tinggi pada sektor barang dan jasa serta meningkatkan sumber daya manusia—melalui investasi dalam tenaga pendidik dan pendidikan tinggi—dapat membantu meningkatkan produktivitas.

"Meskipun pertumbuhan pendapatan per kapita di kawasan Asia Timur dan Pasifik telah melampaui sebagian besar negara berkembang lain dalam beberapa dekade terakhir, pertumbuhan tersebut lebih didorong oleh investasi ketimbang peningkatan produktivitas,” kata Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, Aaditya Mattoo.

 "Tindakan kebijakan yang berani untuk semakin menggiatkan persaingan, meningkatkan infrastruktur, dan mereformasi pendidikan dapat merevitalisasi perekonomian kawasan ini,” ia menambahkan.

 

3 dari 4 halaman

Strategi Bank Dunia Genjot Investor Swasta Masuk Pasar Negara Berkembang

Sebelumnya diberitakan, Presiden Bank Dunia Ajay Banga mengungkapkan pihaknya akan mempublikasikan lebih banyak data kepemilikan, termasuk mengenai gagal bayar utang, mulai pekan depan sebagai bagian dari upaya menarik lebih banyak investasi sektor swasta ke negara-negara berkembang.

Mengutip Channel News Asia, Selasa (26/3/2024) Banga mengatakan Grup Bank Dunia telah memobilisasi modal swasta sebesar USD 41 miliar atau sekitar Rp 647,7 triliun untuk pasar negara berkembang dan mengumpulkan dana tambahan sebesar USD 42 miliar atau Rp 663,5 triliun dari sektor swasta untuk penerbitan obligasi tahun lalu.

Namun, dia menambahkan, diperlukan lebih banyak kemajuan, dan bank sentral perlu mengambil tindakan untuk mengatasi hambatan yang dihadapi investasi sektor swasta di negara-negara berkembang.

Banga menyoroti, pertumbuhan ekonomi negara berkembang telah melambat, turun menjadi hampir 4 persen dari 6 persen dalam dua dekade. Dia juga mencatat bahwa setiap poin persentase yang hilang akan menyeret 100 juta orang ke dalam kemiskinan, sementara tingkat utang meningkat.

Dia melanjutkan, negara-negara berkembang juga menghadapi kesenjangan yang tak terbayangkan antara 1,1 miliar generasi muda yang diperkirakan akan memasuki dunia kerja pada dekade berikutnya dan perkiraan penciptaan lapangan kerja hanya sebesar 325 juta lapangan kerja.

Untuk lebih memahami masalah ini, Bank Dunia mengadakan kelompok fokus dengan 15 kepala eksekutif perusahaan manajemen aset, bank dan operator yang mengidentifikasi kekhawatiran seperti kepastian peraturan, asuransi risiko politik dan risiko nilai tukar mata uang asing.

Bulan lalu, Bank Dunia telah mengumumkan reformasi yang akan mengkonsolidasikan struktur jaminan pinjaman dan investasinya serta melipatgandakan jaminan tahunannya menjadi USD 20 miliar pada 2030.

 

4 dari 4 halaman

Data Pemulihan Sektor Swasta

Mulai pekan depan, Banga mengungkapkan, bank sentral dan konsorsium lembaga pembangunan juga akan mulai mempublikasikan data pemulihan sektor swasta berdasarkan tingkat pendapatan daerah, sebagai langkah untuk membangkitkan kepercayaan investor.

Bank Dunia juga akan menerbitkan data gagal bayar sektor swasta yang dikelompokkan berdasarkan peringkat kredit, serta statistik gagal bayar negara dan tingkat pemulihan sejak 1985.

"Semua upaya ini berkontribusi pada satu tujuan: mendatangkan lebih banyak modal sektor swasta ke negara-negara berkembang untuk mendorong dampak dan menciptakan lapangan kerja," kata Banga dalam di Forum Pembangunan China pada Minggu (24/3).

Mantan CEO Mastercard ini juga menyampaikan bahwa pihaknya sedang mengupayakan upaya jangka panjang untuk membangun platform sekuritisasi yang akan memudahkan dana pensiun dan investor institusi lainnya untuk menyalurkan USD 70 triliun ke pasar negara berkembang.

Dia menuturkan, menggabungkan investasi besar yang terstandarisasi dalam satu paket akan mendorong investasi yang berarti dalam skala besar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini